Monday, June 30, 2008

Gak Boleh Setengah-Setengah

Waktu mo kasih hadiah buat Lomba Solo yang diadakan di gereja kami, suamiku marah karena aku buru-buru mo bawa hadiah-hadiahnya ke gereja, padahal rencananya kan mo bikin surprise...
'Kalo mo bikin surprise, jangan setengah-setengah', katanya.

Emtah kenapa, aku banyak sekali denger kalimat 'Gak boleh setengah setengah' beberapa hari ini. Waktu kupikir-kupikir, bener juga. Kita memang gak boleh setengah setengah seperti nasehat suamiku. Tuhan saja benci sama yang setengah setengah. Dia mengharuskan kita memilih mau dingin atau panas; jangan suam-suam.

Coba kita pikirkan sisi buruknya setengah setengah:
Setengah bodoh = setengah pintar (apa bedanya?)
Setengah penuh = setengah kosong
Setengah bahagia = setengah sedih
Setengah mengasihi Tuhan = setengah mengasihi yang lain
Setengah semangat = setengah putus asa
Setengah disukai = setengah dibenci
Setengah percaya = setengah kuatir

Aduh, kalo dipikir-pikir lagi, gak ada bagusnya deh yang namanya 'setengah' itu!
Mungkin kita pikir kita aman dengan menempatkan diri di tengah. Setengah, atau agak, atau sedikit, atau rada atau gak terlalu mungkin istilahnya. Tapi kan tetap sama aja intinya.
Sekarang pikir lagi..
Mendingan mana:
Agak pintar atau agak bodoh?
Agak waras atau agak gila?
Rada bener atau rada salah?
Ya sama aja walaupun yang rada negatif lebih enak didenger. (Lebih baik kita dibilang agak bodoh daripada agak pintar, kaan? Kalo agak pintar kok kesannya banyakan bodohnya..:)).

Gimanapun alasannya, lebih baik kita putuskan mau ke mana deh. Jangan setengah setengah. Kalo dalam perjalanan hidup ini kita melangkah setengah setengah ya bakal berputar doang deh perjalanan kita. Misalnya gini. Kalo bahagia kita maju, tapi kalo sedih kita mundur. Ya, itu kan sama saja 2 langkah maju, 3 langkah mundur. Atau 4 langkah mundur 5 langkah maju. Kayaknya banyak melakukan langkah pasti namun setelah dihitung ternyata jalannya di situ situ aja, gak ke mana-mana.

Jika saat ini kamu lagi bingung dengan hidupmu. Coba deh, pegangan dulu (ini ide yang sedikit pintar!). Jangan ragu, putuskan sekarang. Maju atau mundur. Semangat atau lemah. Percaya atau takut. Berjalan dengan Tuhan atau mengikuti kehendak sendiri. Iya atau tidak. Jangan plin plan dong..

Bisa jadi ini hal yang simpel. Tapi jangan salah. Hal sederhana ini bisa mempengaruhi perjalanan kita. Mau maju terus sampai di sorga, atau hanya berputar-putar saja dalam lingkaran yang tiada akhir di dunia yang gelap ini..

Hidup ini memang -kalo saya boleh menyimpulkan- sebetulnya hanya sebatas motto Indonesian Idol 'Anda yang memilih, Anda yang memutuskan'.

Friday, June 27, 2008

Kamp Pelatihan TUHAN


Pelatihan Tuhan seringkali membingungkan bagi kita. Dan ini terjadi dalam hidup tiap orang, terutama mereka yang akan dipakai oleh Tuhan menjadi alatNya. Seorang hamba Tuhan pernah katakan bahwa tiap orang yang akan dipakai secara luar biasa oleh Tuhan pasti akan mengalami proses penghancuran terlebih dahulu.

Elia, seorang nabi besar adalah contohnya. Sebelum dipakai Tuhan untuk membuat mujizat, ia harus mengalami pelatihannya Tuhan.

1. Dia harus tinggal di tepi sungai Kerit
Kerit artinya: dicincang sampai habis. Ini tempat dimana dia disisihkan dari dunia, dari sorotan dan tempat dia belajar untuk menggantungkan sepenuh hidupnya pada Tuhan. Bayangkan, dalam keadaan kekeringan di jaman itu, ia harus berharap burung gagak memberinya makan 2 kali sehari. Jika itu bukan ketergantungan pada Tuhan, apa lagi namanya?

2. Ia harus pergi ke Sarfat
Sarfat artinya ujian. Jarak dari sungai Kerit ke Sarfat diperkirakan 100 mil jauhnya, melalui padang terbuka. Bayangkan bagaimana perasaan Elia menjalani perjalanan tersebut dengan bangkai-bangkai binatang di sekelilingnya (ingat waktu itu sedang terjadi kekeringan), sedangkan dia adalah orang yang paling dicari oleh raja Ahab. Kapanpun dia dapat mati terbunuh. Tapi toh, sampai juga dia ke tempat tujuannya.

Seringkali, Tuhan menyuruh kita pergi ke tempat yang tak kita inginkan. Ia bawa kita pada dapur peleburan untuk dipanaskan, dimurnikan dan diuji. Tempat itu bisa jadi sangat menyakitkan, namun percayalah jika Tuhan yang memimpin perjalanan kita, maka Dia ingin kita menguatkan bagian-bagian rohani kita yang masih lemah.
Di sini Elia membuat janda di Sarfat percaya kepada Allahnya. Di sini juga dia mengadakan mujizat yang belum pernah terjadi, yaitu membangkitkan anak perempuan janda itu yang mati.

Setelah semuanya selesai, barulah Tuhan menyuruh Elia menemui Ahab. Dan kisah selanjutnya adalah sejarah. Tuhan melakukan mujizatNya lagi melalui sang nabi dengan mengirimkan api dari langit membakar habis korban bakarannya dan merendahkan nabi-nabi Baal. Melalui hal ini, iman orang Israel dibangkitkan lagi pada Tuhan.

Sebelum sampai pada mujizat, Elia harus mengikuti pelatihannya Tuhan yang tak mudah. Ada sungai Kerit dan tempat bernama Sarfat. Rasanya, tiap orang yang akan dipakai Tuhan terlebih dahulu ditempatkanNya pada Kerit dan Sarfat mereka masing-masing.
Daud di padang gurun.
Paulus di Damsyik.
Yusuf di penjara.
Musa di padang gurun Midian.
Yakub di Pniel.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego di dapur api.
Dan Yesus di salib.

Kerit dan Sarfat kita mungkin tak berupa tempat, melainkan lingkungan kerja, atau keluarga, atau keadaan, atau pelayanan, banyak hal membuat kita bagai berada di Kerit, tempat kita 'dicincang sampai habis'. Bahkan seakan tak cukup, diuji lagi dalam dapur peleburannya Tuhan yang panas.

Jika itu sedang terjadi, ingatlah bahwa semakin Tuhan menghancurkan hidup seseorang, biasanya semakin Ia akan menjadikan orang tersebut alat pilihanNya yang luar biasa. Jangan lari, jangan memberontak atau mengeluh. Jalani dengan sukacita. Anggap saja kita sedang berada di kamp pelatihannya Tuhan untuk dibentuk jadi prajuritNya yang berhati baja. Atau mungkin, Ia sedang memurnikan kita agar kualitas emas itu nampak dalam diri kita. Jangan menyerah, karena Ia akan bertindak pada waktuNya yang tepat, mengangkat kita dari panasnya tempat peleburan ini dan menyatakan kemuliaanNya melalui hidup kita..

Sunday, June 22, 2008

Beda Kita dengan Orang Dunia


Pikirkan: Ingin dikenal sebagai orang yang bagaimanakah kamu? Yang keren, kaya, pintar, terkenal, rajin, baik hati, jujur dan bertanggung jawab? Ataukah sebagai orang yang cacat, bodoh, pendusta, menyebalkan, tukang tipu dsb (yang kriterianya gak enak didengar)?

Tiap orang pasti memilih yang baik. Ini sudah bawaan dari sononya. Namun, taukah kamu bahwa setiap pilihan yang baik tanpa penyertaan Allah berarti kesia-siaan?
Bayangkan ada betapa banyak tokoh Alkitab yang hebat namun mengakhiri hidup sia-sia karena tak mendapat penyertaan Tuhan. Berikut, nama tokoh hebat Alkitab versi saya yang jarang diakui orang...

1. Goliat. Mungkin orang menganggapnya lemah karena kalah terhadap Daud. Tapi bayangkan keadaan medan perang sebelum Daud datang. Goliat mengintimidasi tentara Israel. Tak ada satu pun yang berani mendekat kepadanya. Bahkan dia adalah andalan negrinya. Badannya tinggi, besar, ahli berperang, punya wibawa yang cukup besar, bahkan keberaniannya luar biasa. Namun, tanpa penyertaan Tuhan, kita semua tahu bagaimana akhir hidupnya..

2. Izebel. Kenapa dia hebat? Karena dia berhasil membuat salah seorang nabi yang dianggap paling besar dalam sejarah Israel menderita dan depresi! Dia berhasil menguasai hati suaminya, sang raja dan melakukan tujuan-tujuannya dengan siasat yang hebat. Dia benar-benar tahu apa yang dia inginkan dalam hidup. Sungguh menakjubkan bukan, jika kita punya kesempatan untuk mengenal seorang wanita yang berpendirian teguh macam dia?

3. Absalom. Ganteng, keren, anak raja, (pastinya banyak duit dong..), terpandang dan disukai semua orang. Well, apa lagi yang kurang, coba? Bahkan dia berhasil membuat raja Israel mengungsi keluar dari istananya. Hebat gak..

4. Herodes. Dia seorang raja yang berhasil mengukuhkan namanya dalam sejarah Israel. Bahkan sejarah mencatat tentang kehebatannya menguasai klannya walaupun menurut berita, dia sedikit sakit jiwa..

Yeah, mungkin masih banyak lagi nama hebat yang jarang diakui orang seperti nama-nama di atas. Mereka hebat dan benar-benar tahu apa yang mereka inginkan dalam hidup. Namun apa hasil akhirnya? Mereka hidup dan mati dalam kesia-siaan. Mengapa? Karena mereka tak disertai Tuhan.

Bandingkan dengan...
Daud yang menghadapi singa dan beruang di padang
Yusuf di rumah Potifar sebagai budak; juga di penjara
Daniel di negara yang menawannya
Yosua di medan perang
Musa di padang gurun

Mereka ini orang-orang yang mengawali hidup mereka dengan kisah yang gak terlalu populer untuk diceritakan, namun mengakhiri hidup mereka dengan sebuah kepastian dan kemenangan, karena mereka disertai Tuhan.

Tempat kita bukanlah alasan kita jadi hebat atau tidak. Waktu kita hidup bukanlah alasan yang membedakan kita dari orang lainnya. Yang membedakan kita hanyalah satu hal: penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

Mungkin kamu merasa bagai di padang gurun sekarang ini, sendiri dalam sunyi. Atau di penjara, yang mengungkung kebebasanmu. Atau bisa jadi di medan perang menghadapi begiitu banyak persoalan dalam hidup. Jangan takut dengan keadaan atau apa yang kamu miliki, tapi mintalah penyertaaan Tuhan untuk menuntun setiap langkahmu, agar kita dapat merasakan bahwa kita tidak sama dengan orang lain (sehebat apapun mereka) yang tidak beroleh penyertaan Tuhan..

Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?

Jangan Buat Alasan

Menurut pepatah Yiddish, 'Jika kamu tak mau melakukan sesuatu, alasan yang satu akan sama baik dengan alasan yang lain'.

Memang bener sih, kita sukaa sekali mencari alasan kalo gak mau melakukan sesuatu. Menurut pepatah lain lagi, 'Jika kita mau ada 1000 jalan, jika kita gak mau, ada 1000 alasan'. Selalu ada alasan yang tepat jika kita gak mau. Sakitlah, gak bisalah, berhalanganlah, gak moodlah, banyak deh!

Gak jarang, di dalam Tuhan kita pun membuat alasan seperti itu. Padahal, sering banget kan kita denger bahwa Tuhan gak butuh mereka yang berkualitas, karena Dia akan memberi kualitas pada mereka yang bersedia dipilihNya? Habis, gimana yah, manusia selaluu aja punya segudang alasan kalo disuruh. Tapi coba kalo minta sama Tuhan, pasti maunya SEKARANG. Adil gak siiih...???

Coba renungkan..
Nuh mabuk.
Musa terlalu lembut.
Yusuf seorang budak.
Sarai mandul.
Yakub penipu.
Daud berzinah.
Elia depresi.
Petrus menyangkal.
Tomas tak percaya.
Maria Magdalena wanita berdosa.
Zakheus nilep duit. Dan daftar ini masih bisa berlanjut..

Mungkin kita punya kelemahan dan kekurangan, namun jangan buat alasan. Jika Tuhan percayakan kita melakukan sesuatu, Dia akan memampukan kita melakukannya!