Thursday, July 17, 2008

Dipandang Sebelah Mata

Pernah dipandang sebelah mata? Asyik banget gak diperlakukan seperti itu? Hmmhh.. sorga pun serasa neraka jika kita berada di antara orang-orang yang memandang sebelah mata pada kita. Kita bakal jadi minder, malu, terhina, gak dianggap, menyedihkan deh!

Mungkin semua orang akan merasakan hal yang sama jika dipandang sebelah mata. Tapi percayalah, diperlakukan seperti itu bukanlah akhir dunia. Diperlakukan tidak adil atau dipandang sebelah mata seringkali jadi awal yang baik bagi kita untuk melakukan sebuah lompatan besar dalam hidup.

Okay. Mungkin ini sukar dimengerti. Namun, cobalah memikirkan kemungkinan yang akan terjadi sebaliknya. Seandainya kita disanjung, dianggap hebat, dikagumi, dipuja orang, pokoknya kabar yang tersiar tentang kita begitu hebatnya hingga semua orang mengangguk hormat pada kita. Karena begitu dikagumi, dihormati, dipuja, disanjung, pasti semua mata tertuju pada kita, mengamati, mengawasi, menantikan sesuatu yang baik terjadi, mengharapkan yang terbaik dari sikap kita, kinerja kita, kapabilitas kita, judulnya semua yang terbaik dari diri kita. Kita dituntut untuk menunjukkan diri kita persis seperti apa yang orang katakan tentang kita. (Padahal hiks, kadang diri kita gak hebat-hebat amat, kok, minimal gak sehebat itulah…). Hari demi hari, banyak masa dan ketika berlalu, dan kemudian… entah bagaimana, waktu membuktikannya.

Ternyata kita tidak sebaik yang dikira orang. Kita tak sehebat kata orang, tak semenarik kekaguman orang, bahkan tak ada apa-apanya dibanding sederet pujian yang tadinya dipikir orang tentang kita. Apa yang akan terjadi? Kita malu. Marah. Kecewa terhadap diri sendiri (kalo kita punya hati nurani). Dan… harus belajar merendahkan diri mempelajari banyak hal yang tadinya kita anggap kita punya.

Jika saja tadinya kita dianggap sebelah mata, nggak terlalu dianggap, nggak dikagumi orang, mungkin kita bisa melakukan apapun tanpa beban. Jika saja orang tak menuntut apapun dari kita, mungkin kita bisa memberikan yang terbaik tanpa merasa bahwa itu adalah suatu kewajiban. Namun, tuntutan orang membebani pundak kita. Kita nggak bisa lagi bergerak dengan bebas karena terhimpit beban itu. Coba kalo tadinya kita nggak diperhitungkan.. paling-paling tantangannya hanya membuktikan pada dunia nilai kita yang sebenarnya. Berusaha melakukan yang terbaik tanpa perasaan terbebani. Nggak mustahil pandangan orang yang tadinya sebelah mata justru berbalik mendukung kita melihat sikap dan perbuatan kita yang ternyata nggak bisa dipandang sebelah mata tersebut..

Lebih baik orang melihat dulu kemampuan kita baru berkomentar. Mungkin di awal orang pikir kita gak sanggup. Orang pikir kita bukan siapa-siapa. Orang mungkin gak memperhitungkan kita. Tapi setelah melihat kinerja kita, pikiran mereka barulah terbuka. Nilai diri kita yang sebenarnya akan menampakkan dirinya sendiri. Mungkin pada awalnya emas hanya terlihat bagai bongkahan lumpur. Namun, setelah melalui proses pemurnian, ia akan menampakkan nilainya. Emas, bagaimanapun dan dimanapun berada, tetaplah emas.

Dipandang sebelah mata memang menyakitkan, tapi bisa jadi cara yang sangat baik untuk memproses diri kita bergerak melawan arus. Patahkan pendapat buruk orang lain terhadap dirimu. Jika kamu memang bukan seperti apa yang orang bilang, buktikanlah dengan perbuatan, jangan dengan perkataan..

No comments: