Wednesday, August 29, 2012

MENTAL PEMBANTU

Upss.. Judulnya mungkin gak enak didengar. Tapi, ini kenyataan yang biasa kita temui di lingkungan kita sehari-hari.

Rakyat Indonesia boleh berbangga diri sebagai warga negara berkembang yang terbilang bisa hidup enak. Maksudnya, kebanyakan warga kelas menengah saja bisa menggaji seorang pembantu, atau istilah kerennya Asisten Rumah Tangga. Di negara maju, kecuali kamu keturunan bangsawan atau benar-benar kaya, kamu harus (membantu) melakukan pekerjaan rumah tanggamu sendiri. Mencuci piring dan membersihkan rumah adalah sebagian pekerjaan yang harus dihadapi sehari-hari. Bandingkan dengan kebanyakan dari kita yang nggak perlu repot-repot mencuci piring, menyapu atau mencuci bajunya karena sudah ada pembantu yang melakukan semuanya bagi kita.

Memang siih.. tanpa pembantu, kita bakalan jadi repot. Apalagi waktu menjelang Lebaran. Biasanya bisa leha-leha nonton TV, karena pembantu mudik nggak jarang Mama menyuruh kita melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan si mbak di rumah. Tapi coba deh pikir-pikir, ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari dari mereka, lohh..

1. Pernah nggak kamu jengkel karena udah ngasih tahu sesuatu sama si mbak tapi dia nggak juga melakukan tepat seperti yang kamu katakan? Banyak orang mengalaminya. Mama teman saya pernah cerita dengan jengkel pada suaminya soal si pembantu yang katanya 'nggak ngerti-ngerti padahal udah dikasih tahu berulang-ulang' itu. Lantas, jawab suaminya 'Ya jangan marah dong. Kalo dia pinter, nggak bakalan jadi pembantu..'. Hehehe. Jawaban yang sangat tepat! Inilah poinnya: Kita harus mengembangkan diri: entah mendengarkan nasehat atau saran orang lain, membaca buku, apa saja yang diperlukan untuk menambah wawasan kita. Jika tidak, kita akan berakhir dengan pekerjaan biasa-biasa saja yang tidak akan berkembang!

2. Ini kisah saya sendiri. Pembantu di rumah kami janji akan datang langsung setelah Lebaran. Ditunggu sampai Syawal, tidak juga datang. Dihubungi berulang-ulang, ponselnya tidak juga aktif. Akhirnya suami saya minta tolong makelar pembantu untuk menanyakan keberadaannya. Beberapa hari kemudian, si pembantu mengirim SMS katanya akan datang minggu depan, karena harus membantu ibunya yang sedang 'sangat repot'. 'Oke', kata suami saya. 'Nggak papa'. Tapi tak lama kemudian, datang juga SMS dari si makelar PRT yang menyatakan bahwa si pembantu masih betah di rumah, 'belum pengen berangkat kerja karena teman-temannya yang lain juga belum pada berangkat', begitu katanya. Hmghh.. ketahuan bohongnya kaan.. Poinnya adalah: jangan pernah berbohong. Sekecil apapun. Jika sampai ketahuan, kita sendiri yang akan malu. Kebohongan adalah indikasi nyata tentang siapa kita. Iblis adalah bapa pembohong, jadi jika kita suka berbohong, maka kita adalah anak-anaknya!

3. Mantan ART kami (yang tidak menginap) pernah kedapatan membawa pulang sekantong beras. Memang nggak terlalu banyak, sih. Mungkin hanya 1/2 kilo, tapi cukup untuk membuat saya kecewa. Masalahnya, dia berani bersumpah bahwa beras itu dia beli di warung dekat rumah. (Well, sekali berbohong, orang akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya). Waktu saya ancam untuk memecatnya, barulah dia ketakutan dan mengakui perbuatannya, yang katanya 'khilaf' itu. Kata teman saya, memang biasa itu. ART yang tidak menginap memang biasa membawa barang dari rumah majikannya. Entah 2 biji sendok, entah bumbu-bumbu dapur, pokoknya barang yang kelihatannya nggak bakal dicari oleh sang majikan! Nah lho! Poinnya: jangan mengambil apa yang bukan hak kita. Entah itu berupa barang, pujian hingga kekasih orang. Selama sesuatu belum diberikan kepadamu, maka itu bukan kepunyaanmu. Jika kamu mengambilnya dengan cara paksa, entah bagaimana hal itu akan dirampas secara paksa juga darimu kelak. Ini hukum alam yang tak bisa diubah.

4. Mantan ART kami yang lain lagi pernah kehilangan ayam yang saya suruh goreng. Saya suruh dia menggoreng 10 potong ayam plus 2 rempela ati yang berakhir dengan 9 potong ayam. Waktu ditanya mana rempela atinya? Dia jawab nggak tahu, padahal dia ingat menggorengnya. Saya jadi heran. Entah dimakan tikus, entah dimakan setan (masa setan makan rempela ati?), yang jelas si pembantu bersumpah tidak tahu di mana hilangnya 2 potong rempela ati dan sepotong ayam tersebut. Maksud saya, kalo dimakan ya sudah nggak papa. Kalo toh dia mau bawa pulang, mbok ya bilang dulu. Jangan nyerobot gitu dong. Pake sumpah-sumpah segala, lagi.. Intinya, jadilah orang yang bertanggung jawab penuh atas apa yang kita lakukan. Jangan jadi pengecut. Jika kita berbuat, akui saja. Jika kita menginginkannya, katakan. Jangan lempar batu sembunyi tangan. Jangan bertindak sembunyi-sembunyi. Jadilah seorang yang bisa dipercaya dalam hal sekecil apapun, supaya pada kita dipercayakan tanggung jawab yang lebih besar..

5. Ada mantan ART kami yang suka laporan. 'Bu, kamar Ibu sudah saya bersihkan. Tuh, jadi bersih banget kan.. Tadi kan berantakan sekali..'. (Iyalah, wong saya punya 2 monster kreatif yang super usil di kamar saya!). Atau pada suami saya 'Pak, halaman depan sudah saya bersihkan. Sekarang jadi bersiiih sekali. Coba lihat deh, Pak..'. (Ya ampuuun.. Itu kan emang kerjaan elu!) Saya suka kesal. Tapi dengan sedikit akting saya suka tersenyum manis dan menjawab 'Iya.. makasih ya mbak..'. Tapii, yang menjengkelkan adalah, giliran dikasih tahu kesalahannya dia suka cari alasan. Saya jadi suka naik darah. Makan puji iya, dikasih tau, nggak mau. Ngajak berantem banget.. Demikianlah sikap ART yang suka mengesalkan. Nggak mau ketemu masalah. Maunya dipuji-puji, maunya yang enak-enak (kadang kalo masakan di rumah kurang berkenan, suka nggak mau makan!), sekali kena tegor mengunci diri di kamar. Ingatlah bahwa setiap kesukaran adalah peluang bagi kita untuk mengembangkan otot-otot mental kita. Saya percaya bahwa setiap orang sukses adalah orang yang sudah berhasil melalui setiap ujian kesukaran dengan nilai memuaskan. Jika tidak, ya itu tadi: kita takkan pernah sukses. Perhatikanlah : Orang-orang yang dipromosikan adalah orang-orang yang cakap menangani masalah, bukannya mereka yang lari dari masalah.

6. Tepat hari pertama sesudah libur panjang kami pergi ke sebuah toko bahan kue. Entah karena hari pertama bekerja, entah masih capek liburan, entah bagaimana beberapa pelayan toko yang melayani kami kelihatan kurang bersemangat. Yang satu seperti kurang mendapat pelatihan, karena banyak barang yang saya tanyakan dia nggak ngerti. Yang lainnya kelihatan malas-malasan. Saya jadi sebal. Cuma mau beli nggak sampe 5 item barang jadi lama sekali karena kelambatan pegawainya. Suami saya bilang gini. 'Yang begini nih yang nggak bisa dipercaya. Makanya banyak bos yang hanya menerima karyawan dengan tipe tertentu karena mereka giat bekerja. Nggak kayak orang-orang yang malas-malasan begini. Makanya banyak dari mereka hanya mandek sebagai pembantu, nggak bisa lebih. Cuma kerja begini aja nggak becus. Gimana bisa naik pangkat..'. Saya jadi berpikir. Benar juga. Papa saya pernah bilang 'Kalo kamu bekerja, apapun pekerjaan itu, bekerjalah seperti kamu yang memilikinya. Entah itu toko, entah itu perusahaan, apapun itu. Dan bekerjalah sampai kamu bisa memilikinya..'. Maksudnya, bekerjalah dengan semangat. Lakukan segala sesuatu seolah-olah kamu melakukannya bagi dirimu, bukan hanya bagi bossmu atau orang lain. Selama tidak demikian, kamu akan selamanya dalam posisi yang begitu-begitu saja. Jika kamu bersekolah, mengambil kursus atau apapun, lakukanlah untuk kepentinganmu sendiri, bukan karena orang tua memaksamu. Bagaimanapun, masa depanmu yang dipertaruhkan, jadi jangan sia-siakan kesempatan itu. Jangan malas-malasan. Bersemangatlah! Paksa dirimu untuk bekerja keras, karena kamu sendiri yang akan menerima upahnya!

Yeaahh.. Maaf kalo sudah sedikit curcol.. tapi itulah yang saya renungkan tentang kehidupan. Ternyata kekurangan orang lain pun dapat menjadi pemicu bagi kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Jangan memiliki mental pembantu. Milikilah mental pejuang, atau mental pengusaha, yang selalu berupaya mencari peluang di tengah krisis. Carilah mana yang benar-benar tepat untuk kamu lakukan. Berubahlah.

Tuesday, August 28, 2012

Pemenang vs Pecundang

Seringkali, yang membedakan seorang pemenang dan pecundang bukanlah prestasi mereka, namun sikap mental mereka.

Kehebatan bukanlah sesuatu yang dikaruniakan oleh kehidupan, melainkan diraih dengan perjuangan. Banyak orang besar telah melaluinya. Jatuh bangun, air mata, penderitaan hanyalah sebagian di antara kisah mereka. Namun toh mereka berjalan terus dan melaluinya.

Ketika seseorang memiliki sikap mental seorang pemenang, ia takkan membiarkan apapun menghalanginya dari fokus hidupnya. Seperti pepatah China mengatakan 'Jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali', demikianlah mereka bersikap. Kegagalan boleh terjadi, halangan boleh menghambat, namun seorang pemenang takkan mudah dikalahkan.

Jika kamu bingung apakah kamu sudah berjalan di arah yang benar, selidikilah apa yang paling membuatmu depresi. Masalah adalah sebuah kunci penentu dalam jalan kita. Jika masalah yang datang kita anggap sebagai tantangan maka kita sedang berada di jalan yang benar. Sebaliknya jika sebuah masalah membuat kita mundur dan takut, kita perlu menyelidiki diri. Mungkin saja kita memang tidak pantas berada di jalan tersebut.

Jika kamu pernah merasa nggak hebat, bukan kamu saja yang mengalaminya. Setiap orang pada suatu masa dalam hidup mereka pernah mengalaminya. Renungkan kembali perjalananmu. Jika kamu masih sanggup memertahankan sikap pemenang, hadapi semua masalahmu. Tunjukkan pada dunia siapa dirimu yang sebenarnya. Namun jika tidak, ubah haluan. Masih banyak pintu dan kesempatan terbuka lebar di luar sana menantimu. Banyak hal baik datang pada mereka yang bersedia menunggu, namun yang terbaik akan datang pada mereka yang tidak menyerah..
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!