Tuesday, October 21, 2008
Wisdom Quotes
Monday, October 20, 2008
MANUSIA ROHANI
Pernah membayangkan manusia sebagai makhluk roh?
Mungkin ini hanya masalah kebiasaan. Kita begitu terbiasa mendengar bahwa manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Kita walaupun mungkin sudah tahu, seringnya lupa bahwa kita pun adalah makhluk roh. Habis gimana yah, yang seringnya jadi masalah
Masalahnya, kelalaian dalam hal ini bisa membawa kita pada degradasi moral yang konstan. Karena manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, maka diri kita pun terdiri atas 3 bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Paling banter, kita memikirkan atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan jiwa yang mencakup pikiran, perasaan dan kehendak. Misalnya, ada orang yang ngomongin kamu di belakang. Kamu pasti terluka. Entah gimana caranya, kamu pasti berusaha untuk menyembuhkan luka hatimu, karena perasaan adalah sesuatu yang tak terlihat, namun dapat dirasakan. Orang lain mungkin tak dapat melihatnya, namun kita merasakannya dalam hati kita. Dan sangat mengganggu jika yang kita rasa adalah emosi yang negatif dan melukai orang lain.
Hal lebih penting yang kita kerap lupakan adalah kebutuhan roh. Lebih dalam dari jiwa, roh tersembunyi sangat jauh di dalam diri kita. Sepertinya mungkin tak ada, namun ia ada, satu-satunya yang bertahan dan kekal dari diri kita. Sungguh sayang jika banyak dari antara kita yang meletakkan hidup pada dasar yang tidak dapat bertahan, karena pada saatnya nanti semua yang kita lakukan akan diuji dengan api untuk melihat seberapa kokohnya pekerjaan tersebut dibangun.
Roh adalah satu-satunya cara kita untuk berhubungan dengan Tuhan. Kita dapat berhubungan dengan sesama melalui pikiran, perkataan dan komunikasi verbal kita. Kita dapat berbuat baik pada orang lain, dapat menyumbang sejumlah besar uang dari kocek kita, namun tanpa roh kita tak dapat terhubung dengan Dia, karena Allah adalah Roh dan barangsiapa menyembah Dia haruslah menyembahNya dalam roh dan kebenaran.
Jika manusia rohani kita tak dibangun, selain tak dapat terhubung dengan Allah, kita juga dapat kehilangan hubungan dengan orang-orang terkasih. Dalam sebuah keluarga misalnya. Jika suami dan istri hanya menjalin hubungan secara fisik dan berusaha memenuhi kebutuhan jasmani semata, maka keharmonisan takkan terjadi, karena tak ada keseimbangan. Dua kaki seringkali tak cukup untuk menyangga. Kita butuh tiga kaki agar lebih kuat berdiri. Mungkin itulah sebabnya banyak pasangan yang bercerai dan merasa tak lagi ada kecocokan. Mereka lupa memanggil Tuhan dan menyertakanNya dalam tiap bagian dalam kehidupan mereka. Banyak anak merasa terabaikan oleh orang tua padahal kebutuhan mereka jelas-jelas dicukupi. Banyak suami merasa istri mulai sibuk dengan urusannya dan tak peduli pada suami. Sebaliknya banyak istri merasa suaminya tak lagi melihat dirinya sebagai gairah terbesar. Pekerjaan, bisnis, kantor dan kesibukan lain membuatnya berpaling. Pekerjaan seolah sudah membuatnya berselingkuh dan menjadikannya istri kedua. Mengapa bisa begitu? Karena mereka tak membangun manusia rohani mereka.
Yang menyedihkan, yang tampak seringkali bukanlah yang sebenarnya. Seseorang dapat terlihat bahagia dan ceria dengan keadaannya padahal, dalam hati ia menanggung beban yang berat. Seiring kemajuan teknologi, bertambah pula tuntutan manusia terhadap manusia lainnya. Jika tidak, tentu buku-buku pengembangan diri takkan laris dibaca dan dibeli orang. Banyak orang menampilkan senyum terbaik mereka sementara hati mereka mengalami luka terbesar.
Jika kita mengisi barang-barang mewah ke tempat yang seharusnya diisi oleh Tuhan, kita takkan mendapat hasil apapun selain kekosongan. Namun jika Tuhan kita ijinkan mengisi bagian hidup kita, Dia berjanji akan menambahkan semuanya itu pada kita.
Jika pada saat ini, di puncak kejayaan kita sebagai manusia kita dapat membeli dan memiliki apapun dalam hidup tapi masih merasakan kekosongan dalam jiwa, lihatlah ke dalam. Siapa tahu kebutuhan terbesar kita sebenarnya berada di dalam, bukannya semua barang mewah yang kita sanggup beli tersebut..
Banyak Masalah Tapi Bahagia
Pernah merasa banyak masalah tapi bahagia? Mungkin pernah.
Kadang-kadang.
Jarang, maksudnya.
Jarang kita punya banyak masalah namun bahagia. Yang ada kelimpungan, depresi, tertekan, kecewa, mengeluh, lari, berontak. Jarang benar-benar bahagia.
Agak aneh buat kita kalo ada yang bilang ‘berbahagialah kamu kalo kamu banyak masalah’. Atau ‘diberkatilah kamu karena banyak orang mengabaikan kamu’. (Hmmggh, pengen ngetok kepalanya kalo ada yang sampe berani bilang gitu!). Tapi, kenyataannya, Alkitab menganjurkan kita. Walau mungkin nggak persis seperti itu, Yesus sendiri dalam khotbahNya di atas bukit mengatakan ‘Berbahagialah mereka yang miskin karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Mungkin kamu pikir kedua hal tersebut gak mirip. Tapi saya melihat kaitan yang erat antara keduanya.
Yang disebut miskin di sini bukan miskin karena kita gak punya duit, atau memang bukan dari golongan kokay, tapi miskin secara rohani, yang kalo bisa diterjemahkan : ‘seseorang yang punya ketergantungan pada orang lain untuk bertahan hidup’. Dan ketergantungan itu kita taruh pada Tuhan karena kita tahu bahwa di luar Dia kita nggak utuh, kurang lengkap, kekurangan, miskin dan tersesat. Dan, karena menyadari kebutuhan kita dalam hal ini, maka kita pun mendekat kepadaNya DAN menjadi lebih dekat denganNya. Coba kalo kita merasa baik-baik saja, akankah kita terus meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan? Mungkin. Tapi biasanya, saat kita merasa nggak berdaya barulah kita sungguh-sungguh berharap kepadaNya. Biasanya, di saat masih kuat kita akan berusaha dengan segenap kemampuan kita sebelum menyadari bahwa kemampuan itu terbatas.
Kadang, pengalaman dihancurkan, diobok-obok, ditekan, ditindas, dan dihempas memang Tuhan ijinkan terjadi agar kita sungguh-sungguh bergantung sepenuhnya kepadaNya. Bisa jadi dengan begitu kita dapet pemahaman baru. Bisa jadi kita terinspirasi untuk melakukan sesuatu (membantu orang lain yang punya pengalaman yang sama, menulis buku ‘how to’ karena sudah pernah mengalami, dsb), atau iman kita naik pada tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Mungkin ini terdengar klise. Atau mungkin malah absurd dan konyol, tapi ini nyata, senyata bintang yang bersinar menunjukkan arah di malam yang gelap. Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Saya percaya, mahkota ini tidak hanya akan kita terima dalam kekekalan nanti, tapi juga saat ini.
So, hold on, champions, stand still and be strong, cause with Him we are more than conquerors!
Friday, October 10, 2008
Menjadi Orang Besar
Disneyland ... Oprah Winfrey ... Wolfgang Amadeus Mozart ... Starbucks ... Michaelangelo ... Leonardo da Vinci ... Apple ... Denzel Washington ... Prada ... Rev. Billy Graham ... Menara Eiffel ... Brad Pitt ... Heidi Klum ... Manolo Blahnik ... Alicia Keys ... Beethoven ... Monalisa ... Chanel ... Jimmy Choo ...
Oke. Kamu pasti pernah denger nama-nama itu, berani taruhan, paling gak separuhnya.
Pernah gak memikirkan kenapa nama-nama besar tersebut bisa tetap berada di atas dan gak sirna seiring berlalunya waktu? Katanya sih ada trik rahasia untuk jadi orang besar. Ini adalah beberapa di antaranya..
- Miliki nilai tambah.
- Tahu bagaimana melayani orang lain.
- Jalani tujuan yang Tuhan tetapkan bagi kita.
- Lakukan dengan sepenuh hati.
Ini mungkin hanya beberapa cara untuk jadi berhasil. Masih ada banyak trik yang bisa kita pelajari, terutama dari Alkitab. Alkitab gak pernah kehabisan bahan untuk mengajar dan menginspirasi kita. Selain itu, Tuhan menempatkan orang-orang dan pengalaman-pengalaman dalam hidup kita agar kita dibentuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya.
Masalahnya, kehidupan bagaimana yang sedang kita jalani? Yang seturut dengan kehendak Tuhan ataukah tepat seperti apa yang kita inginkan?
Tak Semuanya Tentang Kita
Pernahkah suatu hari dalam hidup kamu memikirkan bahwa hidup ini tak hanya berkisar soal kita? Bahwa hidup ini dikaruniakan kepada kita adalah satu hal, sedangkan bagaimana cara kita mengelola kehidupan adalah hal lain. Kadang, saking sibuknya kita, kita jadi lupa bagaimana seharusnya kita menempatkan Tuhan dalam skala prioritas kita.
Sebagai bejananya Tuhan, ada kalanya kita pun perlu mengosongkan diri kita untuk memberi tempat kepada Tuhan dan rencanaNya bekerja dalam diri kita. Jika bejana kita terlalu penuh dengan segala sesuatu tentang kita, bagaimana mungkin Tuhan mau bekerja? Ingat ketika murid-murid menghadapi gelombang dan angin ribut? Mengapa demikian? Di mana Yesus ketika itu? Ia diberi tempat di buritan dan tertidur di sana! Jangan sampai Tuhan hanya kita beri tempat di buritan dalam kapal perjalanan hidup kita. Jika Dia sampai tertidur di sana, bisa celaka nanti perjalanan kita!
Kadang, mungkin Tuhan mau bekerja, tapi karena kita terlalu sibuk dengan urusan kita, jadi Dia menahan DiriNya. Seringkali kita bagaikan perempuan Samaria yang sibuk menimba dari sumur Yakub, walaupun tahu bahwa dengan demikian kita masih akan merasa haus lagi. Kita lupa bahwa sebenarnya kita bisa datang pada Sumber Air Hidup, yang membuat kita takkan haus lagi, malah justru mengalirkan mata air dari hati kita.
Jika kamu sedang menyusun rencana untuk masa depanmu, itu baik, tapi jangan lupa untuk memasukkan 'batu-batu besar'nya terlebih dahulu agar 'batu-batu kecil' sisanya bisa masuk dan muat ke dalam bejanamu. Jangan pernah lupa untuk mencari tahu apa tujuanmu diciptakan, karena Tuhan punya satu tujuan istimewa yang takkan dapat dipenuhi oleh siapapun selain kamu. Begitu pula dengan tiap orang di dunia ini. Jangan biarkan hidupmu berlalu tanpa lagu yang belum dimainkan dalam jiwamu. Alirkan jati dirimu. Alunkan musik dalam hatimu. Nyalakan api kecil yang ada pada dirimu. Beri tempat pada Tuhan untuk menyatakan perbuatan dan kemuliaanNya yang ajaib dalam hidupmu..