Konon, Oprah Winfrey pernah ditanya oleh seseorang ‘Apa yang sangat kamu ketahui?’ dan nggak bisa menjawabnya pada saat itu. Tapi pada akhirnya dia menulis tentang hal ini di sebuah kolom khusus di majalah ‘O’ miliknya. Kemudian, dalam salah satu wawancaranya, ia menanyakan hal yang sama pada Sharon Stone. Tahu apa jawab Sharon? Kira-kira begini ‘Masa lalu dan masa depan tidaklah penting. Yang terpenting adalah saat ini. Tiap hari adalah pengalaman yang berguna untuk dijalani. Kunci utamanya adalah bersikap bijaksana..’. Sungguh manis, bukan? Jika kepada kita ditanyakan pertanyaan yang sama, tentang apa yang sangat kita ketahui, bisa nggak kita memberi jawaban yang bijak, yah? Kadang, yang sangat kita ketahui hanyalah berkisar hal-hal buruk di sekitar kita. Pelajaran yang susah, nilai yang jeblok, orang tua yang pemarah, jam malam yang tak boleh dilanggar, uang jajan yang terbatas. Itu-itu saja.
Banyak hal hanya bisa kita pahami setelah mengalaminya sendiri. Biasanya, sebelum mengalami sesuatu yang buruk, kita belum bisa berempati pada orang lain, belum bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan ajaib kita, atau nggak bisa dikasih tahu. Tapi dengan mengalami sekian pengalaman yang buruk, nggak mustahil kita akan meraih banyak kemajuan dan perkembangan diri.
Saya sendiri jadi belajar untuk selalu bersyukur setelah berteman dengan seorang pengeluh sejati. Bosen kan denger keluhan melulu! Tiap kali ketemu, adaa saja keluhannya. Padahal kalo saya perhatikan, nggak ada yang salah kok dengan hidupnya. Dia saja yang kurang bisa memahami dan menikmati keadaannya. Dari situ saya jadi tahu bahwa rumput tetangga nggak selamanya lebih hijau. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya!
Kadang, karena terlalu terpaku pada dendam dan sakit hati di masa lalu, hati kita sepertinya tertinggal di belakang. Pada saat manapun kita berada, hati dan pikiran kita masih berada jauh dari kehidupan saat ini. Kita jadi nggak bisa melangkah lebih maju. Nggak bebas untuk merencanakan segala sesuatu. Nggak nyaman untuk bergerak. Energi kita seolah tersedot dengan kuat ke masa lalu. Semua kita hubungkan ke masa lalu kita yang buruk dan pahit. Kejadian yang menyedihkan mengingatkan pada kesukaran kita. Kebahagiaan orang lain menyiksa kita. Kita jadi membandingkannya dengan apa yang telah kita alami dan merasa hidup ini nggak adil. Namun kebahagiaan pun serasa tak pantas kita dapatkan karena kita merasa diri begitu buruk sehubungan dengan masa lalu. Sebegitu kuatkah rantai masa lalu itu membelenggu?
Ada juga orang-orang yang karena terlalu fokus pada masa depan jadi melupakan saat ini. Mereka melalaikan kehangatan keluarga, meninggalkan jam-jam ibadah, tak menghiraukan kesehatan tubuh, dan terus berlari mengejar masa depan. Mungkin mereka memegang prinsip yang kuat, bahwa segala sesuatu ada harganya, atau ‘Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’, juga ‘Rajin Pangkal Pandai’. Banyak pepatah menegaskan betapa pentingnya bekerja keras dan mengejar impian. Tapi ada hal-hal yang lebih penting daripada mengejar masa depan. Ada masa kini yang harus kita jalani sepenuh hati, karena waktu terus saja berjalan tanpa memikirkan apakah kita sungguh-sungguh menikmati dan mempergunakannya dengan baik atau tidak.
Kita boleh merancang masa depan kita tanpa tahu hasil akhirnya. Setelah tiba di sana, barulah kita tahu semua rencana kita berhasil atau tidak. Banyak ketidak pastian dalam hidup. Namun, ketidak pastian itu jugalah yang membawa kita pada pengharapan yang kuat. Jika telah melihat bukti, namanya bukan lagi pengharapan, kan? Dan, semakin sesuatu itu tidak pasti, semakin sungguh kita berharap terjadi keajaiban. Kalo semua berjalan ‘pasti’ dan mulus, kayaknya bakal sangat membosankan deh hidup kita! Buat apa lagi berharap pada sesuatu yang sudah pasti?
Terus terang saya banyak belajar dari hidup saya. Memang benar jika dikatakan, hidup kita adalah tambang emas kita. Dari dalamnya kita dapat menarik pelajaran berharga yang sungguh istimewa. Saya belajar untuk jadi nggak sirik karena sering diperlakukan nggak adil oleh seseorang yang sangat tidak suka pada saya. Dia suka dengan sengaja memberi sesuatu pada seorang sahabat dekat di depan mata saya. Atau memperlakukan kami nggak adil. Dia juga sama sekali nggak ‘menganggap’ saya. Awalnya sih keki banget rasanya. Tapi lama-lama saya tahu taktiknya dan berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing. Dan Tuhan rupanya memakai dia untuk mengajarkan sebuah nilai kehidupan pada saya. Yang menarik, orang ini tidak mendapat pelajaran apapun darinya, sementara saya paling nggak jadi sedikit lebih bijak dari dia, kaan!
Saya juga belajar untuk berkata jujur karena sering merasakan betapa sakitnya dibohongin. Saya nggak mau punya nilai yang sama dengan pembohong!
Saya belajar menghargai semua yang saya miliki dari pengalaman nggak punya apa-apa. Saya ingat, dulu orang tua saya selalu bilang gini, ‘Kamu harus berdoa supaya Tuhan memberkati Papi Mami supaya bisa beliin sepatu baru buat kamu..’. Tiap kali meminta sesuatu, pasti jawaban itu yang diberikan, sampai saya hafal. Kadang, jadi nggak enak buat minta apa-apa pada mereka. Habis, gimana lagi. Orang tua saya bukan orang kaya. Kami benar-benar harus berdoa pada Tuhan untuk setiap keperluan kami!
Saya juga belajar menghargai orang lain karena suka dicuekin dan nggak dianggap. Kamu tahu betapa menyakitkannya hal itu, kan! Tetapi setelah saya renungkan, saya pikir kelakuan itu sangat rendah dan mencerminkan sikap hati yang nggak beres. Belum tentu saya yang salah kok. Kadang orang bersikap begitu karena mereka punya masalah sendiri yang mungkin belum dapat mereka bereskan. Jadilah perasaan itu terpancar keluar dan tanpa sadar mereka menyakiti orang lain. Sebenarnya merekalah yang patut dikasihani, bukan saya. Jadi saya memutuskan takkan pernah melakukannya pada orang lain. Bagaimanapun, hidup saya berharga di mata Tuhan dan nggak ada seorangpun boleh menghancurkannya!
Saya juga belajar untuk mempunyai impian dan mengejarnya dari orang-orang yang nggak punya tujuan hidup. Sungguh membosankan kehidupan yang nggak punya tujuan itu. Masa kita nggak bisa melakukan sesuatu pun untuk hidup kita?
Kita memang tak dapat menyelami pekerjaan Allah dari awal sampai akhir. Namun, dengan mengerti polaNya dan dapat mengambil hikmah atas apa yang terjadi, paling nggak kita bisa jadi lebih bijak, bukan?
Apa yang sangat kamu ketahui?
No comments:
Post a Comment