Wednesday, March 5, 2008

Mengejar Kebahagiaan

Konon, banyak orang mengejar kebahagiaan. Sebenarnya, apa sih arti kebahagiaan yang sesungguhnya?


Waktu saya hendak menikah, seorang teman mengirim SMS mengatakan bahwa saya terlihat bahagia. Bikin dia iri, katanya. Padahal, jelas-jelas saya lagi dilanda depresi waktu itu. Sakit kepala, deg-degan, gamang, limbung, mo marah, kesal, panik, tertekan, hingga butuh waktu menyendiri. Sindrom pra pernikahan sepertinya lagi parah-parahnya melanda saya!


Habis baca sms tadi, saya jadi mikir. Apa iya saya bahagia? Soalnya beberapa hari hingga hari itu perasaan saya lagi not so happy. Tapi kok bisa orang lain melihat saya dan menganggap saya bahagia..


Konon, orang melihat apa yang ada pada kita dan menganggap kita bahagia, sedangkan kita melihat apa yang tidak ada pada kita dan menganggap kita tidak bahagia. Mungkin itu juga yang terjadi pada saya waktu itu.. Saya jadi bertanya, apa sih yang bikin seseorang terlihat bahagia? Raut wajahnyakah? Suaranyakah? Keadaan fisiknyakah? Tingkah lakunyakah? Saya nggak tahu pasti. Lha, kalo bener gitu, gimana dong dengan mereka yang punya tampilan tanpa ekspresi... Berarti mereka nggak pernah bahagia dong... hihihi...


Mungkin waktu itu saya bahagia, tapi kok bisa-bisanya saya tidak menyadarinya? Mungkin nggak kalo itu adalah kebahagiaan terselubung? Kan katanya ada depresi terselubung.. Mungkin saja ini mirip-mirip kayak gitu..


OK. Yang jelas, saya jadi menyadari satu hal, bahwa kita suka nggak menyadari betapa bahagia keadaan kita sebenarnya. Kita saja yang suka nggak merasa apa yang sesungguhnya kita rasakan. Konsentrasi kita mungkin sedang tertuju pada hal-hal lain di sekeliling kita yang nggak terlalu penting dan membuat kita merasa jadi tidak bahagia. Padahal sih, sesungguhnya, kita tuh terlihat bahagiaa banget dalam pandangan mata orang lain...


Kebahagiaan memang nggak ada standarnya. Ada yang sudah bahagia jika bisa minum air es (karena dia habis puasa seharian di kala panas terik, misalnya). Tapi ada juga yang baru bahagia kalo dah punya rumah mewah. Jadi jangan percaya standar orang, deh. Nggak ada yang bisa nyiptain standar bahagia buat kita. Standar dan penilaian kita itu berbeda satu dengan yang lain. Saya misalnya, sudah bahagia kalo bisa main sama anjing-anjingku tersayang. Tapi suamiku, mana bahagia dia dengan hal yang sama..


Jadi, apapun itu, cari sendiri deh standar kebahagiaanmu. Jangan ikut apa kata orang, apa kata majalah, TV, atau Paris Hilton. Masing-masing kita beda.


Jika nggak ada yang bisa mengusahakan kebahagiaan buat kamu, ya buat saja sendiri kebahagiaan-kebahagiaan kecil bagi dirimu. Bukankah kamu yang lebih tahu apa-apa yang bikin dirimu merasa bahagia dan apa-apa saja yang tidak?

No comments: