Saturday, March 29, 2008

Saat Paling Menghargai Kehidupan


Kapankah saat kamu paling menghargai kehidupan?
Saat nilai pelajaranmu bagus? Saat kekasihmu bilang I love you? Saat kamu dipromosikan? Saat dibelikan mobil baru? Saat paling baik dalam hidupmu?

Tunggu dulu. Jika kamu menjawab salah satu dari opsi di atas, mungkin kamu perlu mempertanyakan kembali arti hidupmu, karena saat manusia paling menghargai kehidupan adalah ketika ia berada begitu dekat dengan maut.

Kita adalah manusia yang suka dengan hal-hal baru. Kita suka yang 'luar biasa' dan sensaional. Karena itulah kita seringkali tak bisa menganggap apapun yang biasa sebagai berkat dalam hidup kita. Suka memperhatikan matahari? Entahkah ketika ia terbit atau terbenam, ketika hati panas, keindahannya takkan tampak sebagai keindahan. Padahal, ada begitu banyak orang di luar sana yang berdebar penuh harap menanti apakah masih bisa melihat matahari terbit lagi, karena penyakit yang mereka derita.

Banyak hal biasa dalam hidup sering kita abaikan. Kita terus saja menantikan mujizat dan tanda dari langit. Padahal, jika kita perhatikan lebih lanjut, Tuhan juga suka memakai hal-hal yang lama dan tampak biasa. Coba kamu pikir, kenapa Injil harus ditulis dalam 4 Kitab jika Ia memang suka hal-hal baru? (Bukankah ada begitu banyak pengulangan di sana?). Mengapa Ia harus mengulang-ulang perkataanNya pada saat-saat tertentu? Mengapa Ia tak menampakkan DiriNya dalam wujud yang luar biasa pada kita atau memberi pertanda di langit?

Jawabannya sederhana, karena kita belum menghargai hal-hal kecil yang sesungguhnya sangat berarti di sekitar kita.
Jika kamu mulai merasa bosan, cobalah alihkan perhatianmu pada mujizat besar dan mulailah menikmati hal-hal yang sederhana. Memandang matahari terbit, misalnya. Atau guyuran air dari showermu ketika mandi. Memandang bintang, menghirup oksigen, berjalan di tepi pantai, menyisir rambut, memandangi orang-orang yang kamu cintai, mencatat hal-hal baik yang datang dalam dirimu, bercukur, berkaca, mendengarkan lagu favorit, bermain dengan binatang kesayangan, ... banyak hal sederhana dapat kita lakukan dengan cara yang tidak sederhana!

Bukankah segenap alam menceritakan kemuliaan Allah? Jika kamu belum melihat Allah menyatakan DiriNya, mungkin itu hanya karena kamu belum memperhatikan hal-hal biasa yang tampak di sekelilingmu..


Kepada Siapa Kamu Berterima Kasih?

Kepada siapa biasanya kamu berterima kasih?

Pada mereka yang telah berjasa dalam hidupmu? Guru? Orang tua? Sohib? Kekasih?
Berterimakasih pada mereka memang sangat baik. Bagaimanapun, mereka sudah berjasa pada kita. Tapi, ada tipe orang yang kepada mereka kita seringkali lupa untuk berterima kasih.

Siapa?
Mereka adalah orang-orang yang pernah menyakiti hati kita, membuat kita jatuh, bikin kita merasa gagal, menghancurkan hati kita, membuat diri kita tampak buruk, melirik sebelah mata pada kita, hobinya mengkritik semua yang kita lakukan, atau ngomongin kita di belakang!

Kenapa kita harus berterima kasih pada mereka?
Karena tanpa mereka, kita takkan bertumbuh.

Tanpa ada orang-orang yang menyakiti hati kita, kita akan merasa sebagai penguasa dunia.
Tanpa ada mereka yang membuat kita merasa gagal, kita takkan belajar dari kekalahan kita.
Tanpa ada mereka yang membuat kita jatuh, kita akan selalu merasa ada di atas.
Tanpa mereka yang mengkritik kita, kita takkan melihat kekurangan kita.
Tanpa mereka yang melirik sebelah mata, kita pikir kita ini tiada duanya.
Tanpa mereka yang ngomongin kita di belakang, kita pikir kita ini suci dan nggak pernah melakukan hal buruk yang sama.

Tiap orang yang diijinkan Tuhan untuk bersentuhan dengan kita dipakaiNya untuk membentuk, mengasah dan memproses kita. Jika mereka hanya tahu menyenangkan hati kita, maka kita takkan pernah belajar apa-apa dari kehidupan ini. Namun, karena mereka telah melakukan banyak hal yang pahit dan buruk, kita mempelajari banyak hal yang dapat menempa kita jadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.

Bisa jadi, melalui orang-orang seperti inilah kita jadi tahu apa-apa saja yang salah dalam hidup kita. Bayangkan.. Seandainya nggak diputusin pacarmu, bisa jadi kamu nggak tahu bahwa dia bukanlah yang terbaik buat kamu. Seandainya nggak dikritik, bisa jadi kamu terus beranggapan bahwa dirimu sempurna. Seandainya nggak dipecat dari tempat kerjamu, bisa jadi kamu nggak dapet tempat yang lebih bagus..

Banyak seandainya lain yang bisa ditulis di sini.
Jika hal buruk sedang menimpamu, ingatlah bahwa Allah turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang percaya kepadaNya (Rom 8:28).

Jangan menyesali nasib. Jika suatu hari terjadi hal-hal yang tak kamu inginkan, pikirkan kebalikannya. Seandainya hal ini tak terjadi, apakah aku akan tetap bertumbuh ke arah yang benar dalam pengenalanku akan Kristus?

Dan jika kamu terus saja bersentuhan dengan orang-orang yang sukar, jangan memaki dulu. Berhentilah. Renungkan apa yang terjadi. Pikirkan dampak baik sikap buruk mereka bagi pertumbuhan karaktermu. Dan berterimakasihlah.

Berterima kasihlah karena mereka telah menjadikanmu pribadi yang lebih baik dan kuat. Berterima kasihlah karena melalui mereka, Tuhan menyatakan rencanaNya dalam hidupmu.
Berterima kasihlah karena mereka mengajarimu nilai-nilai untuk bertahan hidup.

Friday, March 28, 2008

Berada di Persimpangan

Pernah berada di persimpangan?
Bingung harus memilih jalan mana: Ke kanan atau ke kiri? Apakah mundur atau maju?

Ini beberapa tips..
Photobucket
Bertanyalah pada Tuhan. Dia tahu mana yang terbaik!


Photobucket
Ikuti kata hatimu


Photobucket
Melangkahlah dengan iman! Bagaimana? Dengan mengetahui apa kehendakNya melalui Firman Tuhan (Ingat bahwa iman timbul dari pendengaran?)

Menghadapi Masalah

Photobucket

Apa yang kamu lakukan saat menghadapi masalah? Marah? Nggak terima? Menarik diri? Makan yang banyak? Menyalahkan Tuhan? Lari?

Ketika menghadapi masalah, kita cenderung untuk menyalahkan sana-sini, lari atau melakukan banyak hal lain untuk menyatakan bahwa bukan kita yang patut disalahkan.
Mungkin kamu benar. Dalam beberapa hal, masalah dan hal-hal buruk kerap terjadi pada orang-orang baik.

Namun bagi anak-anak Tuhan, ada hal-hal yang perlu diingat saat kita menghadapi masalah...

1. Tuhan punya waktu yang indah (Pkh 3:11)
Kita sih maunya semuanya serba instan. Tapi kalo kita nggak bersedia menunggu waktunya Tuhan, bisa jadi kita nggak akan menerima segala yang terbaik dalam hidup. Jadi, sabar saja. Percayalah jika Tuhan sedang bekerja. Walau di saat paing buruk dimana Tuhan sepertinya tidak bekerja pun, Ia sedang bekerja. Jika Tuhan tampaknya terlambat bekerja (kamu mungkin mengalami keterlambatan atau penundaan Illahi), yakini bahwa Ia sedang mempersiapkan mujizatNya. Jika Abraham punya anak di usia 30 th, apa bedanya dia dengan jutaan orang lain di dunia ini? Jika Yesus cepat datang (tidak menunda sampai 4 hari) ketika Lazarus sakit untuk menyembuhkannya dengan sepatah kata, mungkin takkan ada kisah orang mati dibangkitkan!

2. Pelajari apa yang Tuhan kehendaki dalam masalah itu
Tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Yusuf harus dijual ke Mesir. Abraham menunggu selama puluhan tahun. Daniel dijebloskan ke gua singa. Yeremia dimasukkan ke dalam sumur. Semua mengalami kesukaran dan persoalan. Tapi ketika mereka berhasil melaluinya, Nama Tuhan dipermuliakan dan mereka pun mendapat upah yang setimpal. Bayangkan apa jadinya jika orang-orang itu lari dari apa yang harus mereka hadapi. Bayangkan jika Daud tak tertarik menghadapi Goliat, jika Daniel memilih menyembah rajanya, atau jika Yusuf menerima rayuan isteri Potifar... Tiap pengalaman yang terjadi membentuk karakter kita di dalam Tuhan!

3. Yakini bahwa Allah tidak meninggalkanmu sendirian
Dia selalu ada. Ujian yang kamu hadapi bukanlah temptation, ujian yang dimaksudkan supaya kamu kalah, namun test, ujian yang bertujuan untuk membuatmu naik ke level yang lebih tinggi. Dia adalah Bapa yang Baik, Penolong, Guru, Sahabat, Raja, semua yang kita butuhkan ada padaNya. Mintalah Dia memimpin langkahmu jika kamu takut. Dia mendengar setiap seruan umatNya, Dia tak memandang rendah air mata kita, dan Dia sepenuhnya memahami apa yang kita rasakan! (Ibr 4:14-16).

4. Apa yang tidak membunuhmu menjadikanmu lebih kuat
Tahu emas, berlian, mutiara atau batu berharga lainnya? Mengapa mereka begitu berharga? Karena mereka telah melalui berbagai proses yang keras dan lama. Emas harus dibakar dalam api. Berlian harus alami proses benturan, tekanan, dan gesekan. Tiram harus menahan rasa sakit luar biasa untuk dapat menghasilkan mutiara yang indah. Jika kamu menolak proses sakit yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidupmu, pikirkan kembali, jangan-jangan kamu menolak untuk dibentuk jadi batu berharga di tangan Tuhan..

5. Tiap orang menghadapi masalah mereka masing-masing
Bukan hanya kamu yang punya masalah di dunia ini. Tersenyumlah. Ceriakan dunia dengan keberadaanmu. Kamu bisa memilih menjadi korban dari keadaan atau belajar menjadi murid dari pengalamanmu. Hidup adalah pilihan. Jangan terlalu mendongak ke atas. Lihatlah ke bawah. Masih banyak orang yang tak seberuntung dirimu!

6. Ada upah jika kita berhasil melaluinya
Sudah jelas. Tuhan bukanlah Allah yang suka berhutang. Jika kamu suka membaca Alkitab, kamu akan tahu bahwa Allah selalu memberi upah pada akhir kisah. Selalu ada akhir yang baik jika kita mengikuti prosesnya Allah. Namun jika kita memilih jalan pintas dan lari, kita tak tahu apa yang akan menanti di sana. Bisa jadi seekor ikan paus (ingat kisah Yunus?) ...

Okay, kamu benar. Hidup memang nggak mudah. Penuh tantangan dan jalannya berliku. Namun di situlah seninya. Jika semuanya mudah, upah apa yang dapat diberikan dari kehidupan ini pada kita? Karena semuanya sukar dan menuntut kesungguhan, maka kita jadi belajar untuk memandang pada Tuhan dan mengandalkan Dia. Kita jadi tahu bahwa kita ini bukannya tak terkalahkan. Kita ini manusia biasa yang penuh dengan kekurangan, seberapa pun hebatnya kita!

Jika lain kali kamu menghadapi masalah, jangan mundur. Majulah. Tatap masalah itu tepat di depan matanya dan tantang dia. Bukankah dengan Allah kita akan melakukan perkara-perkara yang besar?

Wednesday, March 5, 2008

Menempuh Jarak Ekstra

Menurut John C. Maxwell dalam The Road Map For Your Success, menempuh jalan ekstra perlu dilakukan oleh orang-orang yang ingin sukses.


Terus terang, kita suka sekali menempuh jalan pintas. Berbelok, lari dari kenyataan, bahkan mengambil langkah mundur. Padahal dengan melakukannya, kita seringkali tidak mempelajari apa-apa dari kehidupan ini.


Kita lebih memilih kenyamanan daripada kerepotan, kesempurnaan disertai keributan acap kita pilih ketimbang damai tapi nggak sempurna. Kita selalu mengusahakan yang terbaik bagi diri kita sendiri. Kita lupa bahwa untuk menempuh sukses ada jalan panjang yang harus ditempuh. Sangat panjang, mungkin. Dan dengan tidak membayar apapun pada kehidupan, kita takkan memperoleh apapun sebagai imbalannya.


Apa sih keistimewaan jadi orang yang membayar?

  1. Bisa nawar.
  2. Bisa komplain jika hasilnya nggak seindah harganya.. Kalo kita nggak suka boleh protes. Jika tidak sesuai pesanan, boleh sedikit 'bernyanyi'. Boleh. Wong mbayar, kok. Coba kalo gratisan atau dikasih separo harga, apa enak mau nawar, pilih-pilih atau minta yang macam-macam. Hohoho, tahu dirilah yauww..
  3. Bisa memilih sesuai hati kita. Cari deh apa saja yang berjudul gratis, pasti embel-embelnya: persediaan terbatas, atau aksesnya nggak mudah, produknya nggak lengkap (want the complete version? Please make an order.....). Apa ada orang yang dikasih gratis masih juga bawel? Mungkin ada, tapi biasanya nggak terlalu ditanggapin, sih...

Kata Oprah, dengan menjalankan yang terbaik sekarang, saya akan mendapat tempat terbaik nanti. Mau nggak mau, suka nggak suka, kita nggak bisa nawar. Inilah prinsip utamanya. Ini Aturan Emas yang tidak boleh dilanggar. Do your best, and God'll do the rest, kata pepatah. Tapi balik balik ya berpaling pada kita masing-masing sih..


Kita sukanya memilih yang paling nyaman. Makanya sungguh benar kata Tuhan bahwa untuk mengikut Dia, syarat yang terutama adalah memikul salib dan menyangkal diri. Bukan apa-apa, tapi agar kita bisa menerima segala berkat yang disediakanNya. Kayaknya nggak ada deh orang yang nyaman nyaman saja dan ... hoopla, mendapat semua yang diinginkannya. Pernah terdengar kisah seperti itu di jagad raya ini? Hmmh, dongeng-dongeng harus ditulis ulang, nih kalo kita mau kisah yang begitu. Yang ada hanyalah kisah tentang manusia yang bersusah payah berjuang, bahkan kalo bisa dengan air mata darah utuk bisa sampai pada keberhasilan..


Semua yang lebih mudah biasanya tidak kekal. Tidak ada kemudahan yang melahirkan kemudahan. Tapi yang sukar-sukar, terasa tidak nyaman, hal-hal demikianlah yang biasanya memberi nilai tambah dalam hidup. Jika pengalaman kita asyik melulu, apa coba lama-lama yang kita rasa? BOSAN. Nggak lain nggak bukan. Kalo tiap hari hidup kita enak terus, bisa belanja apa saja tanpa takut duit habis, bisa ngomong apa saja, melakukan apa saja dan kebal hukum, coba deh pikirkan. Mana ada lagi tantangannya? Yang ada jenuh deh. Bosan. Stress. Depresi.

Apa penyebab stress?

  1. Karena harapan dan kenyataan tidak berjalan sesuai kenyataan, atau
  2. Karena hidup terlalu mudah, tak ada lagi tantangannya, sehingga kita jadi jenuh dan menjalani hidup dalam keterpaksaan.

Coba deh lihat lagi apa penyebab orang sakit di jaman ini. Apa karena kekurangan makan? Mungkin, tapi itu sedikit sekali. Yang banyak adalah karena kebanyakan makan. Kolesterol, kencing manis, stroke, jantung, dsb. Siapa bilang yang enak-enak itu selalu berakhir dengan kenikmatan?


Kesusahan pun kerap membuat kita jadi lebih bijaksana. Kita jadi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak. Kita jadi lebih bisa memilih, menimbang dan menilai. Kenapa? Karena kita sudah tahu rasa pahitnya pengalaman itu. Kalo sampe jatuh lagi pada kegagalan atau kesukaran yang sama, ya bodohnya kita sendiri nggak belajar dari pengalaman tersebut..


Setiap saat yang sukar selalu mengajari kita lebih banyak ketimbang saat-saat gembira. Kepahitan, penderitaan, kekecewaan membentuk kita lebih cepat daripada sekedar kesenangan dan tawa. Mungkin banyak saat penuh tawa kita lalui dan kita merasa nyaman dengannya, tapi itu tidaklah kekal. Dalam kepahitan kita belajar mengenali arti sukacita sejati. Kerja keras dan disiplin mengajari kita banyak tentang nilai-nilai keberhasilan. Santai dan rileks hanyalah sebagian kecil dari bonus kehidupan. Mereka tidak mengajari kita tentang arti perjuangan. Tanpa kekalahan kita sering nggak belajar tentang arti kemenangan yang sesungguhnya. Kemewahan tanpa perjuangan pun tak menghadiahi kita satu poin pun dalam hidup.


Biasanya, yang mudah atau yang gratis itu kenikmatannya hanya sesaat. Pernah dengar tentang uang kaget (atau uang haram)? Katanya sih, uang haram bakal cepat habisnya. Liburan gratis juga biasanya lebih cepat berlalu. Lain dengan sesuatu yang kita perjuangkan dengan keringat, doa dan air mata. Pasti kenikmatannya bakal lebih lama. Kenapa begitu? Ya karena kita telah membayar harga untuk itu. Kita telah menunggu, mengimpikannya, berjuang keras sehingga akhirnya, ketika kita mendapatkannya, kita bisa mengingat kembali semua jalan panjang berliku yang kita lalui dan bersyukur kepada Tuhan karena anugerahNya. Biasanya sih, yang didapat karena perjuangan itu lebih disyukuri dan dijaga baik-baik...


Jika ada jalan ekstra yang harus dilalui, jangan cari jalan pintasnya. Semua perjuangan yang layak kita tempuh akan menghadiahkan kita upah yang besar. Jika kamu belum menerima upahnya, tanyakan pada dirimu, apakjah kamu sudah menempuh perjalanan ekstranya?

Mengejar Kebahagiaan

Konon, banyak orang mengejar kebahagiaan. Sebenarnya, apa sih arti kebahagiaan yang sesungguhnya?


Waktu saya hendak menikah, seorang teman mengirim SMS mengatakan bahwa saya terlihat bahagia. Bikin dia iri, katanya. Padahal, jelas-jelas saya lagi dilanda depresi waktu itu. Sakit kepala, deg-degan, gamang, limbung, mo marah, kesal, panik, tertekan, hingga butuh waktu menyendiri. Sindrom pra pernikahan sepertinya lagi parah-parahnya melanda saya!


Habis baca sms tadi, saya jadi mikir. Apa iya saya bahagia? Soalnya beberapa hari hingga hari itu perasaan saya lagi not so happy. Tapi kok bisa orang lain melihat saya dan menganggap saya bahagia..


Konon, orang melihat apa yang ada pada kita dan menganggap kita bahagia, sedangkan kita melihat apa yang tidak ada pada kita dan menganggap kita tidak bahagia. Mungkin itu juga yang terjadi pada saya waktu itu.. Saya jadi bertanya, apa sih yang bikin seseorang terlihat bahagia? Raut wajahnyakah? Suaranyakah? Keadaan fisiknyakah? Tingkah lakunyakah? Saya nggak tahu pasti. Lha, kalo bener gitu, gimana dong dengan mereka yang punya tampilan tanpa ekspresi... Berarti mereka nggak pernah bahagia dong... hihihi...


Mungkin waktu itu saya bahagia, tapi kok bisa-bisanya saya tidak menyadarinya? Mungkin nggak kalo itu adalah kebahagiaan terselubung? Kan katanya ada depresi terselubung.. Mungkin saja ini mirip-mirip kayak gitu..


OK. Yang jelas, saya jadi menyadari satu hal, bahwa kita suka nggak menyadari betapa bahagia keadaan kita sebenarnya. Kita saja yang suka nggak merasa apa yang sesungguhnya kita rasakan. Konsentrasi kita mungkin sedang tertuju pada hal-hal lain di sekeliling kita yang nggak terlalu penting dan membuat kita merasa jadi tidak bahagia. Padahal sih, sesungguhnya, kita tuh terlihat bahagiaa banget dalam pandangan mata orang lain...


Kebahagiaan memang nggak ada standarnya. Ada yang sudah bahagia jika bisa minum air es (karena dia habis puasa seharian di kala panas terik, misalnya). Tapi ada juga yang baru bahagia kalo dah punya rumah mewah. Jadi jangan percaya standar orang, deh. Nggak ada yang bisa nyiptain standar bahagia buat kita. Standar dan penilaian kita itu berbeda satu dengan yang lain. Saya misalnya, sudah bahagia kalo bisa main sama anjing-anjingku tersayang. Tapi suamiku, mana bahagia dia dengan hal yang sama..


Jadi, apapun itu, cari sendiri deh standar kebahagiaanmu. Jangan ikut apa kata orang, apa kata majalah, TV, atau Paris Hilton. Masing-masing kita beda.


Jika nggak ada yang bisa mengusahakan kebahagiaan buat kamu, ya buat saja sendiri kebahagiaan-kebahagiaan kecil bagi dirimu. Bukankah kamu yang lebih tahu apa-apa yang bikin dirimu merasa bahagia dan apa-apa saja yang tidak?

Berhenti

Banyak hal dapat membuat langkah kita terhenti. Tragedi, kemarahan, luka hati, peristiwa-peristiwa sepele, semua itu bisa saja menghentikan langkah kita; sementara sang waktu tidak pernah mau mengerti. Dia terus saja berlari tanpa kita sempat mengikuti di belakangnya. Sayang sekali jika langkah kita mandek karena hal-hal yang tak penting. Betapa kita akan melewatkan banyak hal dalam hidup!


Yaah.. mungkin pada saat mengalaminya, kita beranggapan bahwa nasib kitalah yang paling malang di dunia ini, persoalan kita yang paling besar, hati kita yang paling terluka. Dan mulailah kita melihat segala bentuk kemalangan yang terjadi dalam hidup kita sendiri. Kita lupa pada orang-orang yang tidak seberuntung kita di luar sana!


Well, bukankah tiap orang harus mengalami kepahitannya masing-masing? Kita masing-masing berjalan di jalan kepedihan kita, jalan yang kita tahu akan membawa kita pada tujuan lebih tinggi yang Tuhan mau tempatkan dalam hidup kita. Namun, jangan terlalu dimasukkan ke hati, jangan terlalu pedulikan apa yang terjadi. Segala persoalan itu terus saja melambai-lambai kepadamu, mereka takkan pernah berhenti, hingga kamu benar-benar memberi perhatian penuh kepada mereka. Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita terus menerus berhenti. Kita takkan pernah sampai pada tujuan akhir!


Sungguh sayang jika kita terlalu menganggap penting hal-hal yang sebenarnya tak penting dan melupakan esensi keberadaan yang sungguh penting, yaitu tujuan akhir kita. Karena terlalu terpaku pada hal-hal remeh temeh, seringnya kita jadi lupa pada apa yang lebih penting yang menunggu kita di ujung sana.


Mungkin kita perlu berhenti sejenak untuk merenung. Mengingat kembali apa-apa yang telah terjadi dan mengadakan perbaikan diri. Tapi keadaan tak mau tahu. Waktu tak peduli. Hati kita mengkin teriris, membutuhkan lebih banyak lagi waktu untuk pulih, tapi tiada yang mau berhenti untuk mendengarkan keluh kesah kita!


Berhentilah sesekali, tapi jangan untuk mematung di sana. Berhenti untuk mensyukuri segenap kebaikan dan pemeliharaan Tuhan. Lakukan refleksi diri. Tapi jangan mandek. Kamu akan kehilangan banyak hal baik. Hidup akan berlalu dan meninggalkanmu jika kamu tak berjalan bersamanya!


Berjalanlah terus, tengoklah ke kanan dan ke kiri. Tersenyumlah pada mereka yang menanti kejatuhanmu. Tunjukkan pada mereka bahwa kamu takkan menyerah pada bujuk rayu mereka. Nikmati tiap langkah dalam perjalanan hidupmu!

Baik dan Buruk

Pernah mengalami peristiwa buruk hingga rasanya langit bagaikan runtuh?

Well, tiap orang pernah mengalami kejadian yang buruk dalam hidup. Walau mungkin peristiwanya berbeda, namun kejadian itu pasti ada, terekam dengan sangat baik dalam memori kita yang paling dalam. Setiap kali kita mengingatnya, hati bagaikan perih rasanya. Tercabik-cabik. Teriris. Terluka parah. Mungkin bahkan kita katakan bahwa itu adalah kejadian paling buruk yang pernah menimpa hidup seseorang!

Masalah dengan peristiwa buruk adalah, kita tidak bisa mengatakan sesuatu itu baik atau buruk sebelum kita melihat akibatnya. Kita cenderung menyalahkan atau menghakimi. Menurut kita yang begini yang benar, yang begitu yang salah. Padahal, belum tentu yang kita anggap benar itulah yang benar. Sekarang mungkin sesuatu itu kelihatannya buruk dan menyebalkan. Padahal, jika ditinjau kembali beberapa tahun mendatang, kisah tadi bisa saja jadi titik balik yang paling berarti untuk segala kebaikan yang kita terima dalam hidup.

Teman saya contohnya. Waktu dia pulang dari studinya di luar negeri, dia sedih dan patah hati karena diputuskan pacarnya. Konon, dia sediiih sekali. Tapi kemudian, karena kejombloannya itulah dia diangkat jadi Development Manager di luar pulau oleh kantor tempatnya bekerja. Berarti, jika ditinjau kembali, itu namanya patah hati yang membawa berkat, bukan...

Dalam hidup kita belum bisa mengatakan sesuatu itu baik atau buruk karena kita belum melihat hasil akhirnya. Hanya jika kita memiliki pikiran Kristus kita dapat melihat segala sesuatunya dalam perspektif yang tepat, bukan asal pake perasaan kita sendiri..

Contoh lain, waktu Papi saya meninggal. Semua terasa begitu buruk dan salah. Dunia rasanya terbalik buat saya. Tapi sekarang, setelah ribuan hari berlalu (hampir 12 tahun!), saya jadi menyadari bahwa nggak salah kok semua yang telah terjadi dalam hidup saya. Kalo Papi saya masih hidup sampe sekarang, nggak tahu deh di mana saya berada pastinya. Nggak tahu juga gimana keadaan saya. Bisa-bisa saya malah jadi orang paling munafik di dunia. Di depan keluarga baik, di gereja baik, tapi di luar kayak kuda lepas dari pingitan, kalii..

Yang parah, saya pasti nggak akan diijinkan menikah dengan suami saya sekarang ini. Atau mungkin belum punya pacar yang jelas. Habis, tiap ada cowok berkunjung ke rumah selalu diawasi dengan ketat oleh beliau. Jadi deh teman-teman cowok saya pada takut main ke rumah semasa beliau hidup...

Well, ini hanya sepenggal kisah sederhana. Masih ada begitu banyak contoh yang lebih besar di luar sana. Apapun bentuknya, intinya hanya satu. Jangan salahkan keadaan. Jangan sebut apa yang kamu hadapi sebagai benar atau salah, baik atau buruk sebelum kamu benar-benar tahu hasil akhirnya. Karena, siapa yang tahu apa yang menanti di balik setiap peristiwa buruk, atau jebakan apa yang terpasang di balik sesuatu yang tampak baik dan manis di dunia ini?

RELA

Pernah denger kata rela? Biasanya kata ini digunakan untuk menyatakan perasaan ketika kita melepaskan hak kita. Kalo kita kasih duit kita ke orang lain misalnya. Pasti ada pertanyaan 'Rela, nih?'


Alkitab mengajarkan kita untuk menggunakan kerelaan sebagai kasut (alas kaki). Mengapa kerelaan harus dipakai sebagai alas kaki? Karena kaki paling mudah kotor. Dari seluruh bagian tubuh, kaki kita paling banyak terkena debu, kotoran dan kuman-kuman sehingga harus sering dibersihkan. Makanya orang Israel mempunyai adat untuk membasuh kaki, bukan membasuh tangan, wajah atau seluruh tubuh.


Rupanya kerelaan perlu untuk mengalasi bagian-bagian hidup kita yang paling gampang dicemari oleh dunia. Kecemaran apa? Kemarahan, iri hati, kecemburuan, akar pahit, kekecewaan dsb. Bagian ini pun berbeda pada kita satu sama lain. Ada yang sisi egonya paling mudah dicemari, ada yang bagian emosinya, ada yang sisi materialistisnya, banyak hal deh mencoba mencemari kita!


Kerelaan juga membuat kita lebih mudah menerima segala sesuatu. Orang lain lebih diberkati, kita bersyukur. Keadaan orang lain lebih baik, kita ikut senang. Kita melakukan bagian yang lebih berat dari orang lain, kita nggak ngambek. Orang lain bersenang-senang sementara kita harus menyelesaikan kewajiban, kita ok-ok saja. Kita memberi apa yang harus kita beri, tetap bisa tersenyum manis...


Coba kalo dalam hidup kita nggak pake kerelaan sebagai kasut. Wooo.. boro-boro ikut bahagia dengan berkat orang, orang begini sedikit, kita curiga. Orang begitu sedikit, kita sirik. Orang bertingkah lain dari biasanya, kita sibuk berkomentar. Apalgi kalo orang lain diberkati lebih banyak dari kita... bisa-bisa hancur deh hidup kita yang rapuh ini!


Itulah sebabnya penting sekali menggunakan kasut kerelaan. Supaya, jika ada batu-batu amarah, iri hati, atau akar pahit, kita bisa nggak terlalu ketusuk. Kalo ada panasnya kecemburuan di aspal dunia material ini, kita nggak terlalu merasakan teriknya. Jika becek atau lumpur kesedihan dan penyesalan terbentang di depan kita, kita juga nggak takut jadi kotor karena terlindungi. Aman deh perjalanan hidup kita. Nggak perlu sebentar-sebentar mandek. Ada batu-batu, mandek. Becek dikit, mandek. Panas, nggak kuat. Gimana bisa sampai pada tujuan kalo gitu? Tapi dengan kerelaan yang kita pasang sebagai kasut, perjalanan kita akan terasa lebih nyaman...


Apalagi di jaman modern ini, kasut jadi gengsi dan simbol gaya hidup berkelas, lho. Biar baju kita biasa aja, kalo sandal atau sepatunya keren, pasti rasa PD kita ikut terdongkrak. Coba kalo baju kita keren, tapi sandalnya sandal jepit pergi ke mall. Waduh.. malu banget gak sih. Kayak mau ke kamar mandi aja! Kita bakal cari sampe dapet deh, sandal yang agak kerenan supaya kaki ikut naik gengsinya.


Bisa nggak ya hal yang sama kita lakukan pada kaki rohani kita? Bersedia nggak kamu memakai kasut kerelaan yang untuk itu kamu perlu membayar sedikit lebih mahal?

Tips Agar Lebih Produktif

Merasa hidup ini hampa? Nggak produktif atau menghasilkan apapun? Berikut beberapa trik ...


  1. Eksplorasi dirimu.

Gali dalam dalam dirimu. Apa yang ada di sana? Buang batu-batunya, cabut rumput liar dan hama perusak. Lihat kadar kesuburannya. Cari tahu apa yang kamu sukai dan apa-apa yang tidak. Jangan bertahan mengerjakan apa yang kamu tidak benar-benar sukai, karena di sana kamu takkan pernah memberi hasil yang maksimal. Apa yang paling kamu ketahui dalam hidup? Apa yang membuatmu bertahan hidup? Pengalaman-pengalaman buruk sekalipun jika diolah bisa jadi duit, lho. Melalui tulisanmu, misalnya, konseling, pelayanan sosial, banyak hal!


  1. Jangan biarkan emas tinggal di tambang.

Bawalah ia keluar. Munculkan. Jika masih tertutup tanah, gosoklah hingga mengkilap. Itu emas dari tambang emasmu. Lakukan apa yang kamu bisa dengannya. Jual agar menghasilkan. Simpan sebagai investasi. Sepuh jadi lebih mengkilap. Buat jadi perhiasan yang menarik. Kamu bisa melakukan apapun. Harta itu milikmu! Latihlah bakatmu. Perlu ada keseimbangan antara bakat, ketekunan dan kerja keras.


  1. Kejar peluang.

Tiap saat adalah sebuah kesempatan. Jangan sia-siakan saat-saat dalam hidupmu. Pergunakan sebaik mungkin. Buka mata lebar-lebar. Pasang antena. Cari sinyal.


  1. Bertumbuhlah ke arah matahari.

Sebagai sumber kehidupan, matahari sangat diperlukan. Jika terus menerus turun hujan apalagi jika banjir melanda, para petani akan berteriak karena panen gagal. Jika dalam hidup, kita tak bertumbuh ke arah Sang Pencipta, apalagi membiarkan pencobaan menguasai kita, demikian jugalah akan terjadi dalam hidup. Tidak ada 'panen' dalam hidup kita. Jika masih tak tahu buah apa yang harus kamu hasilkan, tanyalah padaNya sebagai Pencipta dan Pemberi Hidupmu!


  1. Taburkan benih kebaikan.

Kita nggak akan pernah tahu mana yang akan terlebih dulu menghasilkan, jadi taburkan semuanya. Jangan beri dirimu terlalu banyak istirahat. Kerjakan sekarang.


  1. Perhatikan tanah tempat kamu bertumbuh.

Jika tanahnya berbatu-batu, berduri, penuh semak atau terisi dengan apapun yang identik dengan nggak subur, nggak usah repot-repot, kamu nggak akan bertumbuh dengan baik. Burung-burung akan memakan benihnya. Angin akan membawanya terbang. Semak duri akan menghimpitnya. Tak ada pilihan lain. Keluar dari sana. Cari lingkungan dan pergaulan yang akan membuatmu tumbuh subur dan berbuah lebat.


  1. Sirami benihnya tiap hari.

Beri makan jiwamu. Jangan biarkan ia mati kekeringan. Perlu ada keseimbangan antara kebutuhan mental dengan fisik, kebutuhan jasmani dengan rohani. Dunia ini bukan hanya tempat kita hidup secara materi, karena kita punya jiwa dan roh yang sifatnya kekal. Lagi, apa gunanya seseorang memperoleh seisi dunia namun jiwanya binasa?


  1. Potong ranting yang tak berbuah.

Buang segala dosa dan kejahatan. Ranting kering akan menular dan menghambatmu menghasilkan buah yang baik. Dengan membuangnya, akan membantu ranting lain dalam dirimu cepat berbuah.

Tuesday, March 4, 2008

A Hole In Our Soul

Ternyata, masih banyak orang belum menemukan pengisi yang tepat bagi lubang yang menganga dalam jiwa mereka. Padahal, tiap orang memiliki lubang kepedihannya masing-masing. Ada yang bernama penolakan, pelecehan, kekecewaan, merasa tak berharga dan sebagainya, sehingga akibatnya mereka merasakan sakit hati yang nggak jarang terbawa sampai ke liang kubur. Sungguh mengenaskan...

Ada orang-orang yang mencoba mengisi lubang tersebut dengan cara berpakaian yang high class atau istilah kerennya haute couture, berusaha dan jadi terobsesi dengan pekerjaan, gaya hidup mewah, namun ada juga yang menarik diri dari pergaulan.

Sayang sekali kita lebih suka untuk memperbaiki faktor eksternal demi menyembunyikan luka tersebut daripada melihat ke dalam. Padahal dengan melihat ke dalam berarti kita mencari tahu apa penyebabnya. Bagaimana mungkin kita menemukan jawaban tanpa mendengar pertanyaannya terlebih dahulu?

Mungkin kita semua perlu memberikan kotak perak berpita emas pada tiap orang yaa? Mungkin melalui senyuman kita, kata-kata penghiburan, kalimat yang membangun, menguatkan, atau perbuatan apa saja yang membuat orang lain merasa dikasihi dan berharga. Mungkin dengan demikian kita dapat mengembalikan jiwa-jiwa yang tidak bahagia pada jalannya...

Masalahnya, banyak orang karena kebutuhan emosionalnya belum terpenuhi, tidak dapat memenuhi kebutuhan orang lain. Mereka butuh diperhatikan, disayangi, dan berbagai kebutuhan emosional lainnya sementara orang yang diharapkan pun sedang bergumul dengan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Pantas saja jika kemudian terjadi banyak perselisihan, pertikaian, kemarahan bahkan peperangan yang tiada akhir.

Mungkin yang harus kita lakukan adalah datang pada Tuhan, menyerahkan segala beban emosional kita, membersihkan jiwa, membuang segala sampah emosional yang menumpuk dalam batin agar hidup kita disucikan dan diperbaharui. Bukan apa sih, tapi terus terang sangat susah untuk bergaul dengan orang-orang yang jiwanya terluka tanpa mau repot-repot memperbaiki dirinya. Semua akan selalu terasa salah bagi mereka. Dan jika akar permasalahannya tidak segera dibereskan, tipe orang begini akan dapat menghancurkan tidak hanya dirinya sendiri, tapi juga ribuan orang lain yang bersentuhan dengannya melalui sikap atau senjata mulutnya yang mematikan!

Jika kamu masih memiliki lubang kepedihan dalam jiwamu, jangan berlambatan, datanglah kepada Tuhan dan mintalah agar Ia memulihkan dirimu. Dengan demikian kamu telah mengubah dunia. Bukankah satu orang saja yang menjadikan keadaannya lebih baik telah mengubah dunianya jadi lebih baik?

Sindrom Penipu

Ini istilah yang dipakai oleh Dr. Robin Smith di Oprah Show untuk menyebut orang-orang yang suka menyembunyikan diri di balik sesuatu yang mereka anggap cukup berarti. Belanja barang-barang mewah, misalnya. Atau dengan menjadi imitasi pribadi orang lain yang jadi idola. Entah karena tak suka atau tak puas dengan keadaan diri sendiri, mereka melakukannya.


Oprah sendiri mengakui bahwa dia pernah meniru habis gaya Diana Ross. Kemudian Barbara Walters. Lalu Tina Turner dengan rambut anehnya yang khas. Tapi kemudian dia sadar bahwa dia tak bisa jadi seperti itu. Dan tidak ada keinginan Tuhan bagi kita yang lebih besar selain kita menjadi diri sendiri. Bukankah Dia yang menciptakan kita lengkap dengan segala kekurangan dan kelemahan kita yang tak luput dari perhatianNya?


Sungguh sayang jika kita menyembunyikan diri kita di balik hal-hal yang tak berarti seperti belanja tadi. Kita pikir barang mewah bisa mengangkat harga diri kita. Kita pikir bergaul dengan kalangan atas dapat menaikkan nilai kita. Kita pikir dengan mengikuti gaya hidup tertentu orang akan menganggukkan kepala penuh hormat pada kita. Dan ok, kamu benar. Hal-hal tersebut memang dapat melakukan banyak hal pada diri kita. Tapi selebihnya, jika barang-barang tersebut sudah tak lagi kita kenakan, ke manakah perginya harga diri kita? Ke manakah orang-orang yang mengangguk penuh hormat pada kita tadi? Masihkah kita mengenal nilai diri kita? Masihkah hidup kita mempunyai arti? Bukankah kita tak dapat melarikan diri dari diri kita sendiri?


Diri kita adalah sebuah paradoks. Dapat menjadi penjara yang membelenggu dengan segala keangkuhan dan keegoisannya, tapi juga dapat menjadi simbol kebebasan bagi mereka yang bersedia merelakan orang lain memasuki dan mengenali dirinya lebih dalam. Mereka yang bersedia membiarkan orang lain mengetahui dan memahami kekurangannya takkan pernah terkungkung dalam penjara dirinya sendiri!


Ada orang-orang yang begitu peduli dengan penilaian orang lain. Mereka resah dengan apa yang dipikirkan atau dikatakan orang. Padahal, diri kita bukanlah apa yang dipikirkan orang. Kita adalah apa yang kita pikirkan atau rasakan. Jangan takut dan menganggap rendah dirimu sendiri. Kamu berharga. Bukan karena apa yang kamu lakukan, bukan juga karena apa yang makan dan pakai. Kamu ada. Kamu hidup. Itu saja sudah cukup untuk menjadikanmu berharga..

Menanti Datangnya Yang Terbaik

Ada kalanya kita harus menunggu lama dalam hidup untuk memperoleh sesuatu. Victor Narovski dalam 'The Terminal' menunggu di bandara selama sembilan bulan demi memenuhi janji meminta tanda tangan Benny Olson kepada ayahnya. Dan ayahnya, Dimitri Narovski, menunggu selama 40 tahun untuk mengumpulkan tanda tangan -tanda tangan musisi jazz favoritnya. Sebaliknya, Amelia Jane Warren menunggu selama tujuh tahun hingga kelelahan hanya untuk laki-laki yang takkan meninggalkan istrinya.

Kita memang perlu menunggu untuk tujuan tertentu. Tapi jika kita hanya menunggu untuk hal-hal yang tak pasti dalam hidup, lebih baik lupakan saja, masih ada banyak hal lain menunggu untuk kita lakukan. Mengapa kita membuang waktu kita untuk sesuatu yang sia-sia?

Jika berhubungan dengan waktu, kita kerap tak bisa bersabar. Kita mau SEKARANG. Kita nggak mau menunggu untuk datangnya sesuatu yang lebih baik. Sekalinya menunggu, kita menunggu hal yang salah. Mungkin memang ada hal-hal yang harus dipertahankan dalam hidup dan ada yang harus dilepaskan untuk menerima sesuatu yang lebih baik. Tapi, karena nggak sabar, kita seringnya mendapat hasil yang seadanya karena yang kita tunggu itu belum matang betul dari oven. Jika Pengkhotbah menulis bahwa Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya, maka demikianlah adanya.

Pada saat kita berada di bawah tekanan, seringnya kita hanya bisa mengeluh. Kita nggak bisa melihat ke sekeliling sehingga tidak belajar apapun dari keadaan tersebut. Padahal, nggak ada yang kebetulan di dalam Tuhan,. Dia merangkai setiap perkara untuk bekerja bersama mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia. Cuma, kita saja yang seringnya merasa gak tahan dengan keadaan dan lekas menyerah.

Yang sering menjadi masalah adalah kesabaran kita. Jika sesuatu memang layak kita tunggu, jangan menyerah. (Konon, orang yang genius itu sebenarnya adalah orang yang sabar, lho!). Menantilah dalam pengharapan, lakukan yang terbaik dalam masa penantian itu agar kita mendapatkan hasil yang terbaik pada saatnya kelak..

Mental Juara

Kita harus melakukan setiap hal dengan dagu yang terangkat, kata Maria Shriver tentang penyakit alzheimer yang diderita ayahnya dalam wawancaranya di Oprah Show. Demikian juga kata salah seorang peserta Fear Factor, 'Apapun yang terjadi, menang atau kalah, aku akan pulang dengan sikap seorang pemenang..'.


Kadang, kita nggak punya kecenderungan sikap atau mental seorang pemenang. Terhadap gossip, perlakuan orang, sikap di pertandingan, di sekolah, atau masalah dalam pekerjaan acap membuat kita berlaku seperti pecundang.

Mungkin kamu tanya, gimana sih mental juara itu?

Seorang pelatih olah raga mengatakan bahwa Steffi Graf, bekas petenis putri nomor satu dunia, punya mental ini. Setelah menang dalam sebuah pertandingan, dia tidak langsung berleha-leha, belanja atau istirahat, melainkan langsung mencari lapangan kosong untuk kembali berlatih! Coba kalo kita.. menang dikit aja, pestanya sudah ke mana-mana, kali...

Jika hidup adalah sebuah pertandingan, kebayang nggak sih betapa susahnya kita harus berlatih tiap harinya. Jangankan menang terhadap keadaan, terhadap diri sendiri saja seringnya susaaaah sekali kita menang. Kita nggak mudah bisa mengalahkan keinginan-keinginan kita, emosi, atau pikiran kita begitu saja. Apalgi jika itu berhubungan dengan hal-hal buruk seperti ketakutan, ancaman, atau pikiran-pikiran negatif. Padahal, katanya, pikiran positif itu lebih kuat daripada pikiran negatif, lho. Dan menurut Law of Attraction, pikiran kita itu mempunyai frekwensi yang jika dipancarkan, maka sinyalnya akan mencari gelombang yang sama yang dipancarkan di seluruh dunia ini. Jika pikiran kita buruk, maka ia akan menarik semua pikiran atau gelombang yang sama buruk. Bayangkan apa yang akan terjadi dalam hidup kita jika pikiran kita selalu saja buruk...

Kita suka malu mengakui keadaan kita. Kita jadi pecundang terhadap diri sendiri. Padahal, nggak selamanya hidup berjalan mulus dan sempurna, kaan? Kita sepenuhnya menyadari hal itu, tapi susah rasanya untuk mengakui keadaan kita dengan kepala tegak dan dagu terangkat. Sepertinya kita harus membiasakan diri, nih. Bukankah sifat yang baik juga berasal dari kebiasaan yang baik?

Mungkin awalnya kagok juga ya, membiasakan diri untuk menang tiap hari, seperti iklannya Milo. Tapi bukankah semua usaha yang baik itu patut dicoba dan butuh perjuangan untuk mencapainya?

Banyak hal bisa bikin kita merasa malu, marah, kecewa atau takut tiap harinya (tapi jadi nggak monoton kan, hidup ini?). Dan paling nggak, tanpa hal-hal tersebut, kayaknya hidup kita bakal jadi seperti dunia tanpa lagu, deh, kayak lagunya Delon.

Mau menang atau tidak, itulah pertanyaannya. To win or not to win, it is the question. It's the big deal.

Mari jalani hidup dengan kepala tegak dan dagu terangkat. Hadapilah keadaanmu.

Siapa bilang jalan pintas itu lebih mudah? Bukankah yang susah-susah itulah yang memberi nilai tambah pada hidup ini?

Mengubah Rasa Iri Jadi Kebajikan

Menurut Tabloid Aura, rasa iri bisa kita ubah jadi kebajikan. Toh, jika kita iri pada seseorang berarti orang tersebut sudah memberi contoh pada kita bahwa mereka berhasil. Mereka melakukan apa yang kita ingin lakukan. Makanya, rasa iri tersebut biasanya terjadi pada orang di sekitar kita. Bukan pada J.Lo yang sexy misalnya, atau Brad Pitt yang ngetop, karena mereka ada jauh di luar lingkup kita. Tapi coba kalo sohib atau teman sekerja kita yang dapat kemajuan, kenaikan gaji, pacar keren, atau justru mereka yang tampilannya berubah jadi lebih keren.. hmmghhh!!

Atau mungkin kita perlu bertanya bagaimana jika kita tak pernah merasa iri pada orang lain. Apakah dengan demikian berarti kita termasuk orang yang sangat baik dan berhasil mencapai tingkatan tertinggi dalam penyucian hati, ataukah karena kita memang nggak punya tujuan atau keinginan apa-apa dalam hati, yaa... Berarti nyata kan bahwa rasa iri bisa kita gunakan sebagai pendorong semangat kita?

Memang sih, setiap energi buruk atau kelemahan terburuk sekalipun, bisa kok diproses jadi kekuatan dan energi yang berarti, apapun itu. Tapi, kadang kita nggak berpikir ke arah itu. Yang jadi fokus kita hanya 'Mengapa dia bisa dan aku nggak?!' Syiriiiiik banget deh, yang ada..

Supaya nggak iri, lebih baik kita mengisi hati kita dengan kedamaian dan bukan sekedar keinginan-keinginan duniawi yang nggak abadi, supaya jika toh keinginan itu nggak kesampaian, kita tetap panjang umur dan sejahtera.

Daripada kita membanding-bandingkan keberhasilan orang lain dengan kelemahan kita, bukankah lebih baik kita merenungkan saja hal-hal apa yang membuat orang itu berhasil, kemudian bertindak. Lakukan sesuatu untuk mencapai keberhasilan tersebut.

Kadang saya juga berpikir, apakah tiap orang mempunyai peluang yang berbeda sehingga mendapatkan sukses yang berbeda? Apakah kejelian kita menangkap peluang saja yang beda? Tapi saya selalu kembali pada pemikiran bahwa semua ada dalam waktunya Tuhan. Kita bisa menginginkan ini dan itu dalam hidup kita dan gagal, tapi Tuhan tidak. Dia selalu punya rencana yang terbaik. Kitanya saja sih yang seringkali agak lambat menangkap arah dan maksudNya.

Mungkin daripada iri, lebih baik kagum kali ya sama orang lain. Kagum pada perjuangan, usaha dan karya orang lain yang lebih baik dari kita. Kalo syirik, kayaknya itu bisikan setan deh. Bukankah kita sendiri yang bisa mengatur keseimbangan dalam hidup kita? Jika kita hanya berpangku tangan dan meratapi nasib, jangan harap sesuatu akan terjadi, deh. Bangkit dong. Berusaha. Pikirkan sesuatu dan bertindaklah. Maafkan dirimu sendiri dan buka pikiranmu terhadap ide-ide baru. Baharui hatimu dan jaga semangatmu tetap menyala.

Yuk, siapkan diri, gunakan rasa irimu sebagai penggerak usahamu menuju sukses...

Kesempatan Besar melalui Peristiwa Kecil

Kejadian terkecil memiliki arti penting bagi pengembangan karakter kita. Tiap hari merupakan hari yang penting dan setiap detik adalah kesempatan bertumbuh untuk memperdalam karakter Anda, untuk menunjukkan kasih atau untuk bergantung pada Allah.

Ujian dari Tuhan kadang datang dalam bentuk kecil dan sepele. Mungkin karena itu tak terlalu terlihat, jadi kita acap tak memperhatikannya. Tapi dalam banyak hal, kita seringkali kalah terhadap hal-hal yang sepertinya tak dapat mengalahkan kita. Kita mungkin dengan mudahnya memenangkan ujian dalam hal-hal besar, tapi yang sepele seperti kejengkelan kecil, keterlambatan kecil, hal-hal kecil seperti itu seringkali kita tak lolos.

Hal terbesar yang Allah percayakan seringkali berupa ujian atau tantangan sehari-hari. Dia ingin melihat sikap kita menanganinya dan melalui itu, diharapkan Dia bisa mempercayakan sesuatu pada kita. Coba jika kita semua menganggap bahwa setiap saat dalam hidup kita adalah ujian, pasti kita bisa deh menangani semua persoalan. Tapi kita suka lupa. Kita lupa ada Tuhan di sorga yang memberikan penilaian tersebut buat kita. Jika demikian, bagaimana kita bisa tampil sebagai pemenang?

Allah Memakai Keterbatasan Kita


Semua orang punya kelemahan dan ketidak sempurnaan: fisik, emosi, intelektual dan rohani. Atau juga keadaan yang tak bisa dikendalikan seperti keuangan atau hubungan.

Biasanya, sebagai manusia kita suka menyangkali kelemahan kita, membelanya, mencari dalih untuk menyembunyikannya dan membencinya. Namun hal ini mencegah Allah menggunakannya dengan cara yang Dia inginkan!

Kita hanyalah manusia. Kadang dibutuhkan sebuah krisis atau masalah dulu untuk mengakuinya. Kelemahan adalah keterbatasan yang kita warisi dan kita tidak punya kuasa untuk mengubahnya. Kelemhan-kelemahan tersebut bisa jadi keterbatasan fisik seperti cacat, penyakit kronis, atau merasa loyo. Juga keterbatasan emosional seperti trauma, ingatan yang menyakitkan, keanehan kepribadian, atau keterbatasan bakat.

Namun Allah tidak pernah dibatasi oleh keterbatasan kita!

Yang menarik adalah pernyataan dan janji Allah bahwa di saat kita paling lemah, kuasaNya dinyatakan paling sempurna. Pernah menonton film Facing The Giants? Ada satu adegan di mana David Fairchild bertanya kepada ayahnya mengapa ia dilahirkan dengan tubuh yang kecil dan lemah. Jawab ayahnya 'Karena aku berdoa agar melalui dirimu, orang dapat melihat kuasa Allah yang besar..'.

Kapanpun kamu merasa lemah, ingatlah, bisa jadi Allah sedang mengingatkan kamu untuk bergantung padanya!

Hanya Kamu yang Bisa Menjadi Kamu

Pernahkah kamu merasa tidak menemukan dirimu yang sebenarnya? Atau kebingungan mencari tujuan hidupmu di dunia ini?

Rick warren punya teori yang sangat bagus dalam bukunya, Purpose Driven Life. Bagaimana kita mencari tahu siapa diri kita atau apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan adalah dengan melihat SHAPE dalam diri kita :

SPIRITUAL GIFTS

Cari tahu apa karunia yang Tuhan berikan padamu. Karunia ini berbeda satu dengan yang lain. Jangan suka iri dan membandingkannya dengan apa yang orang lain miliki. Dia suka keragaman, makanya kita beda.

HEART

Dengarkan hatimu. Apa yang menjadi minatmu yang ditaruh Allah dalam hati untuk melayani Dia? Ada hal-hal yang menarik buat kita dan ada yang sama sekali tidak. Apapun itu, tekuni dan lakukan untuk kemuliaan Tuhan.

Tuhan mau kita melayaniNya karena kerinduan, bukan kewajiban. Jadi, lakukan apa yang kamu senangi. Mendengarkan batin bisa jadi petunjuk pelayanan apa yang Allah ingin kita kerjakan.

Jangan puas meraih kehidupan yang baik, karena itu tidaklah cukup baik. Pikirkan apa yang kita senang lakukan, yaitu apa yang Allah berikan untuk kita lakukan.

ABILITY

Tuhan memberikan pada kita kemampuan yang berbeda. Kalo kamu nggak bisa nyanyi, nggak mungkin dong, kamu dimintaNya jadi penyanyi opera.. Dia minta kita melayani menurut apa yang kita mampu kerjakan.

PERSONALITY

Ahli-ahli menduga bahwa semua partikel di alam semesta mungkin kurang dari 10 dengan 76 angka di belakangnya, jauh lebih sedikit daripada kemungkinan DNA kita. Keunikan kita adalah fakta ilmiah dari kehidupan. Temperamen atau kepribadian kita adalah pemberian Allah dan tak ada yang benar atau salah dengan itu. Tuhan membuat kamu menjadi kamu!

EXPERIENCE

Pengalaman membentuk kehidupan kita, yang sebagian besarnya di luar kendali kita. Intinya, pengalaman-pengalaman paling menyakitkanlah yang paling Allah pakai untuk mempersiapkan kita bagi pelayanan. Dia tidak pernah membiarkan satu luka hati pun terjadi tanpa tujuan. Kadang, pengalaman yang paling kita benci atau sesali adalah pengalaman yang Allah ingin gunakan untuk menolong orang lain.

Jika kamu masih juga merasa gamang dalam hidup ini, merasa bahwa hidupmu tidak berarti, tak ada guna, bahkan semua yang kamu miliki hanyalah pengalaman buruk, renungkanlah kembali. Jangan-jangan itu salah satu cara Allah untuk memakaimu menjadi alatNya yang besar!

Apa yang menjadi SHAPE dalam dirimu?

Kamu Takkan Pernah Bisa Lagi Seperti Saya


Melihat keadaan sekarang, rasanya banyak sekali pergeseran nilai-nilai telah terjadi. Norma-norma sosial yang tadinya begitu diagungkan pun, tak jarang telah tergeser di generasi ini. Hampir susah rasanya menemukan generasi muda yang masih mau mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma. Bahkan, hal-hal yang dahulu dipertahankan sebagai sebuah tradisi, tak jarang telah bergeser dari garisnya.

Jika generasi dulu begitu mengagungkan budaya ketimuran, misalnya, di jaman ini rasanya agak aneh jika ada yang masih berpegang pada tradisi. Yaah, bukan semua orang sih, tapi demikianlah kebanyakan.

Soal pergaulan bebas, misalnya. Jika di jaman dulu seks begitu tabu untuk dibahas, di hari gini seks sepertinya diobral. Majalah-majalah yang dulu begitu konservatif dan menjaga untuk tidak mengangkat topik itu, sekarang dengan lantang meneriakkannya. Bahkan film-film porno sangat mudah untuk didapat. Di jaman teknologi begini, anak kecil pun sudah bisa mengaksesnya melalui blue tooth di ponsel mereka, atau internet. Kesucian jadi semacam hal yang langka di jaman ini. Betapa menyedihkannya...

Ada sebuah kisah menarik buat kamu-kamu yang masih mau mempertahankan kesucian diri. Seorang gadis di Amerika berniat untuk mempertahankan kesuciannya. Dia tak mau berhubungan seks sebelum menikah, apapun alasannya. Teman-teman perempuannya selalu merayu dan membujuknya. Mereka tak henti-hentinya menceritakan pengalaman-pengalaman hot mereka agar si gadis terbujuk. Tapi ia tak jua bergeming. Sehebat apapun mereka mencoba menggodanya, ia tetap teguh pada komitmennya. Hingga akhirnya, ketika sudah tak tahan lagi, ia mengatakan kepada mereka 'Kapanpun saya mau, saya bisa jadi seperti kalian. Tapi kalian, takkan pernah bisa lagi jadi seperti saya'.

Well, ini sebuah kalimat yang sangat sederhana, tapi cukup mengena. Virginity atau keperawanan memang hanya dapat dimiliki satu kali. Kapanpun kita melepaskannya, kita takkan pernah bisa mendapatkannya lagi.

Bagi banyak orang di di jaman ini, keperawanan mungkin bukan sesuatu yang istimewa. Ada banyak remaja yang melakukan hubungan seks dengan kekasihnya atas nama cinta. Ada yang menjual dirinya demi kemewahan. Ada yang sekedar balas dendam, ada yang melakukannya karena kecewa. Mungkin juga ada banyak orang yang coba membujuk kamu melakukan hubungan intim sebelum menikah dengan iming-iming yang menjanjikan. Apapun alasannya, kita tak dapat mengendalikan keinginan mereka. Namun kamu, punya hak dan kewajiban untuk mengontrol sikapmu. Kamu berhak menolak apapun yang kamu tak mau lakukan. Jangan pernah salahkan orang lain jika kemudian kamu menyesalinya.

Percayalah, Tuhan memberikan pada kita virginity atau keperawanan sebagai anugerah yang seyogyanya dapat kita nikmati bersama pasangan kita yang sah dan kita cintai. Jangan sampe kamu nyesel deh, karena memberikannya pada orang yang salah.

Bersabarlah, karena Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya..

Mengapa Seks Pra-Nikah Dilarang


Menurut Neil T. Anderson dan Dave Park dalam buku mereka Ultimate Love, The Real Thing, ada beberapa alasan mengapa seks pra nikah dilarang:

  1. Jika kamu terlibat secara seksual dengan pasangan sebelum menikah, maka pikiranmu akan sangat terfokus pada hal itu, bukan pada bagaimana membangun hubungan baik dengannya. Tubuh atau daging kita punya sifat penuntut. Ia takkan pernah dipuaskan dengan cara apapun sampai kita memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain, seks itu nyandu. Jika kamu melakukannya satu kali, kamu akan punya keinginan untuk mengulanginya lagi dan lagi..
  2. Pikirkan akibat jangka panjangnya. Apa kamu mau kelak menceritakan pada orang yang kamu kasihi tentang siapa-siapa saja yang sudah menyentuh tubuhmu sebelum pasangan resmimu?
  3. Dosa seksual memotong kemampuan Tuhan untuk memberkati dan memimpinmu pada cinta yang dalam dan kebebasan yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang murni. Dosa perzinahan membuat Tuhan bergerak ke area disiplin dalam hidup manusia.
  4. Tubuh kita adalah Bait Allah. Seharusnya kita memuliakan Allah dengan tubuh kita. Sebuah alat hanya akan tepat guna jika berada di tangan yang tepat. Jika kita menyerahkan tubuh kita pada dosa, maka tubuh kita akan menuruti keinginan-keinginannya. Kita jadi budak dosa. Tapi jika kita menyerahkan tubuh kita pada Allah, maka diri kita akan jadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Dengan demikian kita melakukan ibadah yang sejati.

Saat orang menekan kita untuk melakukan sesuatu, maka itu bukanlah cinta. Cinta tidak kenal paksaan. Cinta tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Cinta itu sabar menanggung segala sesuatu. Jika kekasihmu memaksa atau menekanmu untuk berhubungan seks dengan alasan pembuktian cinta, pikirkan baik-baik deh hubungan kalian. Ini memang cinta atau hanya nafsu?

Jika dia mengancam untuk putus, jangan merasa rugi. Putuslah baik-baik dengannya. Masih banyak kok, orang di luar sana yang bersedia menunggumu. Seperti judul sebuah lagu, cinta akan menemukan jalannya. Jika berjodoh, pasti kalian akan bersatu lagi kelak. Jika memang tidak, ya buat apa dipertahankan?

Mengapa Seks Pra-Nikah Dilarang


Menurut Neil T. Anderson dan Dave Park dalam buku mereka Ultimate Love, The Real Thing, ada beberapa alasan mengapa seks pra nikah dilarang:

  1. Jika kamu terlibat secara seksual dengan pasangan sebelum menikah, maka pikiranmu akan sangat terfokus pada hal itu, bukan pada bagaimana membangun hubungan baik dengannya. Tubuh atau daging kita punya sifat penuntut. Ia takkan pernah dipuaskan dengan cara apapun sampai kita memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain, seks itu nyandu. Jika kamu melakukannya satu kali, kamu akan punya keinginan untuk mengulanginya lagi dan lagi..
  2. Pikirkan akibat jangka panjangnya. Apa kamu mau kelak menceritakan pada orang yang kamu kasihi tentang siapa-siapa saja yang sudah menyentuh tubuhmu sebelum pasangan resmimu?
  3. Dosa seksual memotong kemampuan Tuhan untuk memberkati dan memimpinmu pada cinta yang dalam dan kebebasan yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang murni. Dosa perzinahan membuat Tuhan bergerak ke area disiplin dalam hidup manusia.
  4. Tubuh kita adalah Bait Allah. Seharusnya kita memuliakan Allah dengan tubuh kita. Sebuah alat hanya akan tepat guna jika berada di tangan yang tepat. Jika kita menyerahkan tubuh kita pada dosa, maka tubuh kita akan menuruti keinginan-keinginannya. Kita jadi budak dosa. Tapi jika kita menyerahkan tubuh kita pada Allah, maka diri kita akan jadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Dengan demikian kita melakukan ibadah yang sejati.

Saat orang menekan kita untuk melakukan sesuatu, maka itu bukanlah cinta. Cinta tidak kenal paksaan. Cinta tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Cinta itu sabar menanggung segala sesuatu. Jika kekasihmu memaksa atau menekanmu untuk berhubungan seks dengan alasan pembuktian cinta, pikirkan baik-baik deh hubungan kalian. Ini memang cinta atau hanya nafsu?

Jika dia mengancam untuk putus, jangan merasa rugi. Putuslah baik-baik dengannya. Masih banyak kok, orang di luar sana yang bersedia menunggumu. Seperti judul sebuah lagu, cinta akan menemukan jalannya. Jika berjodoh, pasti kalian akan bersatu lagi kelak. Jika memang tidak, ya buat apa dipertahankan?

Kita Bukannya Tak Terkalahkan

Menurut Ray Pritchard dalam bukunya The Road Best Traveled, penderitaan mengungkapkan kelemahan-kelemahan kita. Penderitaan merobek topeng kecukupan diri dan mengungkapkan ketidak berdayaan kita. Kadang kita merasa bahwa diri kita baik-baik saja. Kuat dan mampu melakukan banyak hal. Padahal ... siapa sih lo? Kata sebuah iklan.

Melalui penderitaan kita bisa melihat diri kita yang sebenarnya. Bahwa kita ini lemah tak berdaya. Bahwa kita ini sebenarnya bukannya tak terkalahkan. Coba kalo kita senang terus, nggak pernah ngerasain penderitaan, mungkin kita nggak akan bisa melihat siapa diri kita yang sebenarnya, kali..

Jika kadang kita merasa tertekan, stress, depresi, bahkan tak jarang harus meneteskan air mata siang dan malam, mungkin saja itu rencana Tuhan untuk kita kembali kepadaNya. Air mata (atau penderitaan?) konon, menyucikan jiwa. Air mata dan kepedihan membuat kita dimurnikan. Mungkin Tuhan capek, kali ya, liat orang-orang yang merasa dirinya hebat, kuat dan merasa tak terkalahkan. Makanya Dia mengirimkan penderitaan sebagai sebuah cara yang nggak enak untuk mengubah sifat-sifat buruk manusia tersebut.

Ok, mungkin kita perlu juga untuk jadi unbreakable, tak gampang patah atau hancur atau rusak dalam beberapa hal. Tapi ada kalanya kita perlu juga memandang diri kita sebagai makhluk yang lemah dan tak cukup kuat menghadapi berbagai cobaan di dunia ini. Penderitaan seringkali membuka mata kita untuk mengenal dan menemukan kenyataan tentang diri kita yang sebenarnya. Mungkin kalo kita merasa unbreakable sih ok-ok saja, tapi ada saatnya kita perlu juga dihancur remukkan sebelum diubah menjadi ciptaan baru (biasanya sih karena kita keras kepala dan nggak mau berubah berubah juga...).

Jika banyak tekanan sedang kamu hadapi, ingatlah dua hal tentang ujian:

  1. Test – ini dari Tuhan, diijinkan karena Ia menginginkan kita melaluinya dengan baik, berhasil atau lulus dengan nilai cemerlang, seperti jika kita mengikuti ujian di sekolah.
  2. Temptation – dari Iblis, dan ia menginginkan agar kita jatuh atau gagal melalui pencobaan tersebut.

Namun di balik semua ujian yang kamu hadapi, ingatlah ungkapan yang menyatakan bahwa 'Apapun yang tidak membunuhmu, membuatmu lebih kuat'.

Jika hingga kini pencobaan belum membunuhmu, anggap saja ini jalan Tuhan untuk membuat kita jadi lebih kuat, lebih matang, lebih bijak, dan berhasil naik ke tingkat berikutnya dalam tahapan kehidupan...

Saturday, March 1, 2008

Diubahkan Lewat Persoalan

Jika Anda sedang menghadapi masalah, ingatlah beberapa hal di bawah ini:

  • Allah memiliki tujuan di balik segala masalah. 'Jangan bingung atau heran apabila kelak kita mengalami cobaan yang hebat, sebab itu bukanlah sesuatu yang luar biasa', kata Rasul Yakobus.
  • Masalah membawa kita lebih dekat dengan Tuhan. Pengalaman kita paling dekat dengan Tuhan seringkali adalah pada masa paling gelap dalam hidup kita. Patah hati, ditinggalkan, dikhianati, dsb. Kita takkan pernah mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya yang butuhkan sebelum Ia menjadi satu-satunya yang kita miliki.
  • Tidak ada masalah yang terjadi tanpa sepengetahuan Allah. Setiap hari dalam hidup kita sudah tertulis dalam bukuNya jauh sebelum kita dilahirkan. Kehidupan kita bukanlah hasil dari peluang secara acak, nasib atau keberuntungan. Ada sebuah rencana induk! Mungkin kita pernah membuat kesalahan, tapi Allah tidak. Jika bahan-bahan pembuat kue kita masukkan sendiri sendiri mungkin rasanya tak enak: tepung terigu, ragi, telur mentah dsb. Tapi jika kita campur dan panggang, kamu bisa tebak deh rasanya!
  • Di balik persoalan itu, ada Allah yang bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Dan Dia ahli mendatangkan kebaikan, bahkan dalam keadaan paling buruk dan jahat sekalipun! Jika kita dibentuk dengan palu dan penderitaan agar menjadi permata, maka inilah terorinya: Jika palu tak bisa merontokkan bagian pinggir kita yang kasar, Dia akan menggunakan palu godam. Jika masih juga tak berhasil, Dia akan gunakan palu pelobang beton. Allah akan memakai apapun yang diperlukan!
  • Setiap masalah adalah kesempatan untuk membangun karakter. Semakin sulit masalahnya, semakin besar juga potensi untuk membangun otot-otot rohani dan serat moral. Jika Allah mengijinkan penderitaan dan salib dialami AnakNya, kenapa kita harus dibebaskan dari hal itu? Pembentukan karakter merupakan proses yang lambat. Ke manapun kita berusaha melarikan diri atau menghindar dari proses itu, kita menunda pertumbuhan kita dan bisa-bisa berakhir dengan penderitaan yang lebih buruk..


Apapun yang terjadi, percayalah, ada tangan Allah dalam lingkaran kehidupan yang acak, membingungkan dan sepertinya tanpa arti.

Jika Anda sedang menghadapi masalah, jangan tanya lagi 'Mengapa aku?', tapi 'Apa yang Kau ingin aku pelajari?'

Jangan menyerah dalam persoalan. Bertumbuhlah!

Bertumbuh melalui Keadaan yang Sukar

Kita suka merasa dapat menjadi lebih baik jika berada di tempat yang lebih baik. Kita mau lingkungan yang baik, pekerjaan yang baik, keluarga yang baik, punya sifat yang baik, pokoknya semua yang baik, bahkan kalo bisa, paling baik.

Kadang kita pikir dengan keadaan yang lebih baik, sekeliling kita juga akan jadi lebih baik. Nyatanya, Tuhan suka menguji kita melalui sikap kita yang kita tunjukkan pada orang lain. Contohnya, Rut dan Naomi. Siapa suruh Rut mengikut Naomi? Dia bisa memilih pilihan yang satu lagi: pulang dan meninggalkan mertuanya. Namun ia memilih untuk setia. Perempuan berdoa yang mengurapi Yesus memilih untuk tidak mendengarkan omongan Yudas, dan namanya dikenal orang di mana saja Injil diberitakan karena perbuatan baiknya. Rahab memilih untuk menghianati bangsanya dan menyelamatkan 2 mata-mata Israel, perbuatan yang mencatatkan dirinya sebagai nenek moyang Yesus. Selalu ada pilihan untuk kita menentukan sikap!

Orang pikir, dengan mengasingkan diri, kita bisa jadi lebih suci. Misalnya, aturan untuk tidak makan di depan orang yang sedang berpuasa. Padahal, jika tidak diuji, bagaimana kita mengukur kemampuan kita? Bagaimana Tuhan bisa memberi upah dan pahala buat kita?

Jika keadaan sekeliling kita baik, kita mungkin nggak akan pernah maju dan bertumbuh. Tapi Tuhan tak pernah salah menempatkan kita. Di manapun Dia ijinkan kita berada, Dia ingin kita bertumbuh dan berhasil melalui segala ujian kehidupan..

Hubungan Selalu Layak Dipulihkan


Inti kehidupan ialah belajar mengasihi. Kadang, kita terlalu cepat menyerah dalam berhubungan dengan orang lain. Ketika mulai ada keretakan, sakit hati atau konflik, kita mulai menolaknya. Kita mau setiap orang di dunia sempurna. Padahal, Allah ingin kita menghargai dan memelihara tiap hubungan. Kemampuan kita bergaul baik dengan orang lain merupakan tanda kedewasaan rohani. Persatuan yang pecah merupakan kesaksian yang memalukan bagi orang percaya. Belajarlah menjadi pembawa damai, bukan sekedar cinta damai.

7 Langkah Alkitab untuk memulihkan persekutuan:

1. Bicara pada Allah terlebih dulu

2. Mengambil inisiatif

3. Bersimpati terhadap perasaan-perasaan mereka

4. Akui kesalahan. Keluarkan dulu balok dari matamu.

5. Seranglah masalahnya, bukan orangnya

6. Bekerja sama sebanyak mungkin. Damai selalu memiliki label harga. Kadang, harganya sebesar kesombongan kita, kadang setinggi keegoisan kita.

7. Utamakan rekonsiliasi, bukan resolusi.

Mengapa Konflik Terjadi?


Ada hal-hal yang kita butuhkan dan tidak akan kita dapatkan di luar Allah. Ketika kita mulai mencarinya di luar Dia, kita akan menemui kegagalan. Entahkah itu kebutuhan akan rasa aman, kekeringan jiwa, kebutuhan untuk diterima dan dimengerti, atau rasa 'kurang' dalam diri. Ada banyak hal yang sering kita cari dari manusia lain dan kita jadi marah ketika mereka gagal melakukannya untuk kita.

Mengapa konflik terjadi?

Karena pusat perhatian telah bergeser pada masalah-masalah yang kurang penting, yaitu hal-hal yang disebut sebagai 'menimbulkan pertengkaran' oleh Alkitab. Jika kita hanya fokus pada kepribadian, gaya, cara hidup, maka perpecahan selalu terjadi. Tapi jika kita memusatkan perhatian pada soal saling mengasihi dan memenuhi tujuan Allah, keharmonisan terjadi. Yang penting adalah kesatuan, bukannya keseragaman.


Yang harus kita perhatikan adalah, ada beda antara yang ideal dan yang nyata. Merindukan yang ideal sementara mengkritik yang nyata adalah bukti ketidakdewasaan. Ingatlah bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa yang dipersatukan oleh Darah Yesus. Selalu ada kesempatan untuk terluka atau melukai, karena kita belum sempurna. Tapi, bukannya kita lalu harus meninggalkan persekutuan, gereja atau persahabatan, melainkan selesaikan persoalannya. Jangan melarikan diri, karena rekonsiliasi adalah jalan menuju karakter yang lebih kuat dan persekutuan yang lebih dalam.

Mengapa kita tidak boleh lari?

Karena ada hal-hal yang Allah ingin ajarkan pada kita. Jika kita lari, maka kita takkan mendapatkan 'pelajaran'nya.

Mengapa Konflik Terjadi?


Ada hal-hal yang kita butuhkan dan tidak akan kita dapatkan di luar Allah. Ketika kita mulai mencarinya di luar Dia, kita akan menemui kegagalan. Entahkah itu kebutuhan akan rasa aman, kekeringan jiwa, kebutuhan untuk diterima dan dimengerti, atau rasa 'kurang' dalam diri. Ada banyak hal yang sering kita cari dari manusia lain dan kita jadi marah ketika mereka gagal melakukannya untuk kita.

Mengapa konflik terjadi?

Karena pusat perhatian telah bergeser pada masalah-masalah yang kurang penting, yaitu hal-hal yang disebut sebagai 'menimbulkan pertengkaran' oleh Alkitab. Jika kita hanya fokus pada kepribadian, gaya, cara hidup, maka perpecahan selalu terjadi. Tapi jika kita memusatkan perhatian pada soal saling mengasihi dan memenuhi tujuan Allah, keharmonisan terjadi. Yang penting adalah kesatuan, bukannya keseragaman.


Yang harus kita perhatikan adalah, ada beda antara yang ideal dan yang nyata. Merindukan yang ideal sementara mengkritik yang nyata adalah bukti ketidakdewasaan. Ingatlah bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa yang dipersatukan oleh Darah Yesus. Selalu ada kesempatan untuk terluka atau melukai, karena kita belum sempurna. Tapi, bukannya kita lalu harus meninggalkan persekutuan, gereja atau persahabatan, melainkan selesaikan persoalannya. Jangan melarikan diri, karena rekonsiliasi adalah jalan menuju karakter yang lebih kuat dan persekutuan yang lebih dalam.

Mengapa kita tidak boleh lari?

Karena ada hal-hal yang Allah ingin ajarkan pada kita. Jika kita lari, maka kita takkan mendapatkan 'pelajaran'nya.