Thursday, July 17, 2008

Dipandang Sebelah Mata

Pernah dipandang sebelah mata? Asyik banget gak diperlakukan seperti itu? Hmmhh.. sorga pun serasa neraka jika kita berada di antara orang-orang yang memandang sebelah mata pada kita. Kita bakal jadi minder, malu, terhina, gak dianggap, menyedihkan deh!

Mungkin semua orang akan merasakan hal yang sama jika dipandang sebelah mata. Tapi percayalah, diperlakukan seperti itu bukanlah akhir dunia. Diperlakukan tidak adil atau dipandang sebelah mata seringkali jadi awal yang baik bagi kita untuk melakukan sebuah lompatan besar dalam hidup.

Okay. Mungkin ini sukar dimengerti. Namun, cobalah memikirkan kemungkinan yang akan terjadi sebaliknya. Seandainya kita disanjung, dianggap hebat, dikagumi, dipuja orang, pokoknya kabar yang tersiar tentang kita begitu hebatnya hingga semua orang mengangguk hormat pada kita. Karena begitu dikagumi, dihormati, dipuja, disanjung, pasti semua mata tertuju pada kita, mengamati, mengawasi, menantikan sesuatu yang baik terjadi, mengharapkan yang terbaik dari sikap kita, kinerja kita, kapabilitas kita, judulnya semua yang terbaik dari diri kita. Kita dituntut untuk menunjukkan diri kita persis seperti apa yang orang katakan tentang kita. (Padahal hiks, kadang diri kita gak hebat-hebat amat, kok, minimal gak sehebat itulah…). Hari demi hari, banyak masa dan ketika berlalu, dan kemudian… entah bagaimana, waktu membuktikannya.

Ternyata kita tidak sebaik yang dikira orang. Kita tak sehebat kata orang, tak semenarik kekaguman orang, bahkan tak ada apa-apanya dibanding sederet pujian yang tadinya dipikir orang tentang kita. Apa yang akan terjadi? Kita malu. Marah. Kecewa terhadap diri sendiri (kalo kita punya hati nurani). Dan… harus belajar merendahkan diri mempelajari banyak hal yang tadinya kita anggap kita punya.

Jika saja tadinya kita dianggap sebelah mata, nggak terlalu dianggap, nggak dikagumi orang, mungkin kita bisa melakukan apapun tanpa beban. Jika saja orang tak menuntut apapun dari kita, mungkin kita bisa memberikan yang terbaik tanpa merasa bahwa itu adalah suatu kewajiban. Namun, tuntutan orang membebani pundak kita. Kita nggak bisa lagi bergerak dengan bebas karena terhimpit beban itu. Coba kalo tadinya kita nggak diperhitungkan.. paling-paling tantangannya hanya membuktikan pada dunia nilai kita yang sebenarnya. Berusaha melakukan yang terbaik tanpa perasaan terbebani. Nggak mustahil pandangan orang yang tadinya sebelah mata justru berbalik mendukung kita melihat sikap dan perbuatan kita yang ternyata nggak bisa dipandang sebelah mata tersebut..

Lebih baik orang melihat dulu kemampuan kita baru berkomentar. Mungkin di awal orang pikir kita gak sanggup. Orang pikir kita bukan siapa-siapa. Orang mungkin gak memperhitungkan kita. Tapi setelah melihat kinerja kita, pikiran mereka barulah terbuka. Nilai diri kita yang sebenarnya akan menampakkan dirinya sendiri. Mungkin pada awalnya emas hanya terlihat bagai bongkahan lumpur. Namun, setelah melalui proses pemurnian, ia akan menampakkan nilainya. Emas, bagaimanapun dan dimanapun berada, tetaplah emas.

Dipandang sebelah mata memang menyakitkan, tapi bisa jadi cara yang sangat baik untuk memproses diri kita bergerak melawan arus. Patahkan pendapat buruk orang lain terhadap dirimu. Jika kamu memang bukan seperti apa yang orang bilang, buktikanlah dengan perbuatan, jangan dengan perkataan..

Perasaan Bersalah

Pernah dikejar rasa bersalah? Gimana rasanya? Gak enak? Gak nyaman? Atau gabungan dari keduanya?

Perasaan bersalah memang kerap menghantui kita. Ia akan terus mengejar kita tanpa henti, sampai kita menyerah dan berhenti, memperhatikan apa yang disampaikannya pada kita. Bahkan jika tak ada seorang pun mengetahui apa yang kita perbuat, hati nurani berwujud perasaan bersalah akan memperingatkan kita akan kesalahan tersebut.

Walaupun kadang terasa mengganggu, perasaan ini berfungsi juga sebagai detektor pribadi kita. Kita jadi tahu ada yang tidak beres dalam hidup. Kita jadi tahu bahwa ada sesuatu yang salah dalam perbuatan kita. Tanpa perasaan ini, bisa-bisa kita akan berakhir di neraka tanpa menyadari apa kesalahan yang kita perbuat. Atau berada di pengadilan tanpa menyadari bahwa kitalah si pembunuh..

Hati nurani memang tak bisa dibohongi. Kecuali ia diabaikan, dia akan terus berteriak, mengingatkan kita, melambai-lambaikan tangannya pada kita agar kita berhenti sejenak dan memberitahukan ada bahaya jika kita terus saja berjalan tanpa menyadari bahwa ujung perjalanan itu adalah maut.

Mengapa Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden? Apakah karena Allah itu kejam? Bukan, melainkan agar mereka tidak tinggal dalam dosa dalam kekekalan. Mereka sudah berbuat dosa, namun dengan penebusan darah anak domba, mereka diselamatkan. Jika mereka tetap tinggal di sana, bisa-bisa mereka takkan menikmati lagi persekutuan dengan Allah di sorga kelak.

Tiap kita memang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Namun kita perlu untuk keluar dari lumpur itu. Di sinilah hati nurani berperan dalam hidup kita: untuk mengingatkan bahwa apa yang kita lakukan itu salah dan tak berkenan kepada Tuhan.

Menurut survey, anak yang biasa dimanja dan tak pernah ditegor bisa berakhir menjadi seorang pelaku kriminal. Mengapa? Karena ia sudah tak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Namun, seorang anak yang telah terbiasa ditegor, diberitahukan kesalahannya, diajari nilai-nilai benar dan salah akan terbiasa dengan hal itu dan bertumbuh dalam nilai yang telah dianutnya sejak kecil. Hati nuraninya bagaimanapun, akan lebih terasah ketimbang mereka yang terbiasa dibela dan tak disalahkan.

Mungkin budaya ikut berpengaruh dalam hal ini. Kita memilih untuk menutup mulut jika melihat orang melakukan kesalahan. Padahal, tak selamanya diam itu berarti emas. Jika sesuatu memang harus dikonfrontasikan, ya berarti harus dikonfrontasikan. Jika tidak, coba pikirkan mengapa Tuhan menyuruh nabi Natan datang ke istana khusus untuk menegor Daud. Atau mengapa Tuhan mengirim nabi Elia untuk menegor Ahab atas kelakuannya yang jahat? Atau mengapa Yohanes Pembaptis diutus untuk mendahului Yesus dan bicara secara terang-terangan tentang dosa kepada orang Farisi dan ahli Taurat? Jika diam berarti emas, mengapa Tuhan tak mendiamkan saja dosa Daud, toh dia adalah seorang yang berkenan di hatiNya? Mengapa Ia tak mengabaikan perbuatan jahat Ahab, toh dia memang sudah melakukan dosa yang sangat jahat. Sedikit kejahatan lagi mungkin tak akan mengubah nasibnya. Namun, Tuhan melakukan semua itu. Ia melakukan apa yang harus dilakukanNya. Ia mengkonfrontasikan apa yang salah.

Bagaimanapun salah adalah salah. Kita tak bisa menutup mata dan berkata bahwa hitam adalah abu-abu, jadi tetap ada unsur putih di dalamnya, tak sepenuhnya hitam. Kita harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan tidak baik, mana yang kudus dan yang tidak kudus, kata Firman Tuhan. Tidak ada area abu-abu di dalam Dia, hanya ada putih atau hitam. Jangan pernah berkompromi dengan kejahatan!

Perasaan bersalah, dapat menjadi sebuah anugerah jika berada di hati yang tepat. Namun dapat berbalik menjadi dosa jika masuk ke dalam mulut yang tidak tepat. Karena ada orang-orang yang memilih untuk tak mendengarkan suara hati nurani mereka, melainkan balik menyalahkan orang lain atas setiap rasa bersalah yang menyergah mereka.

Sungguh sayang jika kita mengabaikan rasa bersalah ini. Toh perasaan ini ditaruh Tuhan sebagai alarm penjaga agar kita tidak melewati batas-batas yang Tuhan tetapkan. Karena seperti kita semua tahu, lewat dari batas, kita akan mendapati bahaya…

Orang Bodoh yang Pintar

Tahu apa definisi bodoh? Semua orang juga tahu. Bahkan orang bodoh sekalipun.

Orang bodoh itu ya orang yang nggak pintar. Karena dia nggak pintar, jadi dia bodoh. Mungkin dia nggak sekolah, nggak mau belajar, atau memang bawaan dari sononya..

Kalo orang pintar kan paling nggak dia pernah belajar, dasarnya memang cerdas, atau memang kelebihan yang Tuhan berikan, entah gimana dia jadi pintar.

Okay. Semua orang juga sudah tahu tentang kedua definisi di atas. Sekarang, pernah dengar tentang orang bodoh yang pintar gak? Hihihihi, ada nggak ya definisinya?

Well, yang namanya orang bodoh kan berarti dia punya kekurangan. Paling nggak dalam hal pengetahuan, walaupun kita gak bisa menyama-ratakan tingkat kebodohan. Misalnya, ada orang yang pintar matematika, tapi giliran pelajaran Bahasa Inggris, mabok kebingungan. Ada yang pintar main piano, tapi langsung gagap kalo disuruh main basket. Ada yang gak pintar dalam pelajaran, tapi pintar berorganisasi. Banyak orang pintar dalam suatu hal, namun kurang dalam hal lainnya. (Hehehe mungkin definisi bodoh ini jadi membingungkan yaah.. Ini membuktikan bahwa standar di dunia ini bisa berubah-ubah, tergantung pada konteksnya!).

Yang menjadi kelebihan bagi orang yang dianggap bodoh sebenarnya banyak. Anggapan bodoh sendiri saja seharusnya menjadi pemacu buat kita untuk mengusahakan yang terbaik. Karena merasa diri bodoh, banyak orang berusaha lebih kuat dan lebih semangat ketimbang yang pintar. Sedangkan yang pintar tadi, karena merasa pintar, jadi merasa sudah cukup ilmu, dan tidak merasa perlu untuk mengembangkan diri lagi. Padahal, rasa cukup itu seperti pisau bermata dua: bisa mendatangkan kepuasan dalam hal materi, namun mendatangkan kemandekan dalam hal pengembangan diri. Alhasil, ketika orang menuntut dari kepintaran kita, bisa-bisa kita didapati tak memiliki apa yang kita kira kita miliki..

Tuhan pernah menegor jemaat Laodikia yang merasa diri kaya dan telah memperkaya diri, tidak kekurangan apapun, padahal sebenarnya mereka lemah, miskin, buta, telanjang dan hina. Jangan sampai sebagai umat Tuhan kita merasa cukup di dalam Dia. Baik dalam iman, kesetiaan, cinta dan pengharapan kita. Siapa yang mencintai uang takkan puas dengan uang, dan siapa mencintai penghasilannya takkan puas dengan penghasilannya, tulis Pengkhotbah. Begitu juga dengan Tuhan. Jika kita sungguh mencintaiNya, kita takkan pernah merasa puas denganNya. Selalu ingin lebih dekat, lebih mengenalNya, lebih mengasihiNya.

Barangsiapa yang teguh berdiri, hati-hatilah jangan sampai ia jatuh, tulis Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Mungkin saat ini kita berada di puncak. Iman kita kuat, kasih kita menyala, kesetiaan kita nomer satu, bahkan tak ada yang bisa mengalahkan kita dalam hal berdoa. Namun, teruslah merasa miskin di hadapan Allah, agar kitalah yang empunya Kerajaan Sorga. Tetaplah merasa bodoh di hadapanNya, agar diberitahukanNya pada kita jalan kehidupan..

Saturday, July 12, 2008

POLA


Jagad raya terdiri atas pola-pola, demikian salah satu epigram yang ditulis oleh Heraklitos, seorang filsuf Yunani kuno

Kita dapat melihat alam semesta ini sebagai sebuah pola, bukan sistem yang acak. Semuanya teratur dan mengikuti sebuah ‘jadwal’ yang baik. Misalnya, ada 12 bulan dalam 1 tahun, 30 hari dalam 1 bulan, 7 hari dalam 1 minggu, dan 24 jam dalam 1 hari. Semuanya berjalan mengikuti sebuah pola yang terencana dengan baik. Okay. Kita tahu Siapa yang mengatur pergerakan semesta. Tiap orang di dunia ini memahami bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi dari dirinya yang berkuasa untuk mengatur semesta.

Namun, tak hanya pada alam semesta, dalam peristiwa sehari-hari pun kita akan menemukan sebuah pola. Pada kebiasaan kita, misalnya. Sekacau apapun jadwal kita, kita akan menemukan pola yang teratur di dalamnya. Pada sifat atau tingkah laku seseorang, misalnya. Atau pada tindak kejahatan. Oleh karena itulah para pencari fakta dan penegak kebenaran acapkali mencari pola yang terdapat pada sebuah tindak kriminal. Entah itu pembunuh berantai, teror yang dilakukan oleh kelompok tertentu, dalam banyak hal orang biasa bertindak sesuai dengan pola mereka masing-masing. Bahkan dalam film pun kamu akan mempelajari bahwa kenyataan ini benar adanya.

Kenalilah dirimu, kata Socrates, maka kebenaran akan membebaskan dirimu. Banyak orang merasa perlu mencari tahu lebih lanjut tentang diri mereka untuk dapat menemukan sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Kita pun dapat belajar melalui POLA yang terbentuk dalam hidup kita sejak masa kecil untuk menemukan kebenaran tentang diri kita. Saya percaya tidak ada yang kebetulan di dalam Tuhan. Setiap hal dirancangNya untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang percaya kepadaNya.

Hal-hal yang dapat kita pelajari dalam hidup…

  1. Kebiasaan apa yang tumbuh dari kecil hingga saat ini tetap kamu lakukan?
  2. Dalam hal apa kamu paling sering ribut dengan orang lain?
  3. Dalam hal apa kamu bermasalah?
  4. Bagaimana caramu menerima keberadaan dirimu? Mengapa hal itu dapat terjadi? Ada apa pada masa kecilmu?
  5. Bagaimana caramu menerima keberadaan orang lain? Mengapa hal itu dapat terjadi? Ada apa pada masa kecilmu?
  6. Bagaimana kamu memandang keluargamu? Mengapa demikian?
  7. Menurutmu, apakah hidupmu sudah memuaskan? Mengapa? Jika belum, apa yang akan kamu lakukan untuk mengubahnya?
  8. Bagaimana pendapat orang lain tentang dirimu? Apakah sesuai dengan yang kamu pikirkan? Jika tidak, mengapa demikian?
  9. Apa pendapatmu tentang Tuhan? Percayakah kamu kepadaNya? Bagaimanakah hubunganmu denganNya?
  10. Bagaimana kamu menyikapi persoalan yang terjadi dalam hidupmu? Apakah kamu menerimanya dengan lapang dada, berusaha memahaminya sebagai suatu ujian yang harus dilalui, ataukah kamu melemparkan kesalahan pada orang lain?
  11. Jika ada yang dapat diubah dari dirimu, apa yang akan kamu ubah? Mengapa?
  12. Apa ke’aneh’anmu yang terbesar (maksudnya apa yang membuatmu sangat berbeda dengan orang lain)? Banggakah kamu dengan hal itu, ataukah justru malu dengan kenyataan tersebut? Apakah kamu ingin mengubahnya? Bagaimana caranya?
  13. Apakah mudah bagimu untuk memaafkan atau mengampuni orang lain?
  14. Apakah ada dendam dalam hatimu? Kepada siapa saja? Apa yang telah diperbuatnya?
  15. Siapa yang paling kamu kasihi dalam hidupmu? Apa yang dilakukannya?
  16. Siapakah yang menjadi teladan dalam hidupmu? Dalam hal apa? Mengambil inspirasi darinya, apa yang telah kamu lakukan untuk mengubah dunia?
  17. Siapakah yang paling kamu benci? Mengapa?
  18. Peristiwa apa yang paling membuatmu menyesal dalam hidup? Ingatlah baik-baik dan kisahkan kembali semuanya dengan lengkap!
  19. Peristiwa apa yang paling membuatmu bahagia?
  20. Peristiwa apa yang paling membuatmu sedih?
  21. Peristiwa apa yang paling membuatmu terharu?
  22. Peristiwa apa yang paling membuatmu malu?
  23. Apa yang paling membuatmu terinspirasi?
  24. Apa yang paling membuatmu marah?
  25. Apa yang paling membuatmu kecewa?


Mungkin tak mudah untuk menjawab hal-hal di atas, namun dengan melakukannya, paling tidak kamu sudah menggali kebenaran tentang dirimu. Tulisan dapat mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan kepala kita. Jadi kamu harus menulisnya dengan sungguh-sungguh. Jangan perdulikan tanda baca, ejaan atau baik buruknya tulisanmu. Menulis sajalah. Tuangkan pikiran dan perasaanmu di sana. Hanya kamu yang mengenal dirimu dengan baik selain Tuhan. Jangan biarkan orang membodohimu soal kebenaran tentang dirimu tersebut. Kuatlah, tersenyumlah, Tuhan besertamu.

Jika selama ini yang kamu lihat hanya kebodohan, mungkin ini saatnya untuk membaharui pengenalan akan makhluk ciptaan Tuhan yang paling unik yang pernah ada di dunia ini. Hanya satu dan tak ada yang lain: kamu.

Manusia Biasa vs Setengah Dewa


Raja Daud adalah salah seorang yang hidupnya paling berkenan di hati Tuhan. Dia punya kualitas yang sangat baik –dalam pandangan Tuhan tentunya!- untuk memimpin bangsa Israel. Untuk semua yang dilakukannya ia selalu bertanya kepada Tuhan.

Namun, seperti juga tiap orang lain di muka bumi ini, dia pernah melakukan kesalahan yang fatal dengan berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria, suamiinya. Kita tahu kisah selanjutnya. Nabi Natan datang kepadanya khusus untuk menegornya dengan kalimat yang terkenal ‘Engkaulah orang itu!’. Dan sangat menarik untuk mempelajari reaksi Daud. Demi mendengar tegoran yang keras itu, bukannya dia merasa gengsi karena kedudukannya sebagai raja terdesak atau mencari pembenaran diri sendiri dengan melemparkan kesalahan pada orang lain (mengapa Batsyeba harus mandi di sembarang tempat misalnya, atau mengapa Uria tak menemaninya saat itu, atau alasan-alasan lain yang bisa saja dikarangnya!), dia memilih untuk menerima kesalahan yang ditujukan kepadanya.

Mazmur Daud yang paling terkenal dalam Alkitab selain Tuhan adalah Gembalaku bukanlah pujian atau pembenaran tentang dirinya, melainkan mazmur tentang pengakuan dosa seperti yang dapat kita baca pada pasal 51.

Mungkin benar kata pepatah bahwa butuh seorang yang besar untuk mengakui kesalahannya dan orang yang lebih besar lagi untuk menutup mulutnya walaupun dia benar. Kita cenderung melemparkan kesalahan pada orang lain seperti Hawa ketika perbuatan kita dipertanyakan. Mungkin ini memang salah satu sifat yang diturunkan dari nenek moyang kita itu. Tapi bagaimanapun, ada baiknya kita berkaca pada Daud yang bersedia melihat ke dalam hati nuraninya ketika ia melakukan kesalahan, bukannya melemparkan kesalahan seperti Hawa. Toh kita memang hanya manusia biasa yang suatu saat bisa berbuat kesalahan. Kita belum sempurna (kecuali kita merasa ‘setengah dewa’ yang tidak pernah berbuat salah!). Mengapa takut mengakui kesalahan?

Jika kita merasa sukar untuk mengakui kesalahan, mungkin ada beberapa tips untuk dilakukan:

  • Latih kepekaan untuk mendengar suara hati nurani. Tuhan menaruh alarm bernama hati nurani dalam diri tiap orang untuk mengingatkan jika kita melakukan kesalahan. Jika tidak dilatih, lama-lama kepekaan kita akan tumpul dan suara hati itu akan berbicara lebih pelan, semakin pelan, hingga akhirnya diam.

  • Belajarlah untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, karena hal ini sangat penting. Berulang-ulang Tuhan mengingatkan pada Musa, Harun dan seluruh bangsa Israel untuk dapat membedakan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan jahat. Mungkin standar benar dan salah ini beda pada diri tiap orang, tapi ada hukum Allah yang mengatur semuanya. Jika dalam hukum Allah kita tak mendapati aturannya, kembalilah pada hukum hati nurani untuk membedakannya!

  • Minta Tuhan memberi kerendahan hati pada kita untuk dapat menerima kesalahan kita (kecuali Anda merasa diri ‘setengah dewa’ yang tak pernah salah!). Ingatlah bahwa awal dari kehormatan adalah kerendahan hati. Jika kita mengawali dengan kesombongan, jangan-jangan kita sedang berjalan menuju kehancuran..

  • Biar Tuhan berjaga pada hati dan mulut kita. Agar tiap kali kita mulai berkata yang melenceng dari kenyataan atau berpikir yang ‘tidak seharusnya’, Allah tidak tinggal diam, namun mengingatkan kita.

Friday, July 11, 2008

PERATURAN DIBUAT UNTUK DILANGGAR?

Peraturan dibuat untuk dilanggar, kata beberapa orang.
Apa kamu setuju? Atau kalimat tersebut di atas juga jadi mottomu?

Mungkin buat sebagian orang, peraturan memang dibuat untuk dilanggar. Namun mereka tidak tahu bahwa saat melakukannya, mereka sedang berjalan di jalan yang menuju kebinasaan. Tuhan memberi perintahNya untuk kita taati, seperti janjiNya, jika kita berjalan menurut ketetapan dan perintahNya, maka kita akan beruntung dan berhasil di manapun kita berada, jauh dari segala celaka atau bahaya yang mungkin mengancam.

Jika ditanyakan pada banyak remaja mengapa mereka gagal, mungkin jawaban sama dapat kita temui: karena tak ada yang mencegah mereka dari melakukan hal-hal tersebut. Orang tua terlalu sibuk, teman-teman senasib mengajak untuk masuk dalam perkumpulan mereka yang gak jelas, iman mulai ditertawakan orang (jadi mereka agak gengsi berjalan berlawanan dengan arus). Jadi ke mana kita harus menuju? Ya ke jalan yang banyak diikuti orang..

Mungkin ini hanya pemikiran yang sangat sederhana dan gak enak didengar. Tapi jika kita mencoba untuk menaatinya, kita akan terhindar dari banyak celaka.

Misalnya…

  • Kenapa sih kita gak boleh make narkoba?

Karena kita gak tahu bagaimana keadaan tubuh kita nanti. Kita mencoba karena kita tidak tahu. Baik rasanya, kegunaannya, maupun akibat buruk pada tubuh kita sebelum kita mencicipinya sendiri. Dan gak jarang, penyesalan yang –seperti kata pepatah- selalu datang terlambat, datangnya memang benar-benar terlambat: setelah uang habis, setelah ditinggalkan teman, setelah tubuh terkena virus mematikan, setelah tubuh rentan terhadap berbagai penyakit, setelah sekian tahun hidup dalam kepura-puraan terhadap orang-orang terkasih. Kenapa sih kita harus ketemu hal yang buruk dulu sebelum berubah? Kalo saya boleh menyarankan, berubahlah sebelum semua hal buruk itu datang pada kita. Buang jauh-jauh pikiran kita dari ‘hanya nyoba’ jika itu berkaitan dengan keselamatan diri sendiri. Jika nantinya kita bakal kena efek yang serius, jika nantinya kita bakal berbohong pada orang tua, berpura-pura terhadap sahabat, nantinya bakal menderita penyakit gak jelas, mendingan nggak deh. Apa sih susahnya say no pada drugs dibanding sekian banyak kemungkinan buruk yang akan menimpa?

  • Kenapa sih gak boleh berhubungan seks sebelum menikah?

Karena Tuhan menaruh segel pada bagian tubuh kita untuk tak dibuka sebelum waktunya. Kalo kamu beli barang (kecuali dari black market!), perhatiin baik-baik deh tulisan yang ada pada kemasannya. Jangankan barang mahal, air mineral yang gak seberapa aja menganjurkan untuk ‘jangan diterima bila segel rusak’. Segel adalah jaminan bahwa barang itu resmi dan dapat dipertanggung jawabkan oleh perusahaan yang menjualnya. Kalo segelnya rusak ya jangan harap komplainmu diterima. Demikian juga dengan kita. Ketika kita pikir segel itu hanya sebuah mainan, gak ada yang akan bertanggung jawab jika nanti terjadi hal yang buruk padamu. Memangnya enak punya anak di usia kita seharusnya bermain dengan teman-teman kita? Apalagi di jaman serba susah gini, menghidupi diri sendiri saja susah bagi sebagian orang, apalagi menghidupi seorang bayi yang tak diharapkan. Gak kebayang deh..

Belum lagi kalo kekasihmu tercinta ternyata gak mau bertanggung jawab. Orang tua mengusirmu. Sekolah mencoret namamu dari daftar siswanya. Teman-teman menjauhimu. Mau ke mana kamu? Apa yang akan kamu lakukan dengan hidupmu? Padahal, oh, jika tidak, kamu masih punya harapan bagi masa depanmu!

Ok. Mungkin nggak sampe kejadian kamu hamil atau kalo kamu cowok, gak harus bertanggung jawab atas apapun. Tapi ada kemungkinan lain.. bagaimana jika kamu menikah dengan orang lain nanti? Tegakah kamu menceritakan kepada pasangan hidupmu tentang siapa-siapa saja yang pernah menyentuh tubuhmu? Atau apa-apa saja yang pernah dilakukan orang terhadap tubuhmu?

Tubuh kita adalah Bait Allah. Barangsiapa membinasakan tubuhnya, Allah akan membinasakannya, kata Alkitab. Mungkin sekarang belum terlihat hasilnya, tapi selama bumi masih ada, maka takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai. Apa yang kita tabur sekarang, akan kita tuai kelak. Jika kita menabur kerja keras, kelelahan dan tak memberi kesempatan pada tubuh kita untuk istirahat, atau menggunakannya untuk kenikmatan sementara saja, kelak, entah bagaimana kita akan menuai hasilnya. Jadi, oh, kalau boleh saya memohon.. berhati-hatilah merawat dan menjaga tubuhmu. Bukan hanya untuk memuaskan keinginannya, atau supaya terlihat indah dipandang bagi orang lain, tapi agar Nama Allah dipermuliakan!

  • Kenapa gak boleh bolos sekolah?

Karena yang rugi ya kamu sendiri nantinya. Entah bagaimana, usia sekolah memang usia yang sangat baik untuk belajar dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Setelah selesai nanti, kamu akan menghadapi dunia kerja, dunia yang sma sekali lain dengan dunia sekolah. Di sana ada intrik, persaingan, jegal-menjegal, gossip, hutang (yah, waktu sekolah kan tinggal minta sama mama. Sekarang karena dah kerja ya malu dong jadi parasit terus sama orang tua..), mengatur pengeluaran, dan banyak hal yang kamu belum kenal ketika masih bersekolah. Setelah itu, kamu akan memasuki dunia pernikahan. Ini dunia yang tak dapat diceritakan. Kita harus mengalaminya sendiri agar tahu bagaimana rasanya. Ada yang bilang pernikahan itu membahagiakan, ada yang bilang sebaliknya. Namun semuanya sangat sangat berbeda dengan keadaan yang nyaman semasa kamu bersekolah.

Ketika kamu sudah melangkah pada dunia kerja, apalagi pernikahan, akan lebih susah bagimu untuk belajar kembali. Ada tanggung jawab yang harus kamu pikul. Ada orang-orang yang harus kamu layani. Ada kewajiban yang harus kamu lakukan. Ada tuntutan yang harus kamu penuhi. Gak mudah untuk menyelaraskan keduanya. Sedangkan semasa sekolah, kewajibanmu kan hanya belajar..

Jika kamu harus belajar, sebenarnya kamu sendiri yang akan diuntungkan. Kamu bertambah pintar. Kamu bisa menghidupi dirimu sendiri dengan layak (Hey, beda ijazah pasti beda gaji, dong). Kamu bisa memilih pekerjaan yang kamu inginkan (apa sih pekerjaan orang yang hanya lulus SMP? Apa mereka bisa milih?). Kamu bisa -paling nggak- lebih mudah menggaet jodoh (orang kan tertarik pada orang yang lebih pintar dari dirinya).

Pokoknya, kalo urusan sekolah yang dipertaruhkan, jangan ambil resiko, deh. Kamu akan menanggung banyak hal yang tak bisa kamu tanggung nanti. Gak ada kompromi deh kalo soal ini!

  • Kenapa harus menurut sama orang tua?

Karena mereka biasanya tahu mana yang paling benar. Walaupun mereka juga bisa salah, tapi mereka punya wawasan yang lebih luas dari kamu. Kalo pendapat mereka benar, jangan gengsi, turuti saja. Kalo sekiranya mereka salah, dengar saja dulu alasan mereka. Gak ada orang tua yang akan mencelakakan anak mereka.

Mungkin sekilas, peraturan tampak merugikan dan membatasi kita. Tapi jangan lupa fungsi utamanya yaitu mencegah kita dari segala hal buruk yang mungkin terjadi. Jika suatu saat kamu bingung harus menaati peraturan atau mengikuti kebanyakan temenmu yang menganggap peraturan untuk itu memang untuk dilanggar, pertimbangkan baik-baik untung ruginya, deh..

Tuesday, July 1, 2008

Turun Harga

Aku pernah baca tentang seorang wanita yang bahagia membelikan jaket cantik buat anak perempuannya dengan harga yang lumayan buat kantongnya. Melihat putrinya mengenakan jaket pemberiannya, dia merasa sebagai ibu yang paling bahagia sedunia (kurang lebih gitu deh, pokoknya!).

Tapi kemudian, kira-kira dua minggu setelah itu, ia melihat jaket yang dia beli sudah berganti harga. Jika tadinya harganya $39.99, tiba-tiba harganya sudah berubah jadi $19.99. Hmmhh... perempuan yang suka belanja dan tahu berhitung di seluruh dunia ini pasti tahu deh gimana rasanya!
Sempat, ada rasa sebal karena penurunan harga dari jaket yang dia beli untuk putrinya.

Tapi, kemudian dia menyadari bahwa kadang, seperti itulah penilaian terhadap diri kita. Jika kita memakai sesuatu yang mahal, kita menganggap bahwa diri kita berarti. Namun, tanpa semua yang keren itu, kita suka menganggap diri kita bukan apa-apa. Padahal, apa sih yang berubah? Hanya label harga. Jaketnya tetap sama, yang make tetap sama, sama sekali gak ada yang berubah!
Mungkin begitulah keadaan tiap manusia di jaman serba digital ini. Merasa harga diri terangkat jika bisa membeli atau memiliki sesuatu. Mungkin itu sebabnya para pembuat iklan minta bayaran gede, kali yee.. Soalnya, mereka harus bisa mendongkrak gengsi para konsumen untuk membeli produk milik klien mereka. Kalo iklan yang dibuat gak mampu menyentuh sisi ego konsumen, mana mungkin ada yang disebut pasar. Kalo tiap orang gak menyempatkan diri untuk nonton TV atau konsen sama hal lain yang lebih penting dalam hidup, mungkin banyak produk akan teronggok dengan menyedihkan di gudang..

Well, memang gak salah untuk memiliki banyak hal dalam hidup. Tapi bukan itu tolok ukurnya. Kita hanya seperti jaket tadi yang 'harganya' bisa berubah kapan saja, tergantung di tangan siapa kita berada. Kalo harga diri kita hanya kita ukur berdasarkan harga barang yang kita miliki, mungkin kita harus mendefinisi ulang siapa kita sebenarnya. Ingat saja bahwa di sorga nanti Tuhan gak akan pernah bertanya merk apa saja yang ada di lemari pakaian kita, tapi apa yang sudah kita hasilkan bagi kemuliaan NamaNya..