Sampe umur segini, aku masih belum suka sama bayi. Nggak tau kenapa. Padahal, kebanyakan temenku dah pada punya anak satu, dua, bahkan ada yang dah tiga. Kenapa ya, kalo liat bayi atau anak kecil, pengennya nyubiiit aja, atau ngelitikin, atau pasang tampang syerem sampe dia takut atau nangis. Apalagi kalo bayi atau anak kecilnya banyak tingkah, nyebelin dan nggak terlalu nggemesin. Hmhhh!!! (Untung saja suamiku yang baik hati itu mengerti...).
Suatu kali, aku heran ketika dia kudeketin dan kuganggu dengan berbagai
Ternyata, selidik punya selidik, saat dia berani adalah waktu dia lagi dijaga sama ibunya, atau dia tahu ibunya ada di sekitar situ. Kalo nggak ada ibunya, bisa nangis teriak-teriak deh dia ngeliat aku biarpun nggak diapa-apain...
Aku jadi berpikir.. Hebat juga ya si bayi itu (umurnya 16 bulan). Dia begitu percaya bahwa kalo ada ibunya semua akan baik-baik saja. Nggak akan ada yang berani mengganggu atau berusaha nyakitin dia. Tapi kalo jauh dari ibunya, nggak ada apa-apa pun dia bisa takut sendiri..
Terus terang, ini pelajaran yang sangat bagus buat aku, pelajaran tentang iman dan kepercayaan yang seringkali kita sebagai orang dewasa suka nggak dapet. Sebagai orang yang sudah bisa berpikir panjang, kita pasti mudah terbawa perasaan takut dan kuatir melihat apa yang terjadi di sekeliling kita. Apalagi di jaman akhir begini, banyaak banget kayaknya ancaman yang berupaya meneror kita. Tapi, si bayi tadi mengajarkan bahwa jika ibunya bersamanya, dia nggak akan takut. Penerapannya dalam hal iman, jika Tuhan beserta kita, kita nggak perlu takut terhadap apapun. Karena apapun yang terjadi, Tuhan akan selalu menjaga dan menyertai kita
Bicara soal ketakutan, saya selalu mengingat tulisan pemazmur 'Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut' (Mazm 46:2,3).
Yang lebih mengagumkan lagi,
'Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku, sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya (Mazm 27:2,3).
Atau yang ini..
Walaupun seribu rebah di sisimu dan sepuluh ribu rebah di sisi kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu ..., sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu (Mazm 91:7,9-10).
Coba kalo kita denger berita serem di sekeliling kita, dijamin ikutan merinding, deh. Tetangga jauh kita kemalingan, misalnya, wah, kita bisa panas dingin nggak keruan dengernya, ikut memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa dihadapi. Tapi pemazmur yakin banget waktu dia mengatakan bahwa kita tidak perlu takut jika Allah beserta kita..
Yang menarik tentang Allah kita adalah, Dia Allah El Shaddai, El sebagai lambang keperkasaan, kekuatan dan maskulinitas, sedangkan Shaddai berasal dari kata Shad yang artinya ibu yang menyusui. Jadi kita bisa mengandalkan Allah yang tak hanya punya kuasa dan sanggup melakukan peperangan ganti kita, namun Dia juga punya kelembutan seorang ibu yang menyusui.
Hanya dekat Allah saja hatiku tenang, kata pemazmur lagi. Mungkin kita bisa melihat bukti nyatanya dari si anak tadi. Kadang-kadang, anak kecil bisa mengajarkan hal-hal yang sepele namun tak terpikirkan oleh kita yang sebenarnya punya pemikiran yang jauh lebih luas dari mereka, lho. Ternyata, masalah iman atau kepercayaan bukanlah sesuatu yang bisa diraih oleh akal pikiran kita. Bener juga kata Alkitab. Kalo kebanyakan mikir, bisa-bisa iman kita goyah, karena iman itu melampaui segala teori dan logika manusia (dengan lain kata, tak terselami oleh pikiran kita!). Mungkin karena itulah banyak orang pintar menolak Allah, karena mereka nggak mampu memikirkanNya dengan keterbatasan logika mereka, kali yee...
Kita patut bersyukur bahwa iman itu bukan sesuatu yang datang sebagai hasil pembelajaran yang menuntut uang yang banyak atau usaha ekstra keras, namun iman datang karena mendengarkan (atau juga mempelajari) Firman. Tak butuh banyak usaha manusia untuk meraihnya, namun dengan memilikinya, kita dapat melakukan hal-hal besar yang melampaui pemikiran manusia manapun..
Masih sering merasa takut, kuatir, gelisah menghadapi dunia ini? Mendekatlah kepada
PS: Walaupun sudah mendapat pelajaran yang luar biasa ini, aku tetap belum juga merasa suka sama bayi....