Wednesday, February 27, 2008

Jadilah Pemimpin!

Pernah nggak kamu menyadari bahwa di dunia saat ini sudah begitu jarang kita temui contoh dan teladan yang benar-benar baik? Maksudnya contoh dan teladan yang baik karena dilakukan dengan penuh ketulusan. Kalo cuma ‘baik’ mah bisa direkayasa. Kita bisa saja menyumbang untuk mereka yang membutuhkan, beramal, membantu orang atau pekerjaan baik lainnya hanya karena ingin mendapat pujian. Bisa banget. Pernah dengar istilah ‘munafik’?

Mempertahankan yang baik, teratur dan terkendali memang bukan hal yang mudah. Seringnya kita dicemooh orang kala berniat untuk melakukannya. Kita jadi berpikir ulang dan mengambil langkah mundur. Kita merasa kita membutuhkan seorang role model atau seorang figur yang baik, tapi ternyata nggak ada siapapun di sana. Menyedihkan, bukan?

Kalo disuruh menjelaskan bagaimana karakter yang baik dan patut dijadikan contoh, kamu pasti bisa. Paling nggak yang jujur, adil, berani berkata ya di atas ya dan tidak di atas tidak, berani tampil beda, dan selalu bersinar di manapun berada. Setiap ngeliat sosoknya, kita selalu terinspirasi karena apapun yang diperbuatnya. Tapi kalo dicari, kayaknya susah banget deh tipe itu kita temukan. Semua orang kayaknya sibuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Orang lain urusan nomor sekian. Kadang nggak peduli itu kekasih, sahabat, orang tua, mertua, relasi..

Sungguh mengherankan kenapa kita hidup di jaman individual ini. Tadinya bangsa Indonesia begitu menjunjung slogan Bhineka Tunggal Ika, juga asas Gotong Royong, pokoknya mengutamakan persatuan dan kerja sama deh. Namun sekarang, apa masih nyata slogan itu? Kadang saja kita lupa bahwa kita ini masih saudara sebangsa. Kerjaannya ribuut melulu. Kita benar-benar telah menjelma jadi makhluk individu sejati. Selama nggak ada urusan, nggak perlu mendekat pada orang lain. Wah, mau ke mana kita kalo caranya seperti ini?

Nggak usah jauh-jauh deh. Pada banyak keluarga kita bisa melihat contoh yang jelas. Biasanya terjadi di kota-kota besar, orang tua sibuk bekerja dan anak-anak sibuk les, ekskul, dan seabrek urusan lain. Kalo ketemu saja jarang, bagaimana anak-anak dapat melihat dan menyerap contoh yang baik? Yang ada kita meniru semangat dan sifat mereka dalam bekerja keras mencari uang. Kehangatan dan kebersamaan keluarga pelan-pelan mulai kita tinggalkan. Bagaimana tidak, dari kecil kita sudah terbiasa dengan pola seperti itu..

Biasanya sih, pada usia pertumbuhan, remaja mulai mencari jati diri mereka dan berusaha meniru siapapun tokoh yang mereka suka. Hanya sayangnya, kadang mereka belum bisa membedakan mana yang baik untuk diserap dan mana yang nggak cocok untuk mereka. Bayangkan. Ini Generasi MTV, generasi di mana semua anak muda nyandu MTV. Budaya Barat yang liberal sudah terserap dengan sangat baik jadi budaya lokal. Akhirnya, kamu lihat sendiri bukan? Baik trend, gaya berpakaian, gaya hidup, bahkan istilah-istilah yang dipakai di belahan bumi sebelah jauh sana sudah fasih diucapkan oleh anak-anak baru gede. Fenomena ini memang nggak bisa disangkal atau ditentang. Gimana ya, dunia ini kan perkampungan global!

Memang masih ada juga sih orang-orang yang berniat mulia dengan mempertahankan sikap baik. Mereka mengikuti apa yang disebut hati nurani. Sayangnya, lingkup pergaulan mereka nggak mendukung. Mereka berada di tengah komunitas yang sama sekali nggak ada niatan untuk jadi baik (atau lebih baik). Rasanya nggak mungkin dong kita bisa tetap berdiri melawan arus. Nggak mungkin kita bisa tetap menjalankan prinsip atau idealisme kita tanpa ada seorang pun mendukung. Alhasil, walaupun sudah membangun prinsip dan niat yang kokoh, tapi karena kebanyakan noleh kanan-kiri, jadi gagal deh jalannya. Perlahan namun pasti mereka mulai mengambil langkah mundur. Kadang langkah ini berjudul kecewa, kadang bernama tuntutan yang tak tercapai, trauma,… entah apa lagi namanya!

Kita mungkin menuntut orang bicara jujur pada kita, atau perhatian yang lebih besar, atau penerimaan diri kita apa adanya. Percayalah, nggak banyak yang bisa melakukannya. Orang lain juga punya prinsip sendiri, yang nggak jarang beda jauh sama kita. Tapi kita tahu sampai di mana kemampuan kita. Kita mengerti apa keinginan terbesar kita. Lalu kenapa nggak kita saja yang mulai bertindak? Kadang, respons yang kita terima adalah refleksi dari apa yang kita lakukan pada orang lain, lho. Jadi, mulailah dari dirimu. Bicaralah jujur. Luangkan waktu untuk lebih memperhatikan orang. Terima dirimu apa adanya. Jangan salahkan siapa-siapa jika lingkungan bersikap buruk padamu. Jangan-jangan, itu hanya pantulan sikapmu pada mereka..

Mungkin kamu pikir nggak ada seorang pun mendukung perbuatanmu. Tahu tidak, Allah di sorga setiap saat memandang ke bawah untuk mengawasi perbuatan kita. Kelak, kita harus mempertanggung-jawabkan semuanya. Bisa nggak kita menanggung hukumannya jika kita nggak pernah melakukan yang baik? Selama bumi ini masih berputar menurut orbitnya, nggak usah neko-neko deh. Jadilah contoh bagi dirimu sendiri. Lakukan sesuatu yang menginspirasi. Bertindaklah. Serap apa yang baik bagimu dan buang segala yang negatif. Nggak pernah ada kata terlambat kok selama kita mau berusaha.

Sesuatu untuk Direnungkan:

Dalam hidupmu, adakah seseorang yang kamu jadikan panutan? Apa saja sifatnya yang menginspirasimu?

Menurut kamu, sifat-sifat apakah yang pantas dimiliki oleh seorang panutan?

Mulai sekarang, maukah kamu berjanji untuk mengubah sikap burukmu dan menjadi inspirasi bagi orang lain? Sifat-sifat buruk apa saja yang rasanya perlu kamu ubah dari dirimu?

No comments: