Friday, February 29, 2008

Diubahkan Lewat Persoalan

Jika Anda sedang menghadapi masalah, ingatlah beberapa hal di bawah ini:

  • Allah memiliki tujuan di balik segala masalah. 'Jangan bingung atau heran apabila kelak kita mengalami cobaan yang hebat, sebab itu bukanlah sesuatu yang luar biasa', kata Rasul Yakobus.
  • Masalah membawa kita lebih dekat dengan Tuhan. Pengalaman kita paling dekat dengan Tuhan seringkali adalah pada masa paling gelap dalam hidup kita. Patah hati, ditinggalkan, dikhianati, dsb. Kita takkan pernah mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya yang butuhkan sebelum Ia menjadi satu-satunya yang kita miliki.
  • Tidak ada masalah yang terjadi tanpa sepengetahuan Allah. Setiap hari dalam hidup kita sudah tertulis dalam bukuNya jauh sebelum kita dilahirkan. Kehidupan kita bukanlah hasil dari peluang secara acak, nasib atau keberuntungan. Ada sebuah rencana induk! Mungkin kita pernah membuat kesalahan, tapi Allah tidak. Jika bahan-bahan pembuat kue kita masukkan sendiri sendiri mungkin rasanya tak enak: tepung terigu, ragi, telur mentah dsb. Tapi jika kita campur dan panggang, kamu bisa tebak deh rasanya!
  • Di balik persoalan itu, ada Allah yang bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Dan Dia ahli mendatangkan kebaikan, bahkan dalam keadaan paling buruk dan jahat sekalipun! Jika kita dibentuk dengan palu dan penderitaan agar menjadi permata, maka inilah terorinya: Jika palu tak bisa merontokkan bagian pinggir kita yang kasar, Dia akan menggunakan palu godam. Jika masih juga tak berhasil, Dia akan gunakan palu pelobang beton. Allah akan memakai apapun yang diperlukan!
  • Setiap masalah adalah kesempatan untuk membangun karakter. Semakin sulit masalahnya, semakin besar juga potensi untuk membangun otot-otot rohani dan serat moral. Jika Allah mengijinkan penderitaan dan salib dialami AnakNya, kenapa kita harus dibebaskan dari hal itu? Pembentukan karakter merupakan proses yang lambat. Ke manapun kita berusaha melarikan diri atau menghindar dari proses itu, kita menunda pertumbuhan kita dan bisa-bisa berakhir dengan penderitaan yang lebih buruk..


Apapun yang terjadi, percayalah, ada tangan Allah dalam lingkaran kehidupan yang acak, membingungkan dan sepertinya tanpa arti.

Jika Anda sedang menghadapi masalah, jangan tanya lagi 'Mengapa aku?', tapi 'Apa yang Kau ingin aku pelajari?'

Jangan menyerah dalam persoalan. Bertumbuhlah!

Thursday, February 28, 2008

Waktu Terus Saja Berjalan


Jika kamu hanya punya waktu 3 bulan lagi untuk hidup, apa yang akan kamu lakukan? Kerja keras mengisi hari-hari terakhir hidupmu, puas-puasin melakukan hobi, jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat yang kamu suka, tangis-tangisan sama orang-orang yang kamu kasihi, meningkatkan ibadah pada Tuhan atau sibuk meminta maaf pada orang lain?

Kita (untungnya!) tidak pernah tahu sampai dimana usia dan hari-hari hidup kita di bumi. Itu masih jadi rahasianya Tuhan yang mungkin dianggapNya tak perlu diketahui manusia. Bener juga sih. Kalo kita tahu berapa lama waktu tersisa dalam hidup, pasti kita akan bersibuk-sibuk mengisinya dan nggak akan menyia-nyiakan kesempatan sedikitpun. Saat berada begitu dekat dengan maut kita baru menyadari arti pentingnya waktu yang kita miliki.

Kita memang nggak bisa memilih bagaimana cara kita mati, tapi kita bisa memilih bagaimana kita akan hidup. Ini adalah sesuatu yang penting. Mungkin kamu berpikir usiamu masih muda, hari-harimu masih akan lama, tapi siapa yang dapat menebak umur seseorang? Paling tidak kamu harus menetapkan satu tujuan yang bikin kamu merasa bahwa kamu memang terlahir untuk itu, sesuatu yang membuatmu tak pernah menyesal dilahirkan.

Katanya, semua ada harganya. Di jaman serba instan ini pun, semakin cepat kita mendapat kesuksesan, semakin cepat pula nama kita berlalu. Dunia sihir ‘abrakadabra’ atau ‘sim salabim’ nggak berlaku di sini. Semuanya butuh perjuangan keras yang tak jarang harus melibatkan air mata dan luka hati..

Banyak orang telah berusaha keras dan berhasil meraih tujuan mereka (mungkin kamu juga termasuk di dalamnya!). Berlelah-lelah, nggak pernah sempat beristirahat, korbankan waktu dan tenaga bahkan hobi dan kesenangan-kesenangan kecil mereka. Tapi, sepadankah harga yang mereka bayar dengan apa yang mereka terima? Tak jarang kita membayar terlalu mahal untuk sebuah kesuksesan yang tidak abadi. Maksud saya, hanya untuk beberapa saat berada di puncak, kita kerap mengorbankan segalanya. Sepadankah semua itu?

Yang paling menyedihkan namun sangat sering kita lakukan adalah mengorbankan kebutuhan batin. Melalaikan ibadah kepada Allah, melewatkan waktu berdoa, nggak pikirkan kesejahteraan jiwa, bahkan melupakan bahwa Tuhan itu ada. Padahal, Dialah sumber kehidupan kita! Dia yang menjadikan kita dan di tanganNya tersimpan segudang rencana hebat jika kita mau bertanya kepadaNya!

Kekayaan, kepopuleran, teman-teman yang baik bahkan semua yang kita miliki dapat datang dan pergi begitu saja. Tiada yang benar-benar abadi di dunia. Hanya Tuhanlah Satu-satunya yang setia dan tak pernah meninggalkan kita. Sungguh sayang, kita seringkali tak menyadari hal ini dan terus berpacu dengan waktu untuk mengejar kepuasan dalam hal materi. Kita lupakan hal yang lebih penting dan mendasar dalam hidup : kebutuhan dalam jiwa kita. Ada sebuah pertanyaan klasik yang pantas jadi renungan buat kita ‘Apa gunanya seseorang memperoleh seisi dunia namun jiwanya binasa?’ Yakin nggak kelak kamu akan masuk surga? Jika tidak, artinya kamu perlu mencari jalan kebenaran, jawaban yang lebih pasti daripada sekedar kepopuleran atau harta dunia yang nggak abadi!

Kita patut bersyukur karena kita nggak tahu berapa lama kita akan hidup. Kita nggak tahu masih tersisa berapa banyak kesempatan untuk dapat berkumpul dengan orang-orang yang kita kasihi. Tapi renungkan ini: kamu nggak akan pernah menyesal menjalani hidupmu jika kamu menganggap tiap hari adalah hari terakhirmu. Bersahabatlah dengan semua orang, kejarlah hal-hal yang baik, berusahalah sungguh-sungguh dalam pelajaranmu, lakukan kegiatanmu dengan segenap hati, dan berikan kesan yang indah pada setiap momen. Jangan beri sedikitpun kesempatan untuk mengeluh dan menyalahkan keadaan. Keadaan tak pernah salah. (Kamu bisa kok keluar dari keadaan yang buruk jika kamu mau berusaha!). Yang seringkali salah adalah pandanganmu, dan itu berakibat terhapuslah semua kebaikan yang pernah kamu terima dalam hidup!

Katanya, hidup yang pantas dijalani adalah hidup yang mengabdi. Mengabdilah pada hidupmu. Keluargamu. Hobimu. Tujuanmu. Waktumu. Sekolahmu. Negaramu. Apa saja yang kamu anggap kamu miliki dalam hidup. Terutama pada Tuhan. Apa sih salahnya kita menabur sedikit kebaikan untuk diri sendiri? Toh yang akan kita tuai kelak bukan sekedar kebaikan, tapi ribuan kebaikan, karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.

Mungkin kamu bercita-cita untuk jadi kaya dan terkenal. Itu baik. Teruskan usahamu. Tapi ingat satu hal: jangan membayar terlalu banyak untuk sesuatu yang sementara, karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Ingatlah, waktu terus saja berjalan tanpa sempat mengingat apakah kamu telah cukup banyak melakukan kebaikan dalam hidup atau tidak.

Dan sang waktu tak pernah berhenti..

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan:

Hal penting apa yang telah kamu lakukan tiga bulan terakhir ini?

Kebutuhan apa yang sering kamu lalaikan demi memenuhi kebutuhan lainnya? Mengapa?

Sebagai apa kamu ingin orang mengenangmu?

Saat Ini


Kita selalu punya saat terbaik dalam hidup.

Kapanpun kita membayangkan saat itu, rasanya bangkitlah kembali harapan hidup kita. Saat itu dapat berupa kemenangan pada kejuaraan bergengsi, indahnya hubungan dengan pacar tersayang, berkesannya liburan bersama teman-teman dekat, manisnya makan malam ulang tahun bersama keluarga tercinta, banyak saat dapat kita ‘klaim’ sebagai saat terbaik kita.

Tiap saat memang selalu punya kenangan dan hikmah tersendiri. Nggak jarang pada saat kita menoleh ke belakang, kita menemui banyak hal baik sebenarnya bermula dari saat paling menyedihkan dalam hidup. Nggak ada saat yang benar-benar ‘tak berguna’. Saat kamu sepertinya membuang waktu dengan bersenang-senang pun, kamu sebenarnya sedang mempelajari sesuatu. Yakinlah!

Di antara setiap momen dalam hidup ini, ada satu momen yang sebenarnya sangat penting dan harus jadi fokus utama kita. Momen itu bernama ‘saat ini’. Mungkin kamu punya begitu banyak momen indah di masa lalu, tapi kita tak bisa terus tinggal dan terkurung di sana selamanya. Hal-hal yang telah berlalu kerap mengikuti perjalanan kita, tapi jangan sampai itu membebani hidupmu. Semua itu hanya pantas jadi kenangan manis yang layak untuk diceritakan dan membangkitkan kembali semangatmu jika diperlukan. Hanya itu, tidak lebih. Kita nggak bisa selamanya tinggal dalam manisnya madu, karena seringnya, yang pahit-pahitlah yang menyembuhkan.

Kadang kita kurang menghargai ‘saat ini’, saat di mana kita sedang menghadapi kenyataan sebenarnya. Yang kerap kita lakukan adalah berpaling dan menoleh ke belakang, seolah takut masa lalu itu tertinggal di sana. Padahal, bagaimanapun sukarnya saat yang kita hadapi, takkan ada saat yang akan berulang kembali. Mungkin ada kesempatan yang lain jika kita bersedia menunggu, tetapi kita tidak tahu sampai berapa lama. Waktu terus saja berjalan. Hari kemarin adalah abu, kayu adalah masa depan, namun di saat inilah api sedang menyala.

Hidup tak hanya terdiri atas déjà vu-déjà vu saja. Mungkin kita sibuk merencanakan impian masa depan kita dengan berpijak pada indahnya kenangan di masa lalu, tapi jangan terlalu banyak. Kita hidup di saat ini. Seperti kata Varinia dalam Spartacus, ‘Mungkin kita tak memilih saat ini, tapi saat inilah yang memilih kita..’. Kita tak memilih kapan kita hidup, tapi di saat inilah kita telah ditempatkan. Tentu saja bukan tanpa tujuan hal ini terjadi. Banyak hal mungkin mengingatkan kita akan luka hati, kekecewaan atau penyesalan di masa lalu, namun jangan jadikan itu sebagai penghalang yang dapat menghentikan langkahmu. Kita hidup di saat ini. Kekalahan, penyakit, atau penderitaan hanya bagian kecil yang berusaha menghalangi perjalanan kita, namun kita harus berjuang mengatasinya. Masa lalu sama sekali tak berhak untuk ikut campur atas apapun yang terjadi dalam hidup kita saat ini!

Jika kita menoleh ke belakang, pasti ada begitu banyak peristiwa di sana. Kepahitan, kekecewaan, penyesalan, luka, amarah, bahkan kenangan indah yang tak terlupakan. Namun satu persamaannya. Mereka tidak mau bungkam tapi terus memanggil-manggil. Mereka sama sekali tak rela dilupakan. Mereka mau terus ikut menumpang dalam bagasi emosional kita. Mereka ingin kita terus memikirkan, merasakan, dan menyimpan mereka dalam hati kita. Mereka merasa berhak membayangi langkah kita dan terus terlibat dalam hidup kita. Padahal sepantasnya mereka tinggal di belakang dan hanya jadi kenangan. Ada kalanya kita pikir, kita dapat memperbaiki sesuatu dengan kembali menoleh ke belakang. Itu tidak benar. Jika sesuatu dapat kita perbaiki dari saat ini, mengapa harus kembali dan terjebak di masa lalu? Bukankah apa yang kita lakukan di saat ini juga dapat menentukan masa depan kita?

Keadaan yang sedang kamu hadapi saat ini mungkin menyebalkan. Tapi tak ada yang dapat menghentikan perputaran sang waktu. Akan ada akhir bagi setiap hal buruk. Bukankah Tuhan menciptakan masa dan waktu agar kita benar-benar menghargai setiap bagiannya?

Atau mungkin kamu ingin waktu berhenti bergerak pada saat-saat ini, saat-saat yang kamu anggap paling indah dalam hidupmu. Kalau saya boleh menyarankan, jangan berhenti di saat ini. Masih ada momen-momen lain dalam hidup yang sedang menantimu. Setiap saat selalu berharga. Jalani setiap momen dalam hidupmu dengan riang dan syukuri apapun yang kamu hadapi!

Pada saat ini, masa lalu mungkin sedang mengejar kita, mencoba menghentikan langkah kita untuk waktu yang sangat lama. Namun maju dan berjuanglah, jangan terjebak di sana. Masa lalu boleh tertinggal, masa depan dapat menunggu, namun saat ini harus kita jalani. Setiap saat dapat terasa indah bila kita menghadapinya. Percayalah, dunia ini selalu berputar dengan tepat. Ada waktu untuk di atas dan ada waktu untuk di bawah. Dan di balik semua itu, ada Sepasang Tangan Ajaib yang merencanakan semuanya dengan pasti..

Yang penting adalah memiliki kepekaan untuk menangkap dan merekam hal-hal penting dari setiap momen dalam hidup dan mendapat pelajaran berharga darinya. Jangan sampai di usia lanjut kelak kita menyesali hidup karena tidak pernah menghargai keindahan dalam setiap momennya.

Setiap saat terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja..

Sesuatu untuk direnungkan:

Kapankah saat terbaik dalam hidupmu?

Adakah saat-saat yang telah kamu lewatkan begitu saja? Saat apakah itu?

Menang Aja Nggak Cukup

Bisa bayangin nggak, gimana jika semua orang hebat di dunia berkumpul jadi satu dan meninggalkan semua orang yang bukan apa-apa di belakang mereka? Kira-kira apa yang akan terjadi ya?

Segi baiknya, mereka bisa membentuk kekuatan untuk menghasilkan sebuah (atau banyak) karya besar. Namanya juga orang hebat. Apapun yang mereka kerjakan, pasti berhasil. Entah itu di bidang seni, olah raga, politik, ilmu pengetahuan, teknologi. Mereka pasti menghasilkan banyak hal yang berguna!

Sisi buruknya, mereka bisa jadi sombong dan menganggap tim mereka adalah yang terbaik, terhebat, terjaya, pokoknya paling top! Mereka akan melakukan segala cara untuk jadi yang paling hebat dan takkan menerima kenyataan jika gagal. Bahkan bisa jadi dalam tubuh kelompok mereka sendiri timbul persaingan untuk memperebutkan siapa yang paling unggul. Bagaimana mungkin menyatukan visi, wong semua yang tergabung di dalamnya adalah orang hebat (semua jadi merasa paling hebat dan berhak mengeluarkan ide dong!).

Pernah tidak perasaan kamu begitu? Berharap seandainya keluargamu paling hebat, tim basketmu paling populer, teman-teman satu gankmu paling keren, teman-temanmu paling sip, atau, kamu adalah perpaduan semuanya: paling hebat, paling cool, paling smart, paling trendy.. serba ‘paling’ deh! Pernah? Jangan malu, semua orang begitu kok. Semua orang pasti memiliki perasaan egosentris (berpusat pada diri sendiri) dalam diri mereka. Bukan nggak mungkin ada orang yang karena merasa hebat kemudian suka menonjolkan dirinya dalam setiap kesempatan. Dia nggak bisa menerima bahwa ada banyak orang di luar sana yang lebih hebat. Mottonya, anything lasts on the earth is about me. Only me. Nggak ada yang lain. Jangan-jangan mereka nggak tahu bahwa bumi itu bulat saking terpusatnya mereka pada diri sendiri. Waduh, kasihan deh ..

Kadang, kenyataan saja tidak cukup untuk membangun diri kita. Seandainya toh kita paling hebat, pasti ada kesempatan dimana kita sepertinya tidak diijinkan untuk menunjukkannya. Entah berupa kecelakaan-kecelakaan kecil, kebetulan-kebetulan yang aneh, atau hal-hal tak terduga yang tiba-tiba datang dalam kehidupan kita. Sebaliknya, walaupun kita bukan siapa-siapa, pasti akan datang juga kesempatan untuk kita bangkit dan menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat untuk sekedar ditangisi. Jika kamu perhatikan orang-orang hebat dunia, pasti kamu akan mendapati bahwa sebagian besar hidup mereka diawali dengan penderitaan atau kesusahan. Simak saja kisah nama-nama besar seperti Oprah Winfrey, Charlize Teron, Rossie O’Donnel, .. dan mungkin semua nama besar yang pernah dikenal orang!

Menang aja nggak cukup. Prosesnya kerap lebih penting daripada sekedar jadi pemenang. Tapi nggak semua orang bisa menerima ide ini. Semua orang maunya jadi pemenang, jadi yang ‘paling’ dalam segala hal. Siapa sih yang mau mengalah dan bersedia disebut looser?

Jika Tuhan hanya memberikan hal-hal yang tidak terlalu berarti untuk kita miliki, mungkin Dia ingin mengajarkan kita seni untuk bertahan hidup. Bagaimana perjuangan kita melalui segenap rintangan, itulah yang jadi fokus utamaNya. Mungkin Dia ingin kita punya kenangan indah karena pernah merasakan saat paling sukar bersama dengan Dia dan kita berhasil! Apa sih yang jadi kebanggaan dan fokus hidup kita sebenarnya?

Bagi banyak orang, kemenangan dan keberhasilan adalah tujuan utama. Jika ini juga terjadi padamu, berhentilah sejenak dan renungkan kembali. Apa benar-benar hanya itu yang kamu cari? Apakah kamu sampai rela menukar hidupmu dengan semua itu? Berani bayar berapapun agar tujuanmu tercapai?

Sebuah ungkapan menyatakan ‘Saat kita dalam kelemahan, kuasa Tuhan paling sempurna dinyatakan’. Pada titik terlemah dan tersukar dalam kehidupan kita, ingatlah ada Tuhan yang akan memberi pertolongan. Saat paling sukar dalam hidup seharusnya menjadi momen penting, karena di situlah kita bisa menyatakan kualitas kita. Saat kita merasa bodoh, nggak mampu, dan nggak hebat, di situlah letak kekuatan kita, karena kita sungguh-sungguh berusaha, berharap pada Tuhan dan nggak neko-neko dalam melakukan segala sesuatu. Kita jadi menyadari bahwa nggak ada yang abadi di dunia ini. Gelar juara pun bisa beralih kapan saja. Malah kadang, kekalahanlah yang mengajarkan kita arti sebuah kemenangan sejati.

Jika kegagalan malah membuatmu jadi menyadari banyak hal, mengapa gengsi menerimanya? Kan katanya hidup berputar bagaikan roda. Gimana kamu bisa menikmati kemenangan jika tak pernah tercampak karena kegagalan? Bagaimana kamu dapat mengevaluasi keberhasilanmu jika tidak tahu di mana letak kekurangannya? Banyak hal menarik nggak akan kamu jumpai kalo kamu berhasil terus. So, ada kalanya kamu memang ‘ditempatkan’ di posisi yang gagal agar kamu tahu mensyukuri setiap peristiwa menggembirakan yang terjadi dalam hidupmu.

Sesuatu untuk direnungkan:

Apa kelemahanmu yang terbesar?

Apakah kelemahan tersebut justru membuatmu berusaha lebih keras dari orang lain?

Di Balik Mimpi-Mimpi yang Sirna

Kita memang nggak bisa mendapatkan semua yang kita inginkan yah? Kadang yang terjadi dalam hidup justru bertentangan dengan apa yang kita inginkan. Banyak cita-cita yang gagal, mimpi indah yang sukar jadi kenyataan, dan kerja keras yang tak kunjung membuahkan hasil. Sepertinya keinginan itu hanyalah sebuah mimpi indah di ujung cakrawala. Jauh. Tak tergapai. Tapi yah.. itulah hidup. Kita tak bisa mendapatkan semua. Harus memilih. Lampu ajaib saja hanya memberi Aladdin 3 keinginan.

Bisa tidak kita bayangkan apa yang akan terjadi jika tiap orang mendapatkan semua yang mereka inginkan? Mungkin yang ada, dunia bertambah kacau. Bagaimana tidak. Yang kaya bertambah kaya. Yang suka hura-hura tetap hura-hura. Yang manja tidak pernah bertumbuh dewasa. Biang gossip selalu mendapat berita gossip. Sedangkan para penjahat? Bebas merdeka. Hukum dapat diinjak-injak. Keadilan harus bersembunyi jauh-jauh karena kurang berharga. Mungkin bagi mereka yang baiklah keadaan ini tak berlaku. Mengapa kita harus berbuat baik jika berbuat jahat saja kita mendapat apa yang kita inginkan?

Suka tak suka, itulah keadilan dalam hidup. Mungkin kamu bertanya ‘Apanya yang adil?’ Tapi keadilan adalah jika kita memperoleh sesuatu sesuai dengan kemampuan kita menerimanya. Kenapa ada orang-orang yang sepertinya nggak punya masalah di dunia ini, sedangkan nun jauh di sana ada begitu banyak orang harus menghadapi badai dan gelombang hidup yang begitu berat? Karena semua orang punya kemampuan berbeda dalam menghadapi problema kehidupan. Jika kita harus menghadapi problem orang lain, mungkin kita nggak sanggup. Begitu juga dengan mereka. Belum tentu mereka mampu menghadapi kesukaran kita. Toh Tuhan nggak akan mengijinkan suatu pencobaan terjadi di luar kemampuan kita, bukan?

Yang seringkali tak disadari, melalui hal-hal yang tidak terlihat baik itulah biasanya Tuhan ciptakan keajaiban-keajaiban kecil dalam hidup kita. Anak manja hanya dapat berubah dan bertumbuh dewasa jika dibiarkan menghadapi kesukaran. Seorang sarjana baru dapat disebut sarjana jika telah lulus ujian. Demikian juga dengan hidup. Kesukaran yang kita hadapi seringkali membuat kita lolos dan menjadi seseorang yang lebih baik. Tapi ini tergantung dari bagaimana kita memandang dan menjalani semuanya..

Jika berada ‘di atas’ terus, nggak mungkinlah kita bisa ikut prihatin dengan apa yang terjadi di Aceh, Nabire, korban-korban bencana ataupun mereka yang hidupnya sangat sukar. Dan, jika hidup kita nyaman terus, kita pasti akan cepat bosan. Kesenangan kita suatu saat kelak juga pasti mencapai titik jenuhnya, karena sifat manusia kan selalu ingin mencari tantangan dan pengalaman yang berbeda. Mungkin karena itulah Tuhan ijinkan sedikit kesukaran terjadi dalam hidup kita. Ia senang membuat kejutan, karena itulah Ia ingin hidup kita lebih berwarna dan tidak membosankan! Ada begitu banyak lho orang yang menangkap kebaikan di saat paling tidak baik dalam hidup mereka. Lebih dari kaum oportunis, mereka bisa memanfaatkan kesempitan dalam hidup mereka menjadi sebuah kesempatan besar, dan mengubah keadaan yang pahit menjadi manis. Yang pahit-pahit toh lebih berkhasiat!

Dalam menjalani kehidupan, jangan sampai deh kita kehilangan peluang untuk menangkap berkat dan kegembiraan. Tak ada salahnya kan, kita belajar dari keinginan-keinginan yang ‘tidak sampai’ itu bahwa itulah realita kehidupan. Di situlah seni sebuah kehidupan terletak. Bahkan kadang, di balik ketidak-beruntungan kita, terjadilah keajaiban. Jadi, jangan sampai terlewatkan setiap detil kisah pada perjalanan hidupmu. Baik senang atau susah, berlebih atau berkekurangan, sehat atau sakit (kok jadi kayak janji pernikahan ya!J), serap apa saja yang berarti dan berguna untuk masa yang akan datang. Jangan menyesali keadaanmu tapi lihat sisi baiknya. Ambil manfaat dan jangan lewatkan apapun!

Jika saat ini kamu merasa belum mendapat apa yang kamu inginkan, tetaplah berharap. Lakukan apa yang harus kamu lakukan dan bersiaplah untuk hal-hal yang lebih besar. Mungkin saja ada keajaiban bersembunyi di baliknya!

Wednesday, February 27, 2008

Ke Mana Keinginan Membawamu?


Memang benar manusia itu lemah adanya. Jangankan terhadap orang lain atau pengaruh luar, terhadap diri sendiri saja seringkali kita kalah. Terhadap keinginan yang berteriak kuat dalam diri kita, misalnya. Kita selalu saja menyerah kalah jika harus berhadapan dengan diri sendiri. Bagaimana mungkin?

Bicara soal keinginan nggak akan ada matinya. Jika boleh merinci, kita pasti ingin makan enak sepanjang hidup, ingin kaya, ingin bisa belanja sepuasnya, ingin berkeliling dunia, ingin panjang umur, ingin sukses, ingin terkenal, ingin langsing, ingin punya pacar keren.. semua yang sanggup kita daftar pasti kita inginkan dalam hidup!

Keinginan bisa membawa kita pada tujuan kita. Keinginan yang kuat pasti akan disertai tindakan yang kuat pula. Jika keinginan itu positif, pasti hidup kita bakal jadi berguna. Contohnya jika seseorang ingin berhasil, ia akan melakukan apa saja untuk sampai pada tujuan itu. Rajin bekerja, belajar, beribadah, apapun akan dilakukannya. Kadang mimpi terbesar pun bisa kita raih, kok. Contohnya Katie Holmes yang sangat bahagia dilamar Tom Cruise karena katanya, Tom adalah mimpi terbesar Katie. Sebaliknya, jika keinginan buruk yang ada pada kita, kayaknya tujuan akhir kita juga bakal jadi buruk, nih. Apalagi jika keinginan itu sampai menyergap, mengikat, mencengkeram dan tak mau melepaskan kita. Waduh, bakal berabe deh hidup kita!

Sebenarnya, ada nggak ya cara yang tepat untuk mengendalikan keinginan-keinginan kita? Toh keinginan suka muncul begitu saja. Ia sangat spontan dan tiba-tiba. Tanpa direncana, tiba-tiba ia merasuk dalam hati dan pikiran kita. Kalo kamu sedang jalan-jalan di mall dan nggak sengaja melihat sepatu keren yang modelnya lagi tren dan ‘kamu’ banget, pasti kamu bakal berbelok dan melihatnya. Nggak mustahil tiba-tiba kamu memutuskan untuk membelinya walaupun nggak merencanakan itu sebelumnya. Kenapa kamu melakukannya? Karena keinginan untuk memiliki sepatu itu sangat kuat!

Masalahnya nih, anak muda seringnya terperangkap dalam keinginan yang negatif. Keinginan untuk membalas dendam, keinginan untuk jadi yang paling keren (dan bersedia melakukan ‘apapun’ untuk mencapainya. Ngebut, ‘minum’, gaya hidup hedonis, banyak cara!), keinginan untuk menyenangkan hati teman (yang belum tentu baik!), keinginan untuk mencoba-coba (biasanya sih, hal buruk yang kerap jadi sasaran!). Pokoknya, sangat panjang untuk didaftar!

Kita memang tak pernah tahu apa yang terbaik sebelum kita benar-benar mengalaminya. Kita jadi mencoba ini-itu, ikut gaya aduhai yang lagi digandrungi (dan nggak peduli apakah itu cocok atau tidak!) dan menginginkan segala yang terlihat baik. Masalahnya, penyesalan selalu saja datang terlambat. Ketika kita sudah dirugikan, dipermalukan, mengalami hal-hal buruk, barulah ia muncul. Sebelum-sebelumnya, kenapa nggak ada peringatan apapun agar kita nggak menyesali sesuatu yang kita perbuat ya?

Tahu nggak, jauh di dalam hati kita, ada suara kecil bernama hati nurani. Sebenarnya, dialah yang bertugas memperingatkan kita. Ia sering mencegah hal-hal buruk sebelum kita lakukan. Ia berteriak-teriak dengan nyaring di hati kita. Pernah kan kamu merasa nggak enak karena sebuah ‘niat jahat’ di hatimu? Bolos, misalnya. Atau membohongi orang tua. Atau mencoba narkoba. Pokoknya hati nurani selalu memperingatkan kita untuk berbuat baik. Namun, jika kita tak menggubrisnya, ia akan pergi. Kita pun jadi asyik-asyik saja melakukan hal buruk manapun yang kita suka!

Jalan terbaik untuk mencapai tujuan kita seringkali adalah dengan mengikuti kata hati. Saat kamu berada di persimpangan dan harus memilih, dengarkan saja suara hatimu. Ia akan bicara jujur padamu. Ia takkan pernah berbohong. Semua orang memilikinya, kok. Kamu juga. Masalahnya, alat pengatur volume suara hati ini ada di tangan kita masing-masing. Jika kita mendengar dan mengikutinya, ia akan bicara dengan nyaring. Namun, jika kita terus mengabaikannya, ia hanya akan berbisik dengan sangat pelan (sampai kita tak dapat mendengar apapun!) bahkan akhirnya diam.

Jika saat ini ada sebuah keinginan yang sedang memanggilmu dengan kuat, dengarlah baik-baik. Jika itu memang sesuatu yang baik, berguna, menyenangkan, dan ‘sreg’ di hati, ikutilah dia. Tapi jika itu membuatmu feeling so blue, jadi nggak enak melakukan apapun dan nggak berguna, tutup telingamu dan larilah!

Keinginan bisa membawa pada tujuan kita dan membuat hidup kita bahagia. Sebaliknya, keinginan juga dapat menghancurkan hidup kita! Namun, jika kendalinya ada pada hatimu, jangan menyerah. Diri sendiri seringkali jadi musuh kita yang paling besar, namun hadapilah. Jangan menyerah pada keinginan-keinginan tanpa tujuan yang ingin menguasaimu.

Langkahkan saja kakimu dan ikuti kata hatimu..

Sesuatu untuk Direnungkan:

Adakah keinginan yang berteriak kuat dalam hatimu saat ini? Keinginan apakah itu?

Ke mana kira-kira keinginan itu akan membawamu?

Pernahkah keinginan-keinginanmu membawamu pada penyesalan?Apa saja itu?

Ke Mana Keinginan Membawamu?


Memang benar manusia itu lemah adanya. Jangankan terhadap orang lain atau pengaruh luar, terhadap diri sendiri saja seringkali kita kalah. Terhadap keinginan yang berteriak kuat dalam diri kita, misalnya. Kita selalu saja menyerah kalah jika harus berhadapan dengan diri sendiri. Bagaimana mungkin?

Bicara soal keinginan nggak akan ada matinya. Jika boleh merinci, kita pasti ingin makan enak sepanjang hidup, ingin kaya, ingin bisa belanja sepuasnya, ingin berkeliling dunia, ingin panjang umur, ingin sukses, ingin terkenal, ingin langsing, ingin punya pacar keren.. semua yang sanggup kita daftar pasti kita inginkan dalam hidup!

Keinginan bisa membawa kita pada tujuan kita. Keinginan yang kuat pasti akan disertai tindakan yang kuat pula. Jika keinginan itu positif, pasti hidup kita bakal jadi berguna. Contohnya jika seseorang ingin berhasil, ia akan melakukan apa saja untuk sampai pada tujuan itu. Rajin bekerja, belajar, beribadah, apapun akan dilakukannya. Kadang mimpi terbesar pun bisa kita raih, kok. Contohnya Katie Holmes yang sangat bahagia dilamar Tom Cruise karena katanya, Tom adalah mimpi terbesar Katie. Sebaliknya, jika keinginan buruk yang ada pada kita, kayaknya tujuan akhir kita juga bakal jadi buruk, nih. Apalagi jika keinginan itu sampai menyergap, mengikat, mencengkeram dan tak mau melepaskan kita. Waduh, bakal berabe deh hidup kita!

Sebenarnya, ada nggak ya cara yang tepat untuk mengendalikan keinginan-keinginan kita? Toh keinginan suka muncul begitu saja. Ia sangat spontan dan tiba-tiba. Tanpa direncana, tiba-tiba ia merasuk dalam hati dan pikiran kita. Kalo kamu sedang jalan-jalan di mall dan nggak sengaja melihat sepatu keren yang modelnya lagi tren dan ‘kamu’ banget, pasti kamu bakal berbelok dan melihatnya. Nggak mustahil tiba-tiba kamu memutuskan untuk membelinya walaupun nggak merencanakan itu sebelumnya. Kenapa kamu melakukannya? Karena keinginan untuk memiliki sepatu itu sangat kuat!

Masalahnya nih, anak muda seringnya terperangkap dalam keinginan yang negatif. Keinginan untuk membalas dendam, keinginan untuk jadi yang paling keren (dan bersedia melakukan ‘apapun’ untuk mencapainya. Ngebut, ‘minum’, gaya hidup hedonis, banyak cara!), keinginan untuk menyenangkan hati teman (yang belum tentu baik!), keinginan untuk mencoba-coba (biasanya sih, hal buruk yang kerap jadi sasaran!). Pokoknya, sangat panjang untuk didaftar!

Kita memang tak pernah tahu apa yang terbaik sebelum kita benar-benar mengalaminya. Kita jadi mencoba ini-itu, ikut gaya aduhai yang lagi digandrungi (dan nggak peduli apakah itu cocok atau tidak!) dan menginginkan segala yang terlihat baik. Masalahnya, penyesalan selalu saja datang terlambat. Ketika kita sudah dirugikan, dipermalukan, mengalami hal-hal buruk, barulah ia muncul. Sebelum-sebelumnya, kenapa nggak ada peringatan apapun agar kita nggak menyesali sesuatu yang kita perbuat ya?

Tahu nggak, jauh di dalam hati kita, ada suara kecil bernama hati nurani. Sebenarnya, dialah yang bertugas memperingatkan kita. Ia sering mencegah hal-hal buruk sebelum kita lakukan. Ia berteriak-teriak dengan nyaring di hati kita. Pernah kan kamu merasa nggak enak karena sebuah ‘niat jahat’ di hatimu? Bolos, misalnya. Atau membohongi orang tua. Atau mencoba narkoba. Pokoknya hati nurani selalu memperingatkan kita untuk berbuat baik. Namun, jika kita tak menggubrisnya, ia akan pergi. Kita pun jadi asyik-asyik saja melakukan hal buruk manapun yang kita suka!

Jalan terbaik untuk mencapai tujuan kita seringkali adalah dengan mengikuti kata hati. Saat kamu berada di persimpangan dan harus memilih, dengarkan saja suara hatimu. Ia akan bicara jujur padamu. Ia takkan pernah berbohong. Semua orang memilikinya, kok. Kamu juga. Masalahnya, alat pengatur volume suara hati ini ada di tangan kita masing-masing. Jika kita mendengar dan mengikutinya, ia akan bicara dengan nyaring. Namun, jika kita terus mengabaikannya, ia hanya akan berbisik dengan sangat pelan (sampai kita tak dapat mendengar apapun!) bahkan akhirnya diam.

Jika saat ini ada sebuah keinginan yang sedang memanggilmu dengan kuat, dengarlah baik-baik. Jika itu memang sesuatu yang baik, berguna, menyenangkan, dan ‘sreg’ di hati, ikutilah dia. Tapi jika itu membuatmu feeling so blue, jadi nggak enak melakukan apapun dan nggak berguna, tutup telingamu dan larilah!

Keinginan bisa membawa pada tujuan kita dan membuat hidup kita bahagia. Sebaliknya, keinginan juga dapat menghancurkan hidup kita! Namun, jika kendalinya ada pada hatimu, jangan menyerah. Diri sendiri seringkali jadi musuh kita yang paling besar, namun hadapilah. Jangan menyerah pada keinginan-keinginan tanpa tujuan yang ingin menguasaimu.

Langkahkan saja kakimu dan ikuti kata hatimu..

Sesuatu untuk Direnungkan:

Adakah keinginan yang berteriak kuat dalam hatimu saat ini? Keinginan apakah itu?

Ke mana kira-kira keinginan itu akan membawamu?

Pernahkah keinginan-keinginanmu membawamu pada penyesalan?Apa saja itu?

Jadilah Pemimpin!

Pernah nggak kamu menyadari bahwa di dunia saat ini sudah begitu jarang kita temui contoh dan teladan yang benar-benar baik? Maksudnya contoh dan teladan yang baik karena dilakukan dengan penuh ketulusan. Kalo cuma ‘baik’ mah bisa direkayasa. Kita bisa saja menyumbang untuk mereka yang membutuhkan, beramal, membantu orang atau pekerjaan baik lainnya hanya karena ingin mendapat pujian. Bisa banget. Pernah dengar istilah ‘munafik’?

Mempertahankan yang baik, teratur dan terkendali memang bukan hal yang mudah. Seringnya kita dicemooh orang kala berniat untuk melakukannya. Kita jadi berpikir ulang dan mengambil langkah mundur. Kita merasa kita membutuhkan seorang role model atau seorang figur yang baik, tapi ternyata nggak ada siapapun di sana. Menyedihkan, bukan?

Kalo disuruh menjelaskan bagaimana karakter yang baik dan patut dijadikan contoh, kamu pasti bisa. Paling nggak yang jujur, adil, berani berkata ya di atas ya dan tidak di atas tidak, berani tampil beda, dan selalu bersinar di manapun berada. Setiap ngeliat sosoknya, kita selalu terinspirasi karena apapun yang diperbuatnya. Tapi kalo dicari, kayaknya susah banget deh tipe itu kita temukan. Semua orang kayaknya sibuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Orang lain urusan nomor sekian. Kadang nggak peduli itu kekasih, sahabat, orang tua, mertua, relasi..

Sungguh mengherankan kenapa kita hidup di jaman individual ini. Tadinya bangsa Indonesia begitu menjunjung slogan Bhineka Tunggal Ika, juga asas Gotong Royong, pokoknya mengutamakan persatuan dan kerja sama deh. Namun sekarang, apa masih nyata slogan itu? Kadang saja kita lupa bahwa kita ini masih saudara sebangsa. Kerjaannya ribuut melulu. Kita benar-benar telah menjelma jadi makhluk individu sejati. Selama nggak ada urusan, nggak perlu mendekat pada orang lain. Wah, mau ke mana kita kalo caranya seperti ini?

Nggak usah jauh-jauh deh. Pada banyak keluarga kita bisa melihat contoh yang jelas. Biasanya terjadi di kota-kota besar, orang tua sibuk bekerja dan anak-anak sibuk les, ekskul, dan seabrek urusan lain. Kalo ketemu saja jarang, bagaimana anak-anak dapat melihat dan menyerap contoh yang baik? Yang ada kita meniru semangat dan sifat mereka dalam bekerja keras mencari uang. Kehangatan dan kebersamaan keluarga pelan-pelan mulai kita tinggalkan. Bagaimana tidak, dari kecil kita sudah terbiasa dengan pola seperti itu..

Biasanya sih, pada usia pertumbuhan, remaja mulai mencari jati diri mereka dan berusaha meniru siapapun tokoh yang mereka suka. Hanya sayangnya, kadang mereka belum bisa membedakan mana yang baik untuk diserap dan mana yang nggak cocok untuk mereka. Bayangkan. Ini Generasi MTV, generasi di mana semua anak muda nyandu MTV. Budaya Barat yang liberal sudah terserap dengan sangat baik jadi budaya lokal. Akhirnya, kamu lihat sendiri bukan? Baik trend, gaya berpakaian, gaya hidup, bahkan istilah-istilah yang dipakai di belahan bumi sebelah jauh sana sudah fasih diucapkan oleh anak-anak baru gede. Fenomena ini memang nggak bisa disangkal atau ditentang. Gimana ya, dunia ini kan perkampungan global!

Memang masih ada juga sih orang-orang yang berniat mulia dengan mempertahankan sikap baik. Mereka mengikuti apa yang disebut hati nurani. Sayangnya, lingkup pergaulan mereka nggak mendukung. Mereka berada di tengah komunitas yang sama sekali nggak ada niatan untuk jadi baik (atau lebih baik). Rasanya nggak mungkin dong kita bisa tetap berdiri melawan arus. Nggak mungkin kita bisa tetap menjalankan prinsip atau idealisme kita tanpa ada seorang pun mendukung. Alhasil, walaupun sudah membangun prinsip dan niat yang kokoh, tapi karena kebanyakan noleh kanan-kiri, jadi gagal deh jalannya. Perlahan namun pasti mereka mulai mengambil langkah mundur. Kadang langkah ini berjudul kecewa, kadang bernama tuntutan yang tak tercapai, trauma,… entah apa lagi namanya!

Kita mungkin menuntut orang bicara jujur pada kita, atau perhatian yang lebih besar, atau penerimaan diri kita apa adanya. Percayalah, nggak banyak yang bisa melakukannya. Orang lain juga punya prinsip sendiri, yang nggak jarang beda jauh sama kita. Tapi kita tahu sampai di mana kemampuan kita. Kita mengerti apa keinginan terbesar kita. Lalu kenapa nggak kita saja yang mulai bertindak? Kadang, respons yang kita terima adalah refleksi dari apa yang kita lakukan pada orang lain, lho. Jadi, mulailah dari dirimu. Bicaralah jujur. Luangkan waktu untuk lebih memperhatikan orang. Terima dirimu apa adanya. Jangan salahkan siapa-siapa jika lingkungan bersikap buruk padamu. Jangan-jangan, itu hanya pantulan sikapmu pada mereka..

Mungkin kamu pikir nggak ada seorang pun mendukung perbuatanmu. Tahu tidak, Allah di sorga setiap saat memandang ke bawah untuk mengawasi perbuatan kita. Kelak, kita harus mempertanggung-jawabkan semuanya. Bisa nggak kita menanggung hukumannya jika kita nggak pernah melakukan yang baik? Selama bumi ini masih berputar menurut orbitnya, nggak usah neko-neko deh. Jadilah contoh bagi dirimu sendiri. Lakukan sesuatu yang menginspirasi. Bertindaklah. Serap apa yang baik bagimu dan buang segala yang negatif. Nggak pernah ada kata terlambat kok selama kita mau berusaha.

Sesuatu untuk Direnungkan:

Dalam hidupmu, adakah seseorang yang kamu jadikan panutan? Apa saja sifatnya yang menginspirasimu?

Menurut kamu, sifat-sifat apakah yang pantas dimiliki oleh seorang panutan?

Mulai sekarang, maukah kamu berjanji untuk mengubah sikap burukmu dan menjadi inspirasi bagi orang lain? Sifat-sifat buruk apa saja yang rasanya perlu kamu ubah dari dirimu?

Pergaulan yang Buruk Merusak Kebiasaan yang Baik

Mungkin kamu pernah dengar ungkapan ini sebelumnya. Tapi mengaku saja, pasti berat bagimu untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang sudah sekian lama dekat denganmu. Apalagi jika mereka telah bersikap begitu baik terhadapmu. Padahal, tanpa kamu sadari, pengaruh mereka telah meresap begitu dalam dan mencengkerammu. Jika teman-temanmu adalah anak baik-baik, tidak mengapa. Tapi, jika mereka adalah teman-teman dengan siapa orang tuamu takkan mengijinkan kamu bergaul, waspadalah. Bisa jadi, bukan kamu yang menarik mereka ke arah yang benar, tapi kamu yang terseret ke jalan kehancuran!

Gimana sih, tipe teman-teman yang baik itu? National Clearinghouse on Families & Youth, salah satu lembaga yang mengupayakan kesejahteraan keluarga dan kaum muda di Amerika dalam salah satu publikasinya berjudul EXPRESS YOURSELF! A teenager’s guide to fitting in getting involved and finding yourself menyatakan bahwa teman-teman yang baik adalah mereka yang …

  • Tertarik kepadamu, bukan semata pada apa yang dapat kamu berikan atau lakukan bagi mereka.
  • Bersedia mendengarkan. Mereka tertarik pada apa yang kamu katakan.
  • Tertarik pada keberhasilanmu. Mereka bahagia buat kamu jika semuanya berjalan dengan baik bagimu.
  • Merasa menyesal dan meminta maaf jika membuat kesalahan.
  • Ketika memberimu bimbingan, juga melakukan hal yang sama untuk menunjukkan bahwa mereka peduli.
  • Tidak mengharapkanmu jadi orang yang sempurna.
  • Menghargai privasimu.

Tiada seorang pun yang sempurna di dunia ini. Namun di antaranya, ada beberapa orang yang benar-benar baik dan tulus terhadapmu. Ikuti kata hatimu. Pilihlah teman-teman yang berdampak baik dan mendukungmu dalam meraih cita-cita dan mengetahui tujuanmu diciptakan di dunia ini.

Sesuatu untuk Direnungkan:

Apakah teman-temanmu memenuhi syarat-syarat di atas? Jika tidak, apakah kamu akan tetap mempertahankan mereka, apapun konsekuensinya? Mengapa?

Bagaimana denganmu? Apakah kamu bersedia membuka tanganmu untuk sebuah persahabatan atau pertemanan yang baik seperti yang kamu harap dalam tuntutanmu terhadap orang lain?

Dalam hubungan yang kamu jalin, apakah kamu telah memenuhi syarat sebagai ‘teman yang baik’ seperti disebutkan di atas?Jika belum, maukah kamu mencobanya?


Sisi-Sisi Terbaikmu

Pernah dengar tidak ungkapan yang menyatakan bahwa yang tampak seringkali bukanlah yang sebenarnya? Seringnya, yang sejati, the real one itu suka menyembunyikan diri jauh di dalam. Iklan Lux pernah mengungkapkan kira-kira begini, ‘Ada begitu banyak sisi dalam diri wanita. Lux menampilkan sisi terbaik’. Atau ‘Pancarkan pesona bintang dalam dirimu..’. Pernah nggak kamu terpikir bahwa kamu pun mempunyai pesona bintang? Kalo belum, coba pikir sekali lagi, deh. Tiap orang pasti punya pesona itu, hanya mungkin belum terpancar keluar saja..

Ada banyak sisi dalam diri kita. Ada yang mudah dikenali, ada juga yang tak terlihat atau tak tampak dari permukaan. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa dalam diri manusia manapun, pasti ada sesuatu yang indah dan berharga yang tersembunyi. Coba perhatikan, sejahat-jahatnya seseorang, pasti dia mempunyai sisi baik yang penuh kasih dalam dirinya. Setenang-tenangnya seseorang, pasti ada juga sisi ramai atau ‘gelisah’nya. Seburuk-buruknya hidup seseorang, pasti juga ada sisi menyenangkannya.

Yang jadi masalah, biasanya yang nampak di permukaan adalah sisi biasa kita, sedangkan yang menonjol bersembunyi jauh di dalam sana. Kadang kita ingin berbuat sesuatu yang baik tapi entah bagaimana yang sebaliknyalah yang kita lakukan. Kita jadi nggak bisa menampilkan sisi terbaik dalam diri kita. Kemudian kita pikir, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mengenali sisi-sisi baik dalam diri mereka. Sedangkan kemampuan dan sisi menarik kita, jangankan terlihat oleh orang lain, diri kita saja seringnya nggak bisa menemukannya..

Memang dibutuhkan kesadaran penuh untuk mengenali sisi-sisi dalam pribadi tiap orang. Ada kan teman-teman kita yang suka nggak mau terlibat dalam acara-acara sekolah, padahal kalo mau ditelusuri, talenta mereka ternyata seabreg-abreg. Entah malu menyatakan diri, merasa nggak nyaman, atau merasa ‘kurang’ dibandingkan orang lain, nggak ada yang tahu. Mungkin seharusnya kita fokus saja pada apa yang kita miliki, maka kita akan merasa bahagia. Jika pandangan kita terus-menerus diarahkan pada apa yang tidak kita miliki, maka yang ada dalam pikiran kita hanyalah rasa tak puas. Bahkan sampai tua pun mungkin nggak akan habis kita mengomel tentang keadaan kita!

Sepertinya, ada begitu banyak sisi yang terlihat begitu mengagumkan dari orang lain. Sedangkan kita? Berapa banyak sih sisi yang menarik dalam diri kita? Sepertinya nggak banyak. Tapi jangan mengeluh dulu, amati baik-baik hijaunya rumput tetangga. Ternyata sama kok dengan apa yang ada di pekarangan kita. Jangan terus-terusan fokus pada kelebihan orang lain, deh. Perhatikan saja sisi-sisi menarik dari diri kita. Daftar apa saja yang menjadi kesukaanmu, kemudian asah kemampuanmu dalam hal itu dan kembangkan. Jangan takut mencoba hal-hal baru. Kita nggak akan tahu sampai di mana kemampuan kita sebelum mencobanya. Percayalah, nggak ada orang seunik diri kamu. Nggak ada yang punya kemampuan dan kelebihan yang persis sama dengan kamu. Hanya mungkin kamu saja yang belum menggali dan menunjukkannya pada dunia..

Kita tak pernah tahu sampai kapan kita akan hidup, tapi selagi masih ada waktu, mari isi hidup ini dengan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang menyenangkan. Jika tak ada yang bisa membahagiakan kita, kita buat saja kebahagiaan itu sendiri. Atau jika pengalaman hidup membentuk begitu banyak sisi tajam dan kasar dalam dirimu, poleslah itu menjadi sisi yang menarik dengan menambahkan sedikit cinta dalam hati. Kamu tahu kan, bahwa kasih dapat menutupi segala kekurangan?

Kadang kita bisa melakukan hal yang paling rumit, namun sukar untuk melakukan hal yang paling sederhana. Contohnya memaafkan dan menerima diri sendiri. Coba mencintai orang lain yang jadi idola. Brad Pitt, misalnya. Atau Delon. Pasti bisa, kan! Seandainya pun mereka melakukan kesalahan, pasti nggak sukar buat kita memaafkan dan menerima diri mereka apa adanya. Tapi jika diri kita yang melakukan kesalahan fatal, belum tentu dalam waktu 1 x 24 jam kita sudah berdamai kembali dengan diri sendiri. Padahal.. hey, it’s you, yourself! Apanya yang salah dalam menerima diri sendiri? Seharusnya, lebih dari orang lain kita dapat menerima keberadaan diri kita, karena diri kita adalah anugerah terbaik yang Tuhan beri! Masa sih kamu mau berjalan seumur hidup dengan kebencian tak termaafkan pada diri sendiri? Bagaimana kita dapat mencintai orang lain jika tak punya persediaan cinta untuk diri sendiri?

Namun, jika kita benar-benar tidak bisa menerima keadaan diri apa adanya, mungkin yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Dia mengenal kita jauh lebih baik dari pengenalan kita terhadap diri sendiri. Dan sebagai Sang Pencipta, Dia pasti punya tujuan mulia untuk kita lakukan di muka bumi ini. Kayaknya nggak mungkin deh Tuhan ciptakan kita sebagai bahan eksperimen atau sekedar iseng-iseng. Dia pasti mempunyai sebuah tujuan untuk hidup kita. Plus, Dia mengenal dengan baik segala kelebihan dan kekurangan kita. Masakan Dia nggak bisa melakukan sesuatu dengannya? Jika hubungan kita membaik dengan Allah, Dia dapat memulihkan keadaan kita dan memberi tahu kita apa yang menjadi rencanaNya dalam hidup ini. Kemudian, barulah kita bisa menampilkan sisi-sisi terbaik dari dalam diri kita. Memang ini bicara tentang proses panjang yang harus dilalui oleh tiap orang. Kayaknya kamu nggak bisa nawar deh, dalam hal ini.

Jika proses ini sedang berlangsung dalam hidupmu dan hingga kini kamu belum melihat sisi baik dalam dirimu, cobalah untuk mendekat kepada Allah. Biarkan Dia berkarya dalam dirimu. Penuhi hatimu dengan cinta. Nyamankan diri dengan semua yang ada padamu. Hargai diri sendiri, nikmati keadaanmu, jalani hidup dengan melakukan hal-hal yang kamu sukai, tampilkan sisi terbaikmu pada dunia dan.. pancarkan pesona bintang dalam dirimu! (bukan beriklan!).

Sesuatu untuk direnungkan:

Apa saja yang paling kamu suka lakukan? Daftarlah sebanyak-banyaknya!

Hal mudah apa yang sukar kamu lakukan bagi dirimu sendiri?

Pernahkah kamu meminta bantuan Tuhan untuk memberitahumu apa yang harus kamu perbuat dalam mengisi hidup? Jika belum, maukah kamu berdoa dan memohon kepadaNya? Jika ya,kira-kira bagaimana bunyi doamu?

Apa yang Sangat Kamu Ketahui?

Konon, Oprah Winfrey pernah ditanya oleh seseorang ‘Apa yang sangat kamu ketahui?’ dan nggak bisa menjawabnya pada saat itu. Tapi pada akhirnya dia menulis tentang hal ini di sebuah kolom khusus di majalah ‘O’ miliknya. Kemudian, dalam salah satu wawancaranya, ia menanyakan hal yang sama pada Sharon Stone. Tahu apa jawab Sharon? Kira-kira begini ‘Masa lalu dan masa depan tidaklah penting. Yang terpenting adalah saat ini. Tiap hari adalah pengalaman yang berguna untuk dijalani. Kunci utamanya adalah bersikap bijaksana..’. Sungguh manis, bukan?

Jika kepada kita ditanyakan pertanyaan yang sama, tentang apa yang sangat kita ketahui, bisa nggak kita memberi jawaban yang bijak, yah? Kadang, yang sangat kita ketahui hanyalah berkisar hal-hal buruk di sekitar kita. Pelajaran yang susah, nilai yang jeblok, orang tua yang pemarah, jam malam yang tak boleh dilanggar, uang jajan yang terbatas. Itu-itu saja.

Banyak hal hanya bisa kita pahami setelah mengalaminya sendiri. Biasanya, sebelum mengalami sesuatu yang buruk, kita belum bisa berempati pada orang lain, belum bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan ajaib kita, atau nggak bisa dikasih tahu. Tapi dengan mengalami sekian pengalaman yang buruk, nggak mustahil kita akan meraih banyak kemajuan dan perkembangan diri.

Saya sendiri jadi belajar untuk selalu bersyukur setelah berteman dengan seorang pengeluh sejati. Bosen kan denger keluhan melulu! Tiap kali ketemu, adaa saja keluhannya. Padahal kalo saya perhatikan, nggak ada yang salah kok dengan hidupnya. Dia saja yang kurang bisa memahami dan menikmati keadaannya. Dari situ saya jadi tahu bahwa rumput tetangga nggak selamanya lebih hijau. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya!

Kadang, karena terlalu terpaku pada dendam dan sakit hati di masa lalu, hati kita sepertinya tertinggal di belakang. Pada saat manapun kita berada, hati dan pikiran kita masih berada jauh dari kehidupan saat ini. Kita jadi nggak bisa melangkah lebih maju. Nggak bebas untuk merencanakan segala sesuatu. Nggak nyaman untuk bergerak. Energi kita seolah tersedot dengan kuat ke masa lalu. Semua kita hubungkan ke masa lalu kita yang buruk dan pahit. Kejadian yang menyedihkan mengingatkan pada kesukaran kita. Kebahagiaan orang lain menyiksa kita. Kita jadi membandingkannya dengan apa yang telah kita alami dan merasa hidup ini nggak adil. Namun kebahagiaan pun serasa tak pantas kita dapatkan karena kita merasa diri begitu buruk sehubungan dengan masa lalu. Sebegitu kuatkah rantai masa lalu itu membelenggu?

Ada juga orang-orang yang karena terlalu fokus pada masa depan jadi melupakan saat ini. Mereka melalaikan kehangatan keluarga, meninggalkan jam-jam ibadah, tak menghiraukan kesehatan tubuh, dan terus berlari mengejar masa depan. Mungkin mereka memegang prinsip yang kuat, bahwa segala sesuatu ada harganya, atau ‘Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’, juga ‘Rajin Pangkal Pandai’. Banyak pepatah menegaskan betapa pentingnya bekerja keras dan mengejar impian. Tapi ada hal-hal yang lebih penting daripada mengejar masa depan. Ada masa kini yang harus kita jalani sepenuh hati, karena waktu terus saja berjalan tanpa memikirkan apakah kita sungguh-sungguh menikmati dan mempergunakannya dengan baik atau tidak.

Kita boleh merancang masa depan kita tanpa tahu hasil akhirnya. Setelah tiba di sana, barulah kita tahu semua rencana kita berhasil atau tidak. Banyak ketidak pastian dalam hidup. Namun, ketidak pastian itu jugalah yang membawa kita pada pengharapan yang kuat. Jika telah melihat bukti, namanya bukan lagi pengharapan, kan? Dan, semakin sesuatu itu tidak pasti, semakin sungguh kita berharap terjadi keajaiban. Kalo semua berjalan ‘pasti’ dan mulus, kayaknya bakal sangat membosankan deh hidup kita! Buat apa lagi berharap pada sesuatu yang sudah pasti?

Terus terang saya banyak belajar dari hidup saya. Memang benar jika dikatakan, hidup kita adalah tambang emas kita. Dari dalamnya kita dapat menarik pelajaran berharga yang sungguh istimewa. Saya belajar untuk jadi nggak sirik karena sering diperlakukan nggak adil oleh seseorang yang sangat tidak suka pada saya. Dia suka dengan sengaja memberi sesuatu pada seorang sahabat dekat di depan mata saya. Atau memperlakukan kami nggak adil. Dia juga sama sekali nggak ‘menganggap’ saya. Awalnya sih keki banget rasanya. Tapi lama-lama saya tahu taktiknya dan berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing. Dan Tuhan rupanya memakai dia untuk mengajarkan sebuah nilai kehidupan pada saya. Yang menarik, orang ini tidak mendapat pelajaran apapun darinya, sementara saya paling nggak jadi sedikit lebih bijak dari dia, kaan!

Saya juga belajar untuk berkata jujur karena sering merasakan betapa sakitnya dibohongin. Saya nggak mau punya nilai yang sama dengan pembohong!

Saya belajar menghargai semua yang saya miliki dari pengalaman nggak punya apa-apa. Saya ingat, dulu orang tua saya selalu bilang gini, ‘Kamu harus berdoa supaya Tuhan memberkati Papi Mami supaya bisa beliin sepatu baru buat kamu..’. Tiap kali meminta sesuatu, pasti jawaban itu yang diberikan, sampai saya hafal. Kadang, jadi nggak enak buat minta apa-apa pada mereka. Habis, gimana lagi. Orang tua saya bukan orang kaya. Kami benar-benar harus berdoa pada Tuhan untuk setiap keperluan kami!

Saya juga belajar menghargai orang lain karena suka dicuekin dan nggak dianggap. Kamu tahu betapa menyakitkannya hal itu, kan! Tetapi setelah saya renungkan, saya pikir kelakuan itu sangat rendah dan mencerminkan sikap hati yang nggak beres. Belum tentu saya yang salah kok. Kadang orang bersikap begitu karena mereka punya masalah sendiri yang mungkin belum dapat mereka bereskan. Jadilah perasaan itu terpancar keluar dan tanpa sadar mereka menyakiti orang lain. Sebenarnya merekalah yang patut dikasihani, bukan saya. Jadi saya memutuskan takkan pernah melakukannya pada orang lain. Bagaimanapun, hidup saya berharga di mata Tuhan dan nggak ada seorangpun boleh menghancurkannya!

Saya juga belajar untuk mempunyai impian dan mengejarnya dari orang-orang yang nggak punya tujuan hidup. Sungguh membosankan kehidupan yang nggak punya tujuan itu. Masa kita nggak bisa melakukan sesuatu pun untuk hidup kita?

Kita memang tak dapat menyelami pekerjaan Allah dari awal sampai akhir. Namun, dengan mengerti polaNya dan dapat mengambil hikmah atas apa yang terjadi, paling nggak kita bisa jadi lebih bijak, bukan?

Apa yang sangat kamu ketahui?